Review Novel Gramedia Katarsis New Cover

by - 8:46 PM

Pukul 15:34 WIB tanggal 2 Juli 2019 baru saja selesai membaca Katarsis
Penulis: Anastasia Aemilia
Penerbit: PT. Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2013
Halaman: 272
Genre/sub genre: Psychology thriller


Blurb
ka.tar.sis: n (Psi) cara pengobatan orang yang berpenyakit saraf dengan membiarkannya menuangkan segala isi hatinya dengan bebas; (Sas) kelegaan emosional setelah mengalami ketegangan dan pertikaian batin akibat suatu lakuan dramatis.


Seluruh keluarganya tewas dalam pembunuhan sadis, sementara Tara ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kotak perkakas kayu. Dengan bantuan Alfons, psikiaternya, polisi berusaha menemukan sang pembunuh lewat Tara yang mengalami trauma berat. Teka-teki pembunuhan ini makin membingungkan setelah muncul Ello, pria teman masa kecil Tara. Kematian demi kematian meninggalkan makin banyak tanda tanya. Apakah Tara sesungguhnya hanya korban atau dia menyembunyikan jejak masa lalu yang kelam?
***
Saya sudah cukup lama tahu tentang novel Katarsis ini, tapi belum ada keinginan untuk beli, lalu saya melupakannya. Nah kebetulan banget novel ini cetak ulang dengan sampul baru dan ada versi bahasa inggrisnya. Saya juga lagi berburu potongan harga di toko buku, makanya saya angkut buku ini. Selain itu saya memang penasaran dengan cerita yang ditulis oleh salah satu editor fiksi di Gramedia ini. Siapa tahu bisa buat belajar alurnya juga.


Alur novel Katarsis ini menurut saya cukup cepat, ditulis tanpa bertele-tele. Namun pembaca akan dibawa naik turun pada titik-titik tertentu. Semakin membalik halaman semakin terasa kelam dan kengeriannya. Namanya juga thriller hal-hal sadis juga ada di sini, meskipun deskripsinya tidak detail tapi tetap bikin saya mengerutkan kening ngeri.


Di novel Katarsis ini tidak ada tokoh yang jadi favorit saya. Kekuatan karakter setiap tokoh menurut saya sedang-sedang saja, bahkan Tara yang menjadi pusat cerita. Bagusnya di sini cukup dijelaskan lingkungan sekitar Tara yang membentuk karakter dia. Tara juga sosok yang terbilang tidak mudah menyerah, meskipun mengalami rentetan kejadian memilukan. Alfons menjadi tokoh paling netral di sini dan perannya memang besar untuk tokoh utama. Sementara Ello sejak awal sudah menjadi sosok yang misterius. Tadinya saya berharap Ello ini adalah angin segar bagi Tara, tampaknya saya berharap berlebihan. Kenapa demikian, baca saja novelnya. Haha…


Ada beberapa salah sebut dan salah ketik yang saya temukan. Salah ketik mungkin tidak terlalu mengganggu, tapi yang salah sebut itu bisa membuat pembaca salah mengartikan. Selain itu yang lumayan membingungkan adalah adanya dua POV tapi tidak ada nama di awal bab yang menunjukkan masuk POV siapa, Tara atau Ello. Critical Eleven juga ada dua POV tapi setiap ganti suara ada nama tokoh yang tertera, meskipun perbedaan tokoh bisa dilihat dari suaranya sih. Sayangnya kalau kalimat di awal tergolong netral tetap akan menimbulkan perspektif yang beda. Contoh, saya lagi baca salah satu bab dan itu saya kira Tara ternyata setelah baca kalimat selanjutnya itu babnya Ello.


Akhir cerita novel Katarsis tidak ketebak sama sekali. Selama membaca pun tidak ada tanda-tanda novel ini bakal berakhir seperti apa, jadi saya hanya mengikuti cerita ini tanpa berspekulasi. Dan jangan pernah berharap akhir yang menggembirakan.


Sebelum saya akhiri ulasan ini, saya ingin membahas sedikit tentang Katarsis dalam artian yang sudah disebutkan di blurb. Dalam arti di dunia psikologis katarsis memang ditujukan untuk tokoh utama yang mengalami trauma berat. Sementara arti lainnya tentang kelegaan emosional, entah kenapa kurang pas. Saya malah meyakini tokoh utama tidak pernah benar-benar lega hingga novel ini tamat.


Nah sekian ulasan saya, semoga bisa membantu kalian yang ingin mencari bacaan bergenre thriller psychology. Jangan lupa share dan comment.


Quote: “... bahwa hidup ini akan selalu menyenangkan jika kita tahu permainan apa yang dapat kita ambil.”

You May Also Like

0 comments