• Home
  • About
  • Contact
  • Privacy Policy
twitter instagram

MELALUI RUANG

menulis, membaca, menonton

Penulis : Sabda Armandio
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 228
Tahun terbit : 2017

Blurb 
Tiga lelaki. Tiga perempuan. Dan satu motor berencana merampok toko emas. Semua karena sebuah kotak hitam.

“Ringan dan menyenangkan. Ia menghadirkan individu-individu yang sepintas tampak sepele namun sesungguhnya kaya dan mengayakan; mengandung kesadaran sekaligus kritik atas konvensi cerita detektif. Dialog tokoh-tokohnya tampak berbobot, mengena, dengan alusi yang mengarah ke semesta dunia.” (Dewan Juri Sayembara Novel, Dewan Kesenian Jakarta 2016) 

Novel 24 Jam Bersama Gaspar
Novel 24 Jam Bersama Gaspar ©

Setelah sekian lama memasukkan 24 Jam Bersama Gaspar dalam wishlist, akhirnya buku ini berada di tangan saya dan selesai saya baca bulan Maret lalu. Mengingat saya menyukai Kamu (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya), makanya saya memburu karya lain Sabda Armandio.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar mengisahkan tentang perjalanan Gaspar dan teman-temannya dalam merencanakan sebuah perampokan toko emas (tidak benar-benar merencanakan sih). Setiap tokoh memiliki motivasi sendiri kenapa mereka mau merampok. Dan dalam perjalanan itu, ada cerita-cerita masa lampau yang dikuak.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar ini menjadi salah satu naskah unggulan dalam kompetisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016. Tidak heran, karena novel ini memiliki ‘penyajian’ unik dan cerita yang menyihir. Saya sebut menyihir karena saat saya membaca 24 Jam Bersama Gaspar, saya merasa ikut serta dalam perjalanan Gaspar. Saya dengan tenang mengikuti jalan-jalan yang dilalui Gaspar, walaupun dia sulit dimengerti. Entahlah, saya percaya (seperti halnya orang-orang yang mengikuti dia) akan ada jawaban di akhir cerita atau setidaknya kejelasan tentang apa yang sebenarnya sedang dia perjuangkan (goal si tokoh yang sesungguhnya). 

Tokoh-tokoh di dalam cerita memiliki karakter yang kuat dan suara yang berbeda. Karakter mereka digambarkan melalui Gaspar yang bernarasi ataupun dialog-dialog antar tokoh. Walaupun si Gaspar ini suka mengganti-ganti nama temannya, tapi saya tidak tersesat (syukurlah). Toh tokoh-tokohnya mudah dibedakan, karena memiliki karakter khasnya masing-masing. 

Saya suka bagaimana unsur-unsur dari cerita fiksi lainnya dimasukkan ke dalam cerita. Salah satunya cerita persembahan kepada Dewa Indra (Ya, saya mengetahui cerita itu karena nonton Krisna versi animasi.), atau para detektif dan pola ceritanya. Btw, cerita yang dibubuhkan atau diembel-embeli dengan tulisan “Sebuah Cerita Detektif”’, tidak lantas menjadikan cerita itu adalah cerita detektif. Tampaknya ini salah satu hal yang mau ditegaskan dalam 24 Jam Bersama Gaspar. Tidak semua hal bisa diartikan secara harafiah.

Ada pertentangan antara baik dan buruk yang diselipkan secara halus di dalam cerita. Baik dan buruk itu begitu fleksibel sehingga orang-orang bisa menggunakannya sesuai kebutuhan, tentunya dengan persepsi masing-masing. Dan bisa jadi dibalik-balik.

Overall, novel 24 Jam Bersama Gaspar ini memberikan 'after taste' yang susah dilupakan, terutama di akhir cerita yang mencengangkan (plot twist-nya bikin speechless); sedih sekaligus miris.

Ia hanya orang gila, sepertinya, yang mengulang-ngulang kegiatan sama dengan cara yang sama tetapi mengharapkan hasil berbeda.
...betapa liatnya kesepian, membungkus hari-harimu dengan kelembaman yang berpotensi membuatmu membusuk di ranjang.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Judul: Fish in the Water
Penulis: Lee Chan Hyuk
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 176

Blurb
Fish in the Water bertutur tentang kisah intens yang menjungkirbalikkan imajinasi, dengan komposisi kuat untuk menunjukkan pertentangan antara ambisi dan ketakutan, kebebasan dan kendali, kebahagiaan dari cinta dan luka dari kehilangan, serta arti kehidupan, terkadang dengan tenang dan terkadang dengan fantastis. Penulis berharap pembaca bisa dengan bebas menemukan arti dari novel ini tanpa interpretasi yang tergesa-gesa. Silakan menyelami novel ini, tarik napas dalam-dalam, lalu ajukan pertanyaan dan berikan jawaban tentang hidup.

Novel ini dipenuhi emosi yang terpatri halus dalam setiap kalimatnya, kesan jelas yang menenangkan hati dan menjernihkan pikiran, serta topik-topik filosofis yang membuat pembaca berpikir dengan saksama. Jika kalian adalah pembaca yang pernah menikmati dunia penulis melalui lirik-lirik lagunya yang singkat dan masih menginginkan lebih, semoga kalian menikmati dunia luas yang dibentangkannya dalam novel ini.
Novel Fish in the Water ©

Baca Fish in the Water sambil mendengarkan album Sailing-nya AKMU benar-benar bikin terhanyut. Saya merasa tenggelam ke dalam buku ini. Kisah Seon dalam menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan dalam pikirannya sangat menarik untuk diikuti. Walaupun buku ini tidak tebal dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk, tapi pengalaman setelah membaca buku ini masih melekat dan sebagai pembaca saya puas menelusuri setiap halamannya.

Ketika membaca Fish in the Water saya merasa tersihir, sama halnya saat Seon tersihir dengan sosok Haeya. Sesuai dengan blurb-nya, kalimat-kalimat dalam buku ini dirangkai dengan indah, tanpa mempersulit pembaca untuk memahaminya. Menurut saya banyak perumpamaan yang bisa diintepretasikan oleh pembaca sesuai versi mereka. Dan saya sangat merasa takjub dengan perumpamaan-perumpamaan itu. Kadang merasa relate dengan kisah yang dituturkan, walapun saya bukan musisi. Karena perasaan yang melingkupi tokoh itu bisa jadi pernah dialami banyak orang. Misalnya, perasaan tentang perpisahan, lalu pertentangan antara mimpi dan realita, serta keinginan untuk bebas.

Di dalam buku Fish in the Water ini juga pembaca akan diajak melihat perubahan cara pandang tokoh tentang kehidupan. Bagaimana hal-hal di sekitarnya berpengaruh terhadap dirinya. Serta bagaimana dia jatuh, bertahan, dan bangkit; katakanlah proses healing si tokoh.

Di setiap bagian terselip juga lirik-lirik yang ada di album Sailing. Bahkan judul bagian novelnya adalah judul-judul lagu di album Sailing. Saya suka dengan lirik-liriknya dan ada beberapa quote yang menurut saya menarik.

Nilai kebahagiaan berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang kebahagiaan adalah cinta, tetapi bagi orang lain kebahagiaan adalah kekayaan. Kita tidak mungkin mewujudkan kebahagiaan begitu banyak orang. (Fish in the Water, hl. 103)

Saya sempat berandai-andai, jika Fish in the Water dijadikan film pasti menarik. Terus Seon akan cocok diperankan oleh Im Siwan dan Haeya diperankan IU (untuk Yangi belum kepikiran). Pasti bakal nonton sih kalau benar dijadikan film.

Overall, novel Fish in the Water yang ditulis oleh salah satu personil AKMU ini sangat worth it untuk dibaca. Personally saya menemukan banyak insight baru.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Judul: Persona
Penulis: Fakhrisina Amalia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 248
Tahun terbit: 2016

Blurb
Namanya Altair, seperti salah satu bintang terang di rasi Aquila yang membentuk segitiga musim panas. Azura mengenalnya di sekolah sebagai murid baru blasteran Jepang yang kesulitan menyebut huruf K pada namanya sendirinya.

Azura merasa hidupnya yang berantakan perlahan membaik dengan kehadiran Altair. Keberadaan Altair lambat laun membuat perasaan Azura terhadap Kak Nara yang sudah lama dipendam pun luntur.

Namun, saat dia mulai jatuh cinta pada Altair, cowok itu justru menghilang tanpa kabar. Bukan hanya kehilangan Altair, Azura juga harus menghadapi kenyataan bahwa orangtuanya memiliki banyak rahasia, yang mulai terungkap satu demi satu. Dan pada saat itu, Kak Nara-lah tempat Azura berlindung.

Ketika Azura merasa kehidupannya mulai berjalan normal, Altair kembali lagi. Dan kali ini Azura dihadapkan pada kenyataan untuk memilih antara Altair atau Kak Nara.
Novel Persona oleh Fakhrisina Amalia (Gramedia Pustaka Utama)
Novel Persona ©

Persona menurut KKBI adalah orang atau pribadi (kata benda). Tapi bisa diartikan juga sebagai orang atau benda yang berperanan dalam pembicaraan. Arti lainnya adalah topeng, wajah, ciri khas seseorang, identik dengan pribadinya.

Mari membahas sedikit tentang tokoh-tokoh dalam novel Persona, sebelum membahas jalan ceritanya.  Tokoh protagonis di novel Persona adalah Azura, cewek penyendiri dan suka menutup diri. Azura memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Itu yang banyak mempengaruhi masa-masa remajanya. Lalu, tokoh Altair yang tiba-tiba datang seakan memberi angin segar bagi Azura. Altair itu digambarkan sebagai seorang blasteran Jepang. Ia satu-satunya orang yang mau berteman dengan Azura. Seakan Altair sangat memahami Azura, bahkan tanpa Azura bersusah-susah bercerita, cowok itu akan selalu ada dan menenangkannya. Namun, ada sesuatu yang salah dengan Altair. Apa itu? Baca Personal deh.

Oya, sedikit informasi, novel Persona ini bisa dijadikan contoh novel yang antagonisnya adalah keadaan, bukan berupa tokoh. Jadi, antagonis itu tidak selalu berwujud manusia. Sesuatu keadaan yang menghalangi tokoh protagonis itu juga bisa disebut sebagai antagonis.

Pada awal bab novel Persona, pembaca langsung disuguhi suatu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis (Azura). Pembaca diajak bertanya-tanya sebenarnya apa yang dialami oleh tokoh. Itu yang membuat saya terus membaca bab-bab berikutnya.

Cara penulis menunjukkan perubahan psikologis Azura itu smooth banget, tidak secara tiba-tiba berubah gitu saja. Ada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan itu. Selain itu, walaupun alur cerita Persona maju mundur, tapi adegan ceritanya tidak patah dan bikin bingung. Dan memang ada bulan serta tahun di setiap bab sebagai patokan agar pembaca tidak tersesat.

Gaya bahasa Persona bisa dibilang campur-campur. Waktu tokoh Azura ngobrol dengan Altair, ia akan cenderung menggunakan gaya bahasa seperti novel terjemahan. Namun, kalau tokoh berbicara dengan tokoh Yara misalnya, gaya bahasanya akan cenderung santai. Personally, saya tidak mempermasalahkan gaya bahasa, selama tulisannya bisa dinikmati.

Sejak awal membaca judul novel ini, saya merasa tidak boleh serta merta memercayai apa yang tertulis di bab-bab awal. Dan memang bakal ada plot twist. Plot twist-nya itu bukannya bikin kaget sih, tapi bikin sedih; walaupun awalnya sudah sempat menduga. Namun, itu memang yang harus dilewati oleh tokoh untuk kembali menemukan dirinya dan melanjutkan hidup. Overall, kalau kalian membaca novel sekaligus ingin belajar gimana perubahan karakter tokoh secara psikologis, novel Persona ini recommended. Btw, ada  lagi satu novel Fakhrisina yang berjudul Represi, yang dari 'bau-bau' judulnya juga bakal berhubungan sama psikologis tokoh.

Di satu waktu kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan atau apa yang kita inginkan. Tapi kemudian di waktu berikutnya tiba-tiba kita sudah menemukan jawabannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis: Yonezawa Honobu
Penerbit: Haru Media
Tahun terbit: 2018
Jumlah halaman: 260

Blurb
Oreki Hotaro lagi-lagi terseret oleh rasa ingin tahu Chitanda Eru. Melawan keinginannya, kali ini Hotaro harus menebak penyelesaian skenario naskah film misteri kelas 2-F yang akan ditayangkan saat Festival Kanya nanti.

Seorang siswa terjebak dalam kamar tertutup bangunan terbengkalai, mati setelah tangannya terpotong. Namun, siapa yang membunuh? Bagaimana caranya? Film itu selesai begitu saja tanpa penjelasan. Hotaro-lah yang bertugas menebak siapa dan bagaimana trik pembunuhan itu dilakukan.

Namun, hanya itukah masalahnya? Atau ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar menyelesaikan skenario film?
***

Ini dia ulasan buku kedua Hyoka yang berjudul Credit Roll of the Fool. Baru saya baca bulan April ini dan syukurlah selesai tanpa penundaan-penundaan. Ngomong-ngomong, dua hari lalu saya baru saja beli buku ketiganya, the Kudryavka Sequence. Tunggu ulasan selanjutnya ya. Kalau belum baca ulasan buku pertama bisa klik di sini.

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca fakta novel Hyouka di Instagram penerbit Haru. Ternyata awalnya Hyouka ini hanya ada 3 buku. Namun, saat Yonezawa Honobu sudah merampungkan novel ketiganya, penerbit yang menaungi dua buku Hyouka sebelumnya tutup. Lalu ada penerbit lain yang menanyakan apakah Yonezawa memiliki naskah novel. Yonezawa pun mengajukan novel Hyouka ketiga. Penerbit baru itu meminta novel tersebut diubah menjadi novel baru (bukan terusan Hyouka), maka terbitlah novel Sayonara Yosei atau Goodbye Fairy (Novel Goodbye Fairy ini juga akan diterbitkan oleh penerbit Haru). Setelah beberapa lama, akhirnya penerbit Hyouka kembali buka dan memutuskan untuk melanjutkan buku Hyouka. Jadilah Hyouka ini berlanjut sampai buku keenam.
Novel Credit Roll of the Fool oleh Yonezawa Honobu diterbitkan oleh penerbit Haru
Novel Credit Roll of the Fool ©

Kasus di buku kedua ini bercerita tentang naskah skenario film yang belum rampung. Film itu sendiri tentang cerita misteri pembunuhan di ruang tertutup. Kalau sudah soal pembunuhan di ruang tertutup saya langsung mikir ini penyelesainnya akan rumit atau sebaliknya cara yang terlampau sederhana sampai tidak terpikirkan.

Sejak awal membaca sudah banyak kejanggalan yang ditampilkan, seperti tidak rampungnya skenario, apa yang sebenarnya terjadi dengan penulis skenario, kenapa harus Hotaro yang menebak trik akhir, bagaimana menciptakan pembunuhan di ruang tertutup. Tentu saja semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab di akhir cerita. Dan, memang tidak tertebak apa yang sebenarnya terjadi, walaupun saya sudah mencium keanehan-keanehan di awal. Soal alur, jelas buku kedua lebih rumit dari yang pertama, karena di buku kedua juga melibatkan analisis orang dari luar Klub Sastra Klasik. Belum juga manipulasi dari pihak luar.

Di dalam novel kedua ini terdapat beberapa analisis, salah satunya adalah analisis milik Hotaro. Ketiga analisis lainnya adalah milik siswa kelas 2-F itu sendiri. Secara keseluruhan, saya paling puas dengan analisis milik Hotaro. Namun, apakah analisis milik Hotaro memang yang diharapkan oleh penulis skenario? Temukan jawabannya setelah membaca Credit Roll of the Fool.

Yang paling berkesan dari Credit Roll of the Fool adalah cara penulis menyisipkan petunjuk-petunjuk dari setiap analisis orang yang berbeda. Sampai ada juga perbedaan novel detektif di era Arthur Conan Doyle dengan era Agatha Christie. Berkat itu saya jadi sedikit paham era cerita-cerita detektif. Selama ini saya membaca novel-novel detektif ya tinggal baca saja. Tidak kepikiran mendalami perbedaan-perbedaannya. Misalnya, disebutkan bahwa di masa Arthur Conan Doyle belum ada kasus pembunuhan yang menggunakan trik eksplisit. Trik eksplisit muncul saat era Agatha Christie. Selain itu ada juga istilah 10 Commandments dalam cerita detektif yang digagas oleh Ronald Knox. Sepuluh Firman oleh Knox tersebut berisi hal-hal yang harus dihindari dalam cerita detektif. Kalau mau tahu detailnya bisa Googling, banyak banget situs yang membahasnya.

Anyway, bagi pecinta novel misteri patut mencicipi buku series yang ditulis Yonezawa ini. Saya lagi berusaha baca semua seriesnya. Di Indonesia sendiri baru ada empat buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Haru. Untuk buku kelima (the Approximation of the Distance of Two) dan keenam (Even Though I'm Told I Now Have a Wings) semoga juga akan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.

Jangan sungkan tinggalkan komentar di kolom komentar ya. Terima kasih telah berkunjung di Melalui Ruang.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Penulis: Vie Asano
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2018
Jumlah halaman: 296

Blurb
"Lo tinggal pilih aja mau yang mana. Pertama, lo diam dengan kesadaran lo sendiri. Kedua, gue yang bikin lo diam. Kalau perlu, gue bakalan cium lo di sini, sampai lo kehabisan napas dan pingsan."

Gara-gara terlilit utang dengan om-nya, Aya harus rela menjadi manajer Keanu & the Squad. Sebenarnya pekerjaan itu tak seburuk yang dia bayangkan andai saja bukan Keanu yang harus dihadapinya. Vokalis sekaligus pentolan band itu mungkin punya banyak fans. Dan harus dicatat, Keanu tuh memiliki wajah ganteng, bibir yang kissable, penampilan trendi, dan suara yang bagus banget. Namun, Keanu punya segudang kelakuan ajaib yang membuat Aya tak bisa berkutik, juga membuat jadwal roadshow band itu berantakan.

Aya pun mencari cara agar dapat mengendalikan Keanu karena itu satu-satunya cara agar roadshow berjalan lancar. Baru saja merasa menemukan jawaban, Aya malah terjerumus dalam masalah baru: mengetahui rahasia besar yang disimpan Keanu rapat-rapat dan membuatnya terperangkap dalam drama tak berujung.
***
Ebook novel False Beat di aplikasi iPusnas. False Beat ditulis oleh Vie Asano.
Ebook False Beat di aplikasi iPusnas ©

False Beat adalah ebook pertama yang selesai saya baca. Bangga. Hahaha... Soalnya saya kurang betah kalau baca ebook dari ponsel (Maklum belum punya tablet). Bahkan kali ini saya terbilang cepat membaca novel ini saking serunya. For your information, saya membaca novel False Beat di aplikasi iPusnas. Di iPusnas banyak sekali ebook gratis dan yang pasti legal. Jangan sampai ya kalian membaca ebook ilegal yang sering dijual melalui web atau media sosial lainnya. Ebook ilegal itu biasanya dijual murah, misalnya 10.000 dapat tiga; terus bisa di-share begitu saja biasanya dalam bentuk pdf. Kalau mau membaca ebook legal bisa beli di Gramedia Digital atau yang mau baca gratis ya di iPusnas.


Lanjut membahas novel False Beat, saya suka dengan bab awal novel ini, karena langsung menampilkan permasalahan. Dengan begitu pembaca dibuat penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan tokoh selanjutnya. Alur cerita dan pembagian bab juga menarik. Jadi cerita ini dibagi menjadi intro, verse, prechorus, chorus, bridge, dan outro; seperti bagian yang ada di dalam lagu. Alur cerita yang naik turun memberikan sensasi campur aduk, ada seru, ada sedih, ada bahagia. Dan, terkejut, karena plot twist-nya itu lho. Walaupun sudah mencium hal-hal yang disembunyikan, saya justru berpikiran kebalikannya lho. Terkecoh.

Penulis tentu telah melakukan riset yang mendalam, terbukti tokoh-tokoh dalam False Beat ini memiliki karakter yang kuat dan tidak dangkal. Misalnya, tokoh Keanu sebagai penyanyi digambarkan dengan baik melalui adegan-adegan ketika menciptakan lagu, menyanyi, tampil di panggung. Itu semua sampai ke pembaca, jadi pembaca percaya kalau Keanu adalah penyanyi, bukan tokoh yang seolah-olah digambarkan sebagai penyanyi. Tentu tidak mudah dalam menggambarkan tokoh yang mahir menyanyi dan bermain musik dalam bentuk tulisan. Di dalam kata pengantar penulis juga menyampaikan, jika pembaca ingin lebih mendapat gambaran tentang Keanu & the Squad bisa melihat penampilan band One OK Rock.

Tokoh favorit saya dalam novel ini tentu saja Kevin. Kenapa tidak Aya atau Keanu? Kalian akan mendapat jawabannya ketika membaca novel False Beat. Namun, kalau membicarakan tokoh mana yang paling menonjol, ya menurut saya Keanu. Auranya itu lho bisa sampai ke pembaca. Tapi Kevin juga memiliki karakter yang menarik. Dan saya sebagai pembaca sangat bersimpati dengan karakter Kevin.

Saya bersyukur ending cerita ini adalah close ending. Sebab, setelah semua masalah yang dialami para tokoh, rasanya terlalu kejam jika dibuat akhir yang mengambang. Overall, saya sangat menikmati membaca novel False Beat. Sedikit jadi paham tentang manajemen band, karena ada beberapa catatan kaki untuk istilah-istilah yang asing di telinga awam.

Kepingan puzzle nggak bakal pernah membentuk gambar kalau kita nggak berusaha menyusunnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis: Yonezawa Honobu
Penerbit: Haru Media
Tahun terbit: 2017
Jumlah halaman: 244

Blurb
Kalau kita menyelidikinya, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak baik.

Oreki Hotaro adalah pemuda hemat energi. Mottonya adalah, "Kalau tidak butuh dikerjakan, lebih baik tidak dikerjakan. Kalau harus dikerjakan, sebisanya saja."

Hanya saja, semua itu berubah saat dia terpaksa bergabung dengan Klub Sastra Klasik. Chitanda Eru, gadis dengan rasa penasaran yang tinggi, mengubah hari-hari Hotaro, dan dia harus memecahkan misteri demi misteri yang terjadi di sekitar mereka.

Gara-gara Chitanda, mereka dihadapkan pada kasus 33 tahun yang lalu. Hanya saja, petunjuk mereka hanyalah sebuah antologi berjudul Hyouka.
***
Novel Hyouka oleh Yonezawa Honobu
Novel Hyouka ©


Sebelum membaca novel Hyouka, saya cari dulu arti Hyouka di Google Translate. Maklum penasaran. Jadi, menurut Google Translate dan tentu saja penulisan kanjinya sesuai dengan yang ada di kaver, Hyouka berarti 'makanan penutup es'. Kurang padu ya terjemahannya, tapi kurang lebih itu sejenis makanan penutup yang terbuat dari es. Kalau buka di Wikipedia langsung ada judul bahasa Indonesianya, Hyouka yang berarti 'es krim'.

Baiklah lanjut saja bahas tentang novel Hyouka. Hyouka adalah buku pertama dari Kotenbu series atau Classic Literature Club series. Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yang tidak lain adalah Oreki Hotaro, si tokoh utama. Sudut pandang orang pertama ini memiliki keterbatasan, di mana cerita yang dituturkan hanya berdasarkan apa yang dialami, dilihat, dirasa si tokoh secara langsung. Tokoh tidak bisa cerita apa pun kalau tidak ada di lokasi/setting.

Baru beberapa lembar membaca Hyouka, saya langsung mendapat kesan bahwa Hotaro ini sebelas dua belas sama Nara Shikamaru (tokoh di manga Naruto, salah satu tokoh favorit saya juga selain Gaara). Hotaro ini tidak suka dibuat repot, bahasa gaulnya mageran, tapi cerdas (Tuh kan mirip Shikamaru). Dia juga tidak suka menjadi murid yang menonjol ataupun kebalikannya. Dia adalah tipe murid biasa-biasa saja, kalau kata temannya, Hotaro ini orang yang abu-abu. Apakah dia akan menjadi orang yang abu-abu terus? Baca novelnya.

Teka-teki di novel Hyouka awalnya terdengar sederhana, namun semakin ke belakang memang teka-tekinya tidak sesederhana kelihatannya. Dan jujur saja selama membaca Hyouka saya tidak banyak menebak-nebak, kecuali soal kaver Antologi Hyouka. Apa ya, mungkin clue itu ada di setiap bagian cerita, tapi terlalu tersembunyi dengan adanya opini-opini berbeda. Jadi susah saja menarik kesimpulan. Namun, bisa menebak misteri yang tersembunyi itu bukan keharusan, dan ternyata memang lebih seru membaca tanpa menebak-nebak apa pun. Lebih takjub dengan alur ceritanya.

Membaca novel ini tiba-tiba mengingatkan saya kepada komik Kindaichi, entah kenapa seatmosfer gitu. Ya mungkin karena sama-sama bergenre misteri. Misalnya, saat dihadapkan oleh sebuah misteri Hotaro ini adalah tipe pengamat, sementara teman-temannya sibuk beropini. Dari diamnya itu diam-diam dia menganalisis, sampai akhirnya dia dapat menarik kesimpulan. Gara-gara itu semua temannya takjub dengan kemampuan Hotaro. Tapi ya dasarnya orangnya cuek, dia bilangnya itu semua karena dia mendapatkan ilham.

Bahasa yang digunakan di novel Hyouka mudah dipahami, walaupun ada beberapa catatan kaki, karena ada istilah-istilah Jepang dan penggunaan huruf kanji pada teks aslinya. Tentu kalau diaplikasikan ke alfabet akan ada penyesuaian, karena di novel ini ada permainan kata. Tapi tenang saja catatan-catatan kaki itu tidak mengganggu.

Novel Hyouka ini masih ada kelanjutannya. Judul novel keduanya adalah Credit Roll of the Fool, novel ketiganya berjudul The Kudryavka Sequence, dan novel keempatnya berjudul The Dool That Took a Detour. Lisensi di Penerbit Haru memang baru sampai novel keempat, sebenarnya di Jepang novel karya Yonezawa ini ada 6 buku. Mari kita tunggu novel kelima dan keenamnya diterjemahkan.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Penulis: Risma Ridha Anissa
Penerbit: Bentang Belia
Tahun terbit: 2019
Jumlah halaman: 344

Blurb
Pijar sering kali dipanggil zombi oleh teman-temannya. Cewek itu dikenal misterius karena penampilannya yang seram, wajah datar, dan nggak pernah senyum. Banyak yang nggak mau berurusan dengannya, ngeri!


Sayangnya, Heksa mau nggak mau harus berdekatan dengan Pijar karena harus tampil bareng di acara sekolah. Heksa sebenarnya malas, takut popularitasnya turun. Lagian, zombi mau ngapain sih di panggung nanti? Bisa-bisa semua penonton kabur ketakutan.


Karena acara itu, Pijar dan Heksa jadi dekat. Pijar tahu kelemahan Heksa yang memalukan. Heksa juga tahu kemampuan mistis Pijar. Ternyata cewek itu bisa melihat tahun kematian seseorang saat berulang tahun. Fakta ini membuat hari-hari keduanya dipenuhi ketegangan. 

***

Novel Happy Birth-die oleh Risma Ridha Anissa, Belia Writing Marathon 3
Novel Happy Birth-die ©


Novel Happy Birth-die ini menjadi novel terakhir yang saya baca tahun 2019, sekaligus menjadi novel pertama di tahun 2020. Kalau tidak salah ingat saya mulai membaca novel ini sehari sebelum Natal dan merampungkannya tepat tanggal 01 Januari 2020. Lumayan cepat bagi saya yang kecepatan membacanya lelet ini.


Novel Happy Birth-die merupakan jebolan Belia Writing Marathon 3 yang diadakan oleh Bentang Belia. Novel ini di-publish di akun Wattpad Bentang Belia bersama cerita lainnya, dan berhasil menjadi pemenang. Happy Birth-die sudah dibaca lebih dari 1,4 juta kali lho. Kalau sekarang pastinya sudah melampaui 1,4 juta. Kalian bisa check akun Wattpad Bentang Belia atau beli bukunya saja di toko buku, karena ada beberapa part spesial yang tentunya tidak ada di Wattpad.

Risma Ridha Anissa penulis novel Happy Birth-die
Penulis Happy Birth-die ©

Happy Birth-die memiliki genre campuran romance, horor, dan fantasi dengan alur cerita maju mundur. Novel ini juga memiliki teka-teki yang seru untuk diikuti. Tokoh utama perempuan, Pijar, yang memiliki kemampuan melihat tahun kematian manusia tentu membuatnya didera berbagai masalah. Lalu, tokoh utama laki-laki, Heksa, yang banyak tingkah itu harus dihadapkan dengan Pijar yang dingin. Perpaduan yang bertolak belakang, tapi di situlah salah satu serunya. Masalah-masalah yang timbul itulah yang akan menjalankan cerita.

Point of view yang digunakan dalam novel Happy Birth-die adalah orang ketiga serba tahu. Ini POV paling dinamis sih menurut saya, karena bisa banyak ekplorasi tokoh-tokohnya. Bahasa yang digunakan juga mudah dipahami dan tidak ada kata yang asing. Enak juga dibaca sambil santai dan refresh banget sih, karena saya selalu dibuat tertawa dengan tingkah Heksa yang kalau ngomong tidak pakai filter. Hahaha...

Tokoh yang paling berkesan buat saya Heksa. Heksa ini punya kepribadian yang unik, pecicilan, lebay, kepo, kalau ngomong suka asal, tapi di balik semua itu dia care sama sahabat-sahabatnya dan orangnya positif. Dia juga tidak serta merta menjadi seseorang yang terpuruk, meskipun masa lalunya kelam. Sebaliknya, Pijar itu dingin, tanpa ekspresi, acuh tak acuh; tapi berani berkorban demi keselamatan orang lain yang kadang malah bikin dia sendiri celaka.

Nah udah makin penasaran dong sama novel Happy Birth-die? Buruan baca deh!


Kepada suara-suara yang memekik kencang
kepada Tuhan-nya,
mengancam macam-macam,
bahkan meminta takdirnya dipercepat.
Sekarang, aku menantangmu,
silakan pilih lilinmu dan bawa kemari,
kita nyalakan bersama-sama.
Jangan ragu untuk ditiup,
akan kubisikkan kapan dan bagaimana kau akan mati,
mungkin dengan cara itu,
akal sehatmu akan kembali terbuka.
Share
Tweet
Pin
Share
3 comments
Pengarang: Sabda Armandio
Penerbit: Moka Media
Tahun terbit: 2015
Jumlah halaman: 348

Novel KAMU Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya adalah salah satu buku yang saya beli di festival literasi Patjar Merah. Saat melihat-lihat katalog di aplikasi Patjar Merah, saya penasaran dengan buku ini. Lalu cari ulasan di Goodreads dan memang menarik perhatian saya. Sejak itu saya sudah menjadikan buku ini sebagai incaran. Hari ketiga saya pun datang ke Patjar Merah. Setelah memutari tumpukan buku lebih dari dua kali baru menemukan buku ini. Untung belum kehabisan.
Novel Kamu Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya ditulis oleh Sabda Armandio
Kamu Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya © 

Novel KAMU menggunakan sudut pandang orang pertama, yang sampai akhir cerita pun saya belum tahu nama ‘Aku’ ini siapa. ‘Aku’ menceritakan masa remajanya bersama seorang teman bernama ‘Kamu’. Mereka berada di peralihan antara remaja dan dewasa awal. Tokoh-tokoh di cerita digambarkan memiliki pemikiran yang kritis, unik, dan bisa dikatakan pemberontak.

Saya menyukai perjalanan singkat ‘Aku’ dan ‘Kamu’ selama membolos, mencari entahlah. Jati diri mungkin, layaknya cerita coming of age. Namun, ada sentuhan surrealist di dalam kisah mereka (Kesukaan saya banget!). Tapi tidak seluruhnya saya pahami makna tersiratnya (Dan itu tidak masalah). Novel KAMU juga menampilkan cerita dan dialog tokoh yang mengkritik isu-isu tertentu. Saya sering kali mengangguk-angguk setuju dengan opini-opini tokoh.

Tokoh ‘Aku’ dan ‘Kamu’ menurut saya saling bertolak belakang. ‘Aku’ seseorang yang cukup taat sama sistem, ‘Kamu’ sebaliknya. Contohnya ‘Aku’ baru kenal membolos saat diajak ‘Kamu’. Namun, di balik itu, ‘Aku’ selalu berperang dengan pikirannya. Ia juga memiliki sifat introvert yang membuatnya lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kepala. Tapi sekalinya berbicara langsung tepat sasaran. Ia tidak memiliki sahabat, bahkan ‘Kamu’ tergolong teman biasa. Sementara ‘Kamu’ saya tangkap sebagai sosok yang nyentrik (Walaupun ‘Aku’ tidak kalah nyentrik) dan santai. Baginya membolos salah satu bagian dari kehidupan sekolah. Ia selalu memiliki pemikirannya sendiri tentang patokan-patokan yang dibuat oleh masyarakat. Namun, di balik sikap kritisnya ada kekhawatiran yang ia rasakan. Overall, saya menyukai dua karakter utama di novel KAMU. Mereka sama-sama memiliki karakter yang kuat, sehingga meninggalkan kesan.

Mengingat sedikit materi dalam kelas menulis skenario, menurut saya Novel KAMU bisa dikatakan sebagai cerita character driven, karena cerita fokus pada pergolakan batin karakter. Karakter menjadi elemen utama yang menggerakkan jalan cerita. Berbeda dengan cerita plot driven yang fokus pada alur cerita dan perubahan eksternal.

Playlist:
Hindia - Secukupnya
Hindia ft. Rara Sekar - Membasuh
Pamungkas - Jejak
Kunto Aji - Pilu Membiru

Selamanya akan berperang melawan pikiran sendiri. Tak akan memulai apa pun, tak akan menyelesaikan apa pun. Tak mendapat apa-apa. Tidak memiliki apa-apa.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pukul 15:51 WIB tanggal 17 Juli 2019 baru saja selesai membaca The Humble Comma
Penulis: Aci Baehaqie
Penerbit: Bhuana Ilmu Populer
Tahun terbit: 2019
Halaman: 283

Blurb
Koma hadir sebagai jeda
Jeda untuk bernapas
Jeda untuk berpikir sejenak
Koma selalu dibutuhkan manusia, walau kerap dilupakan
Berbeda dengan titik
Semua orang akan bertemu bila saatnya tiba
Namun, tidak semua orang beruntung berjumpa dengan koma
Tidak setiap orang diberi jeda dalam hidupnya
Di tengah hiruk pikuk, koma memberikan sebuah arti
Di tengah sibuk, koma mengembalikan arti kita sebagai manusia

Cerita tentang pertemuan dengan sebuah jeda dan 12 cerita lain mengenai pahit dan manisnya hidup…
***
Kumpulan Cerita The Humble Comma
The Humble Comma ©

Suka sekali dengan blurb The Humble Comma, setuju juga dengan kata-kata tersebut. Seringnya manusia terus berlari, lupa untuk berhenti dan mengambil napas. Nah kali ini simak ulasan saya tentang buku The Humble Comma.

Buku The Humble Comma adalah kumpulan cerita pendek yang hadir dengan kisah-kisah sederhana yang kadang kita abaikan dan kisah-kisah kompleks yang menggetarkan. Ditulis dengan kalimat yang mudah dipahami dan kadang disisipi kritik-kritik ataupun keresahan-keresahan. Tidak jarang hal-hal tersirat juga menghiasi setiap kisah.

Terkadang saya suka dengan hal-hal yang tidak gamblang dalam buku ini, karena memberikan ruang bagi pembaca untuk berimajinasi, berpendapat, bahkan berspekulasi. Tapi ada juga cerita yang saya harapkan bisa memiliki close ending.

Dari 13 kisah-kisah yang tertuang dalam The Humble Comma, Pendosa yang Menangis adalah favorit saya. Adanya potongan-potongan kaset itu memang ide yang bagus, sangat mendukung alur cerita. Beberapa kisah masih bisa dikembangkan dan saya rasa akan menarik jika dibuat versi novelnya. 

Selama membaca saya mencoba membuat playlist, yang mana kebiasaan tersebut tidak pernah saya lakukan. Biasanya saya mendengarkan lagu secara random. Ternyata seru juga membuat playlist khusus untuk membaca novel tertentu. Berikut ini lagu-lagu yang saya dengarkan:

Daramuda - Growing Up
Banda Neira - Hujan di Mimpi
Banda Neira - Matahari Pagi
Banda Neira - Biru
Banda Neira - Langit dan Laut
Yiruma - River Flows in You

Sekian ulasan buku oleh Melalui Ruang. Tunggu ulasan-ulasan lainnya dan jangan lupa tinggalkan komentar. Terima kasih.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pukul 15:34 WIB tanggal 2 Juli 2019 baru saja selesai membaca Katarsis
Penulis: Anastasia Aemilia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Halaman: 272
Genre/sub genre: Psychology thriller


Blurb
ka.tar.sis: n (Psi) cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; (Sas) kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.


Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, sementara Tara ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kotak perkakas kayu. Dengan bantuan Alfons, psikiaternya, polisi berusaha menemukan sang pembunuh lewat Tara yang mengalami trauma berat. Teka-teki pembunuhan ini makin membingungkan setelah muncul Ello, pria teman masa kecil Tara. Kematian demi kematian meninggalkan makin banyak tanda tanya. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?
***
Saya sudah cukup lama tahu tentang novel Katarsis ini, tapi belum ada keinginan untuk beli, lalu saya melupakannya. Nah kebetulan banget novel ini cetak ulang dengan sampul baru dan ada versi bahasa inggrisnya. Saya juga lagi berburu potongan harga di toko buku, makanya saya angkut buku ini. Selain itu saya memang penasaran dengan cerita yang ditulis oleh salah satu editor fiksi di Gramedia ini. Siapa tahu bisa buat belajar alurnya juga.


Alur novel Katarsis ini menurut saya cukup cepat, ditulis tanpa bertele-tele. Namun pembaca akan dibawa naik turun pada titik-titik tertentu. Semakin membalik halaman semakin terasa kelam dan kengeriannya. Namanya juga thriller hal-hal sadis juga ada di sini, meskipun deskripsinya tidak detail tapi tetap bikin saya mengerutkan kening ngeri.


Di novel Katarsis ini tidak ada tokoh yang jadi favorit saya. Kekuatan karakter setiap tokoh menurut saya sedang-sedang saja, bahkan Tara yang menjadi pusat cerita. Bagusnya di sini cukup dijelaskan lingkungan sekitar Tara yang membentuk karakter dia. Tara juga sosok yang terbilang tidak mudah menyerah, meskipun mengalami rentetan kejadian memilukan. Alfons menjadi tokoh paling netral di sini dan perannya memang besar untuk tokoh utama. Sementara Ello sejak awal sudah menjadi sosok yang misterius. Tadinya saya berharap Ello ini adalah angin segar bagi Tara, tampaknya saya berharap berlebihan. Kenapa demikian, baca saja novelnya. Haha…


Ada beberapa salah sebut dan salah ketik yang saya temukan. Salah ketik mungkin tidak terlalu mengganggu, tapi yang salah sebut itu bisa membuat pembaca salah mengartikan. Selain itu yang lumayan membingungkan adalah adanya dua POV tapi tidak ada nama di awal bab yang menunjukkan masuk POV siapa, Tara atau Ello. Critical Eleven juga ada dua POV tapi setiap ganti suara ada nama tokoh yang tertera, meskipun perbedaan tokoh bisa dilihat dari suaranya sih. Sayangnya kalau kalimat di awal tergolong netral tetap akan menimbulkan perspektif yang beda. Contoh, saya lagi baca salah satu bab dan itu saya kira Tara ternyata setelah baca kalimat selanjutnya itu babnya Ello.


Akhir cerita novel Katarsis tidak ketebak sama sekali. Selama membaca pun tidak ada tanda-tanda novel ini bakal berakhir seperti apa, jadi saya hanya mengikuti cerita ini tanpa berspekulasi. Dan jangan pernah berharap akhir yang menggembirakan.


Sebelum saya akhiri ulasan ini, saya ingin membahas sedikit tentang Katarsis dalam artian yang sudah disebutkan di blurb. Dalam arti di dunia psikologis katarsis memang ditujukan untuk tokoh utama yang mengalami trauma berat. Sementara arti lainnya tentang kelegaan emosional, entah kenapa kurang pas. Saya malah meyakini tokoh utama tidak pernah benar-benar lega hingga novel ini tamat.


Nah sekian ulasan saya, semoga bisa membantu kalian yang ingin mencari bacaan bergenre thriller psychology. Jangan lupa share dan comment.


Quote: “... bahwa hidup ini akan selalu menyenangkan jika kita tahu permainan apa yang dapat kita ambil.”
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Tanggal 14 Juni 2019, pukul 12:24 baru saja selesai membaca 13 Reasons Why
Penulis: Jay Asher
Penerbit: Spring
Tahun terbit: 2018
Halaman: 324
Genre/sub genre: kata Jay Asher ini genre Suspense, sub genrenya saya rasa Young Adult atau Coming of Age (Kalau mau tahu genre Suspense apa klik di sini)


Blurb
Kau tidak bisa menghentikan masa depan. Kau tidak bisa mundur ke masa lalu. Satu-satunya cara untuk mengetahui rahasia itu adalah menekan… Play.


Clay Jensen pulang dari sekolah dan menemukan sebuah paket berisi setumpuk kaset. Namun ternyata pengirim kaset-kaset itu adalah Hannah Baker, teman sekolahnya yang bunuh diri dua minggu lalu. Dalam kaset-kaset itu, Hannah menjelaskan alasan-alasan kenapa dia bunuh diri dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Clay menjadi salah satunya.


Hannah Baker sudah tiada. Seharusnya rahasia-rahasia gadis itu terkubur bersamanya. Namun, setelah mendengarkan isi kaset, Clay menjadi paham kenapa dia menjadi salah satu alasan Hannah.


Sepanjang malam, Clay mendengarkan kaset Hannah. Dia mengikuti petunjuk yang Hannah berikan untuk menyusuri kota kecilnya. Namun, yang dia temukan kemudian mengubah hidupnya selamanya…
***
Thirteen Reasons Why
Dok. pribadi
Saya tertarik baca buku 13 Reasons Why setelah menonton TV Series-nya di Netflix. Lucu sih, harusnya karena semua sudah terungkap tidak ada rasa penasaran lagi ya. Tapi saya tetap ingin baca bukunya. Novel 13 Reasons Why ini saya beli tahun 2018, ikut PO yang ada hadiah tote bag sama peta. Namun baru saya baca sekarang, karena tumpukan buku lain yang belum saya baca juga. Hahaha… Saya yang penting punya bukunya dulu, bacanya entah kapan.


Well, sebab saya sudah menonton TV Series-nya saya bahas sedikit perbedaan keduanya (tenang saya tidak akan spoiler). Thirteen Reasons Why versi TV Series ada beberapa perubahan dan penambahan yang tentunya bertujuan untuk penyesuaian. Dan itu tidak mengubah jalan cerita utama kok, justru menurut saya sebagian penambahan itu melengkapi novel 13 Reasons Why.


Pada novel 13 Reasons Why kedalaman setiap karakter--yang berperan menjadi alasan Hannah Baker bunuh diri--kurang mendalam. Di novel hanya Hannah dan Clay yang perasaannya ditunjukkan lebih mendalam. Sementara di TV Series, tokoh-tokoh lainnya bisa digambarkan lebih mendalam. Tentu ini karena keterbatasan halaman. Kalau semua tokoh itu dijelaskan secara mendalam sudah pasti bukunya bakal lebih tebal daripada kamus.


Di novel 13 Reasons Why juga ada bonus berupa dialog-dialog yang dihapus, kata pembuka, dan ending cerita sebelum disunting. Dan ternyata ending sebelum disunting itu berbeda banget lho dengan ending yang sekarang. Bahkan judulnya pun tadinya bukan 13 Reasons Why.


Saya sarankan baca dulu novel 13 Reasons Why baru nonton TV Series-nya. TV Series 13 Reasons Why itu adalah pelengkap novelnya. Tunggu dulu! TV Series-nya ada dua musim sejauh ini dan season 1 menurut saya tetap paling bagus. Namun di season 2 ada bagian yang tentunya bisa menjadi pelengkap atas nasib kasus Hannah Baker yang mana tidak ada di novelnya. Sayangnya tidak semua episode di season 2 seasik season 1.


Mari lanjut membahas tokoh-tokoh dalam novel. Hannah Baker menggambarkan sosok remaja yang mencari jati dirinya, yang belum memahami dirinya sendiri secara utuh, katakanlah masih labil. Dan itu bukan salah dia menjadi labil. Siapa sih yang tidak pernah melewati masa-masa labil? Semua pasti pernah. Namun, sayangnya dia tidak berhasil melewati masa-masa itu. Dia memilih untuk menyerah, karena tidak mendapatkan pertolongan yang dia harapkan.


Clay Jensen, anak baik, setidaknya itu yang semua orang pikirkan (termasuk saya dan memang demikian). Meskipun Clay masuk ke dalam daftar Hannah, menurut saya itu tidak membuat dia jahat. Dia hanya terlibat dalam situasi rumit dan tidak tahu bagaimana bertindak. Namun, entah kenapa saya tidak begitu bisa merasakan emosi Clay di dalam novel. Clay yang di TV Series itu terlihat lebih emosional. Akting Dylan Minnette memang bagus. Dia berhasil menggambarkan Clay yang kacau.


Tokoh Tony di novel hanya memiliki porsi sedikit. Sepanjang membaca saya membayangkan wajah Christian Navarro, tapi tokoh Tony di novel jadi tidak terasa cocok dengannya. Tony memang lebih keren yang di TV Series. Sedikit bocoran, sebenarnya di novel orientasi Tony itu tidak disebutkan sama sekali, bahkan secara eksplisit pun tidak. Saya suka ¾ Tony di TV Series dan ¼ Tony di novel. Hahaha…


Kalaupun tokoh lain tidak, tokoh Jessica Davis harusnya bisa dijelaskan sedikit lebih banyak, tapi di novel tidak. Intinya di novel itu ya mostly adalah Clay yang sedang mendengarkan kaset. Bahkan dia tidak banyak berinteraksi dengan murid lain yang ada dalam daftar, kalau pun ada hanya sambil lalu.


Jika ditanya apa saya menyesal membaca bukunya, kan mendingan nonton TV Series-nya saja. Jawaban saya adalah tidak. Nah kalian terserah mau baca bukunya saja atau nonton TV Series-nya saja atau keduanya, itu tidak akan mengurangi pesan yang coba disampaikan melalui cerita Hannah Baker.


Mengutip kalimat dalam novel 13 Reasons Why, “Segala sesuatu memengaruhi segalanya”. Tindakan dan ucapan kita bisa jadi berdampak pada orang lain, jadi kendalikanlah. Kita juga diajak peka terhadap sekitar. Kita tidak bisa menunggu orang meminta pertolongan, kadang mereka tidak sadar bahwa mereka membutuhkan pertolongan itu. Kita lah yang harus mengulurkan tangan.


Bagi saya novel 13 Reasons Why sangat inspiratif, banyak pelajaran yang bisa dipetik. Jangan segan untuk membaca novel ini.


Saya tunggu komentar-komentar kalian di bawah ini. Terima kasih telah berkunjung.
Share
Tweet
Pin
Share
1 comments
Baru saja selesai membaca Seventeen Once Again 17 Mei 2019 pukul 14:18
Penulis: Handi Namire
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 288
Tahun terbit: 2017
Genre/Sub-genre: Romance/Young Adult

Blurb
Raka membalas perasaan Briana. Ya, Raka, ketua OSIS yang digandrungi banyak siswi di sekolah. Raka yang juga pacar Tara, sahabat baiknya! Eh, bukankah itu artinya Briana merebut pacar sahabatnya sendiri? Ah, entahlah! Saat study tour, Raka berjanji akan membuat hubungan mereka jelas.

Sayangnya, saat semua akan terjawab, Briana mengalami kecelakaan di India. Sejak kecelakaan itu Briana sulit mengingat hal-hal yang terjadi. Lebih menyebalkan lagi, Mama malag memindahkannya ke Bandung, jauh dari Raka; Tara; dan teman-teman dekatnya.

Selain itu, di sekolah batunya Briana dihadapkan pada drama yang menyebalkan. Ben, ketua klub penyiaran, ngotot merekrut Briana jadi anggota! Di sisi lain, Alisha, cewek sok berkuasa, memintanya untuk menjauhi Ben.

Seolah semuanya belum cukup, Briana mulai merasakan keganjilan pada hidupnya. Kenapa keberadaan Raka misterius? Kenapa teman-teman Briana tidak menghubunginya lagi? Dan… bebenarkah Briana berusia tujuh belas tahun.
***
Seventeen Once Again adalah novel terbitan Gramedia. Novel tersebut merupakan pemenang kedua Gramedia Writing Project batch 3.
Novel Seventeen Once Again ©

Novel Seventeen Once Again ini merupakan juara kedua kompetisi menulis Gramedia Writing Project batch 3. Kisah Briana yang mengalami usia 17 tahun sekali lagi (sesuai dengan judulnya ya) ini sukses membuat saya membacanya tanpa henti. Apa lagi ada misteri di balik kisah Briana yang dikeluarkan secara perlahan-lahan. Mungkin tema cerita novel ini pernah kalian dengar dari beberapa film tertentu, tapi novel ini memang ditulis dengan baik dan berbeda jadi tidak ada kesan bosan.

Di novel Seventeen Once Again tidak melulu menyuguhkan kisah cinta, ada harapan dan cita-cita yang berusaha digapai oleh tokoh. Deskripsi profesi dan klub penyiaran juga sangat meyakinkan, tidak hanya tempelan yang kurang informatif. Saya juga bisa membayangkan setiap adegan. Alur novel tidak terlalu cepat juga tidak lambat, pas banget. Setiap adegan memang penting dan sesuai porsinya.

Soal karakter tidak ada yang jadi favorit saya. Briana bukan sosok yang lovable sih bagi saya. Ben yang cowok populer pun tidak membuat saya berpihak padanya (Hahaha…), apa lagi Raka.

Jika kalian sedang mencari novel genre romance yang tidak cuma cinta-cintaan, maka Seventeen Once Again patut menjadi wishlist kalian. Happy reading! Jangan lupa tinggalkan komentar. :)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
29 Maret 2019 pukul 19:37 baru saja selesai membaca A Sweet Mistake
Penulis: Vevina Aisyahra
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 248
Tahun terbit: 2017

Bagi Liona, Rey adalah mahasiswa abadi yang selalu sentimen kepadanya, cowok yang tidak punya masa depan. Rey hanya beruntung karena memiliki keluarga kaya. Sementara bagi Rey, Liona adalah tetangga pembawa sial. Gadis tanpa ekspresi yang sok cool dan menyebalkan.

Suatu hari Rey mendapat ide cemerlang untuk mengerjai Liona. Rencana itu dianggapnya akan menjadi tebusan paling manis atas rasa tidak sukanya selama ini. Dan Liona berhasil masuk ke dalam perangkap yang dibuat Rey. Namun, benang takdir punya rencana lain. Tidak hanya Liona, tapi Rey juga terperangkap. Tidak bisa menolak. Akankah hal tersebut membawa keduanya pada akhir yang bahagia? Atau malah menjadi kehancuran bagi keduanya?

Begitulah kira-kira sinopsis yang ada di sampul belakang buku.

Novel terbitan Gramedia a Sweet Mistake adalah pemenang ketiga Gramedia Writing Project batch 3
Novel a Sweet Mistake ©

A Sweet Mistake adalah novel young adult jebolan Gramedia Writing Project batch 3. Novel ini menjadi juara tiga pada kompetisi menulis tersebut. Tidak heran jika novel ini menang, karena menurut saya penulisannya rapi dan karakternya memiliki perkembangan. Gaya bahasa yang digunakan dalam novel ini sederhana tapi enak dibaca. Bagi saya tidak masalah mau gaya bahasa sederhana, unik, indah; tapi yang penting bisa membawa pembaca masuk ke cerita.

Saya suka alur cerita di A Sweet Mistake, tidak bertele-tele. Semua sesuai porsinya. Ceritanya juga berkembang dengan baik. Ada beberapa bagian cerita yang bikin saya ngakak, ada juga yang menyentuh hati. Pokoknya menghiburlah baca A Sweet Mistake.

Karakter utama, Liona dan Rey digambarkan dengan baik. Mereka memiliki warna yang berbeda. Kalau ditanya karakter favorit saya di novel A Sweet Mistake siapa, mungkin Rey. Dia memiliki perkembangan yang baik, bukan berarti Liona tidak ya. Ya bisa dibayangkan Rey itu kan selalu dimanjakan, apa pun yang dia butuhkan selalu ada, itu membuat dia tumbuh menjadi sosok yang effortless. Tapi dia bisa berubah karena keadaan itu cukup drastis menurut saya.

Jadi itu tadi pendapat saya tentang novel A Sweet Mistake. Kalau kalian ingin santai dan tidak ingin bacaan yang berat maka novel ini adalah pilihan yang tepat.

Silakan share rekomendasi novel bagus menurut kalian di kolom komentar.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Older Posts

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

About blog

Sejak 2016, Melalui Ruang membahas buku, dunia literasi, film/tv series, dan kedai kopi yang dikunjungi penulis. Semuanya berasal dari perspektif dan pengalaman penulis.

Categories

Film/TV series (34) Buku (20) Menulis (19) Lainnya (10) Kopi (8)

recent posts

Link Favorit

  • Fiksi Lotus
  • Foodiscuss
  • Peter de Vries Guitar

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates