• Home
  • About
  • Contact
  • Privacy Policy
twitter instagram

MELALUI RUANG

menulis, membaca, menonton

Akhir-akhir ini saya lagi suka nonton drama Korea yang bertema remaja SMA hingga anak kuliahan. Lumayan bikin senyum-senyum. Nah, daftar rekomendasi drama Korea remaja berikut ini bisa kalian tonton di Iqiyi. Beberapa memang hanya ada di Iqiyi. Simak yuk!

1. Imitation (on going)

Drama Korea Imitation hanya bisa ditonton di Iqiyi. Sejauh ini Imitation baru memasuki 7 episode, dengan total episode sebanyak 12 dan durasi masing-masing episode sekitar 60 menit. Drama Korea Imitation update setiap hari Jumat sekitar pukul 21:00. Drama tersebut diperankan oleh Jung Ji So (sebagai Lee Ma Ha), Lee Jun Young (sebagai Kwon Ryeok), Park Ji Yeon (sebagai La Ri Ma), dan Yun Ho Ateez (sebagai Lee Yoo Jin). Selain itu juga ada peran pendukung yang dimainkan oleh idol-idol Korea, mulai dari anggota boyband Ateez (Jong Ho, San, Seonghwa) hingga SF9 (Hwiyoung).
 
Drama Imitation menceritakan kehidupan dan perjuangan para trainee untuk menjadi seorang idol, serta kerasnya perjuangan idol bertahan di industri musik Korea yang persaingannya sangat ketat. Ma Ha adalah anggota girl band baru bernama Tea Party. Bersama dengan dua anggota lainnya, Ri A dan Hyun Ji, mereka berjuang untuk meraih kesuksesan, setelah pernah gagal debut. Sementara itu, Ryeok adalah salah satu anggota boy band SHAX yang sangat terkenal. Ia dan Ma Ha sudah mengenal sejak lama, sebelum Ryeok debut. Lalu, mereka bertemu kembali karena membintangi drama yang sama. Awalnya Ryeok kesal karena Ma Ha selalu meniru gaya Ri Ma. Bahkan saat bertemu di sebuah acara TV, Ryeok sempat berbicara ketus kepada Ma Ha. Namun, akhirnya mereka menjadi dekat, karena kejadian tidak terduga selama berkeliling kota untuk promosi film yang mereka bintangi.

Drama Imitation ini cukup memberikan insight tentang industri musik di Korea. Misalnya gimana para boy/girl band bisa tampil di sebuah acara musik. Ternyata tidak semudah itu mendapatkan slot di acara musik. Setelah mendapat slot pun tidak serta merta penampilan mereka mulus. Para boy/girl band pendatang baru memiliki durasi tampil yang dibatasi. Jadi, entah lagu mereka dipercepat ataupun tidak semuanya ditampilkan alias dipotong di bagian tertentu.

2. At a Distance Spring is Green (on going)

Kadang saya suka random nonton drama, tapi tetap dilanjut. Malahan ada yang awalnya pengin ditonton, tapi berakhir dengan mandek di episode tertentu. Drama Korea At a Distance Spring is Green ini termasuk yang random saya klik dan tonton, tapi ternyata lumayan. Sejauh ini baru tayang hingga 3 episode dengan total episode sebanyak 12 dan durasi sekitar 60 menit. Drama tersebut update setiap hari Senin dan Selasa pukul 19:30, serta hanya bisa ditonton di Iqiyi. At a Distance Spring is Green dibintangi oleh Park Ji Hoon (sebagai Yeo Joon), Kang Min Ah (sebagai Kim So Bin), dan Bae In Hyuk (sebagai Nam Soo Hyun).

At a Distance Spring is Green berkisah tentang kehidupan perkuliahan dan segala permasalahan tokoh-tokohnya. Yeo Joon adalah seorang mahasiswa tingkat pertama yang sangat populer dan disukai banyak orang. Ia hanya menampilkan image yang baik dan tanpa disadari menjadi people pleaser demi menyenangkan semua orang. Walaupun berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi Yeo Joon kekurangan kasih sayang dan diperlakukan tidak baik oleh orang tuanya. Semua orang tidak pernah mengetahui sisi gelap dari Yeo Joon. Sementara itu, So Bin adalah mahasiswi tahun ketiga yang tidak menonjol dan tidak memiliki pengalaman untuk ditulis di CV. Ia bertekad untuk ikut dalam proyek seorang profesor di kampusnya, tapi posisi asisten itu sudah diambil Yeo Joon. Lalu ada pula Soo Hyun, mahasiswa tahun ke empat yang pintar dan tampan, tapi memiliki kesulitan ekonomi. Ia harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sekaligus berkuliah. Hidupnya hanya ia gunakan untuk bekerja paruh waktu dan kuliah, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk bergaul dan tidak memiliki banyak teman.
 

3. Live On

Nah, buat penonton yang tidak suka nonton drama on going, kalian bisa coba nonton Live On. Drama Korea Live On memiliki jumlah episode yang relatif sedikit, hanya 8 episode dengan durasi sekitar 60 menit setiap episode. Drama tersebut dibintangi oleh Jung Da Bin (sebagai Baek Ho Rang) dan Mihyun (sebagai Go Eun Taek).

Live On berkisah tentang anak SMA bernama Ho Rang yang merupakan influencer. Ho Rang sangat populer baik di media sosial maupun sekolah, karena fashionable dan cantik. Namun, ia hanya memiliki satu teman, karena kepribadiannya yang dinilai buruk. Suatu ketika, seseorang berusaha mengungkap rahasianya. Bersamaan dengan itu, Eun Taek sedang merekrut penyiar baru untuk klub penyiaran. Ia meminta Ho Rang bergabung. Walaupun sempat menolak, akhirnya Ho Rang bergabung dalam klub penyiaran. Tujuannya bergabung tidak lain untuk menemukan pengirim anonim dalam segmen cerita yang berniat membongkar rahasianya. 

4. Extraordinary You

Drama Korea Extraordinary You release tahun 2019, tapi saya baru-baru ini nonton. Drama tersebut memiliki 16 episode dengan durasi rata-rata 60 menit. Para tokoh utamanya antara lain, Kim Hye Yoon (Eun Dan O), Ro Woon (Ha Roo), Lee Jae Wook (Baek Kyung), Jung Gun Joo (Lee Do Hwa), Lee Tae Ri (Jinmiche), Lee Na Eun (Yeo Joo Da), dan Kim Young Dae (Oh Nam Joo).
 
Extraordinary You berkisah tentang Dan O, siswi di SMA elit yang dikenal banyak orang. Orang tuanya kaya raya dan ia memiliki tunangan bernama Kyung. Namun, ia memiliki sakit jantung parah. Suatu ketika, ia merasakan keanehan pada dirinya. Ia seakan bisa berpindah-pindah tempat dan situasi tanpa bisa mengingat kejadian sebelumnya. Bahkan ia mendapat penglihatan masa depan. Dan O mengira bahwa ia mengidap suatu penyakit. Hingga suatu ketika, Jinmiche memberitahunya, bahwa Dan O merupakan tokoh di dalam komik berjudul Secret.
 
Awalnya Dan O mengira adalah tokoh utama. Namun akhirnya ia menemukan fakta, bahwa ia hanyalah tokoh extra. Ia juga semakin menyadari, bahwa Kyung sangat menyebalkan. Bahkan ia sama sekali tidak mencintai Kyung. Sayangnya sebagai tokoh yang dikendalikan oleh penulis, Dan O hanya bisa mengikuti jalan cerita. Ia tidak bisa menentukan nasibnya. Itu membuatnya frustrasi. Lalu, ia bertekad untuk mencari cinta sejatinya.

Ketika Dan O berusaha mengubah adegan terjatuh di tangga, ia gagal. Ia tetap jatuh, tapi seorang murid laki-laki menolongnya dan saat itu jantungnya berdebar, bukan karena kumat. Namun, ada hal lain yang Dan O rasakan. Sejak saat itu ia mencari laki-laki tersebut, karena menyakini laki-laki tersebut adalah cinta sejatinya. Akhirnya, Dan O menemukan laki-laki tersebut yang ternyata adalah teman sekelasnya. Sayangnya, laki-laki itu tidak memiliki nama. Dan O pun memberinya nama Ha Roo.

Gimana guys, kalian tertarik nonton nggak? Jangan sungkan comment ya. Kalau punya rekomendasi boleh juga di-share.

Edited:
Sekarang Imitation dan At a Distance Spring is Green episodenya sudah complete, jadi buat pencinta drama bisa langsung marathon, nggak usah lama nunggu tayang.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Siapa yang selingkuh?
Kenapa Este menghilang?
Ada yang mati atau tidak?
Siapa yang menjadi pelaku kejahatan?
Siapa yang lagi ngomong dalam lirik?

Begitu dengar sepintas lagu no body no crime yang dinyanyikan oleh Taylor Swift, saya langsung tertarik sama liriknya. Bisa dikatakan no body no crime ini adalah cerita pendek. Hal yang paling bikin saya tertarik adalah point of view dan kata ganti yang digunakan. Dalam lirik lagu no body no crime ada beberapa point of view.

Pada bagian pertama, teman Este menceritakan kejadian dari sudut pandang Este. Este cerita kalau suaminya bertingkah aneh. Dia menduga bahwa suaminya selingkuh. Tapi, dia tidak bisa membuktikannya. Sampai akhir pada chorus pertama, sudut pandangnya masih Este.

He did it
He did it

Este's a friend of mine
We meet up every Tuesday night for dinner and a glass of wine
Este's been losing sleep
Her husband's acting different and it smells like infidelity
She says, "That ain't my merlot on his mouth"
"That ain't my jewelry on our joint account"
No, there ain't no doubt
I think I'm gonna call him out
She says

"I think he did it but I just can't prove it"
I think he did it but I just can't prove it
I think he did it but I just can't prove it
No, no body, no crime
But I ain't letting up until the day I die
No, no
I think he did it
No, no
He did it


Bagian kedua yang cerita masih teman Este, tapi sekarang dari sudut pandangnya sendiri. Dia mengamati kejadian yang ada di sekitarnya. Este tiba-tiba menghilang dan suaminya melaporkan hal tersebut. Namun, menurut teman Este, ada yang mencurigakan. Suami Este baru saja mengganti ban pada truknya dan simpanannya tiba-tiba pindah ke rumahnya. Teman Este berkesimpulan bahwa harus ada yang menangkap suami Este, karena suami Este pasti ada hubungannya dengan menghilangnya Este. Sayangnya, teman Este ini tidak punya bukti.

Este wasn't there
Tuesday night at Olive Garden, at her job, or anywhere
He reports his missing wife
And I noticed when I passed his house his truck has got some brand new tires
And his mistress moved in
Sleeps in Este's bed and everything
No, there ain't no doubt
Somebody's gotta catch him out
'Cause

I think he did it but I just can't prove it (he did it)
I think he did it but I just can't prove it (he did it)
I think he did it but I just can't prove it
No, no body, no crime
But I ain't letting up until the day I die
No, no
I think he did it
No, no
He did it

Pada bagian ketiga ini kira-kira siapa yang ngomong? Kejadiannya masih berhubungan sama kejadian sebelumnya atau kejadian beda lagi? Nah, di bagian ketiga ini bisa disimpulkan bahwa ada yang mati (lagi), walaupun tidak disebut secara gamblang. Si “aku” mengaku bahwa dia bisa mengendarai perahu dan sudah membersihkan rumah dengan tujuan untuk menutupi tempat kejadian. Bisa disimpulkan, bahwa jasad seseorang dibuang di daerah perairan, setelah “aku” membunuhnya. “Aku” membunuh seseorang di rumah. Namun tidak diketahui di rumah siapa, siapa yang dibunuh dan “aku” ini siapa; walaupun pada bagian pertama dan kedua lirik ada kecurigaan terhadap suami Este. Belum tentu bagian ketiga menceritakan kronologi pembunuhan Este. Wait, memang Este dibunuh? Will see.

Menurut saya, kata kuncinya ada di kalimat “Good thing his mistress took out a big life insurance policy.” Nah, berarti simpanan suami Este ini dapat asuransi jiwa atas meninggalnya seseorang. Jadi kesimpulannya yang dibunuh adalah suami Este, yang membunuh adalah teman Este, dan tempat kejadiannya kemungkinan di rumah suami Este. Tapi, teman Este memiliki alibi, karena adik Este bersaksi bahwa teman Este bersama dirinya.

Good thing my daddy made me get a boating license when I was fifteen
And I've cleaned enough houses to know how to cover up a scene
Good thing Este's sister's gonna swear she was with me ("She was with me dude")
Good thing his mistress took out a big life insurance policy


Nah, pada chorus terakhir ini agak membingungkan, tapi saya akan mencoba memahaminya (semoga tidak keliru). Yang berbicara di sini adalah teman Este. Pada kalimat “They think she did it but they just can’t prove it”, “she” merujuk kepada seseorang yang diduga melakukan tindak kejahatan. Siapa “she” dan “they” yang dimaksud? Menurut saya, “they” adalah orang-orang pada umumnya. Mereka mencurigai bahwa kematian suami Este adalah ulah si simpanan, karena dengan begitu si simpanan dapat asuransi jiwa. Sementara itu, si simpanan menduga bahwa yang membunuh suami Este adalah teman Este. Sayangnya lagi-lagi no body no crime. Tidak ada yang jadi tersangka (soalnya tidak ada bukti), ya berarti kejahatan itu tidak ada.

They think she did it but they just can't prove it
They think she did it but they just can't prove it
She thinks I did it but she just can't prove it
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he died


Kesimpulannya yang mati di sini ada dua orang, Este dan suaminya. Este dibunuh oleh suaminya, mungkin ditabrak pakai truk. Lalu, suami Este dibunuh oleh teman Este. Teman Este dendam, karena suami Este selingkuh dan membunuh Este, tapi tidak tersentuh hukum. Akhirnya teman Este bertindak sendiri. Dan, teman Este ini juga tidak tersentuh hukum, karena tidak ada bukti. Orang-orang malah menuduh simpanan suami Este, tapi tidak bisa membuktikan kejahatan itu.

Asli keren, lirik no body no crime ini ditulis dengan permainan point of view yang harus dicerna lebih teliti biar paham. Dan, di bahasa Inggris kata ganti “dia” itu ada bedanya (he/she), jadi enak kalau mau ‘memainkan’ point of view. Sementara itu, di bahasa Indonesia pakai kata ganti “dia” baik cewek ataupun cowok. Coba deh no body no crime diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan coba pahami tanpa baca teks aslinya. Pasti tambah bikin tersesat, soalnya pakai “dia” semua.

Gimana pendapat kalian tentang lirik no body no crime? Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sebenarnya cerpen Padang Rumput Afrika (The Veldt) karya Ray Bradbury ini sudah saya baca sejak lama, tapi karena baru-baru ini saya mengikuti workshop dan mendapat sedikit ilmu menganalisis cerpen, jadi saya berniat membaca ulang Padang Rumput Afrika. Dan, ternyata pandangan saya kini berbeda dengan kala saya membacanya untuk pertama kalinya. Well, ini bukan analisis banget sih, ya kan saya bukan ahli. Ini bisa dibilang cuma pandangan saya terhadap cerpen Padang Rumput Afrika. Oya, kalian bisa membaca cerpen tersebut di Fiksi Lotus.

Cerpen Padang Rumput Afrika diawali dengan dialog antara Ibu dan Ayah. Hanya dengan beberapa dialog karakter Ibu dan Ayah langsung ditampilkan. Pertama Ibu menyuruh Ayah untuk memeriksa kamar bermain anak-anak, tapi kemudian ia mengatakan “Atau panggil seorang psikolog untuk melihatnya.” Pembuka cerpen langsung menunjukkan masalah utamanya: Ada yang tidak beres dengan kamar bermain anak-anak. Namun, apa itu? Permasalahan itu akan dibongkar sedikit demi sedikit. Selain itu gaya hidup mereka juga langsung ditampilkan di pembuka. Hal itu ditunjukkan dengan posisi Ibu yang sedang menunggu kompor meracik makanan secara otomatis.

Kemudian cerita mengalir ke adegan saat mereka memeriksa kamar bermain anak. Sebelum itu, ada simbol yang diletakkan di kalimat deskripsi: Mereka melintasi lorong di dalam rumah mereka yang dindingnya terbungkus oleh lapisan kedap suara Happylife Home. Kalimat tersebut bisa jadi merupakan sindiran, rumah (keluarga) yang dipenuhi dengan kegembiraan, tapi kedap suara, seakan kegembiraan itu tidak terdengar/senyap. Setelah itu dijelaskan lagi bagaimana rumah itu berfungsi: Rumah itu adalah tempat mereka membesarkan, memberi makan anak-anak mereka... Rumah itu adalah rumah yang layak bagi pertumbuhan anak-anak. Rumah pada deskripsi tersebut lebih menggambarkan tempat dan ini bisa jadi adalah petunjuk lain bagaimana keluarga ini hidup. Rumah semestinya lebih dari tempat.

Di rumah itu Ibu dan Ayah membangun kamar bermain yang begitu luas untuk anak-anak mereka. Ruangan itu memiliki teknologi canggih yang bisa meniru keadaaan asli suatu tempat, dalam hal ini area itu sedang menampilkan Padang Rumput Afrika. Setelah George dan Lydia memasuki Padang Rumput Afrika, ada paragraf deskripsi tentang bagaimana area tiruan itu terlihat nyata dan apa saja yang ada di dalamnya. Kehidupan di padang rumput Afrika begitu liar. Ada sekawanan singa yang baru saja selesai menyantap buruan mereka. George dan Lydia merasa tidak nyaman dengan citra yang ditampilkan di kamar bermain tersebut.

Ada dialog-dialog yang menurut saya ironis, misalnya “...kita berada di tengah hutan rimba Afrika yang terkurung dalam kamar anak-anak...” Buat saya pribadi, yang terkurung justru anak-anak. Bahkan untuk berimajinasi mereka dibantu oleh alat canggih itu. Seolah-olah memang tidak terbatas sih, apa pun yang anak-anak imajinasikan akan direfleksikan melalui teknologi canggih itu. Namun, tidakkah itu justru membatasi. Kenyataannya mereka cuma terkurung di dalam kotak yang disebut kamar bermain. Dialog lainnya, “Mereka hidup untuk bermain di kamar itu.” Anak-anak telah terikat dengan kamar bermain. 

Pada akhirnya Lydia mengusulkan suaminya untuk mematikan semua perangkat dan pergi berlibur. Ia ingin memasak sendiri, mencuci sendiri. Teknologi canggih yang ada di rumah mereka sudah tidak lagi meringankan beban, tapi menambah beban lain. Pada titik ini Lydia menyadari ada yang tidak beres. 

“Rumah ini berperan sebagai ibu dan istri, sekaligus teman bermain anak-anak. Mana bisa aku bersaing dengan pesona padang rumput Afrika? Mana bisa aku menyaingi efisiensi dan kecepatan mesin pemandi? Aku tidak bisa.” (Lydia) 

Saking canggihnya rumah itu, mereka tidak tahu harus melakukan apa di dalam rumah, karena semua pekerjaan rumah sudah digantikan oleh mesin. Padahal mesin tidak serta merta bisa menggantikan peran manusia. Mesin itu tidak manusiawi, tidak memiliki ciri khas khusus yang cuma bisa ada di manusia, mesin sendiri adalah ciptaan manusia. Sementara itu yang terjadi di keluarga George dan Lydia, mesin telah mengambil alih hidup mereka. Bahkan hal yang paling dasar seperti mengikat tali sepatu, mandi, menggosok gigi, memasak tidak bisa mereka lakukan tanpa mesin. 

“Apapun yang baik akan jadi tidak baik bila dikonsumsi terlalu berlebihan.” George mulai menyadari kesalahannya yang terlalu menggantungkan diri kepada mesin. Ia tidak mungkin mengontrol imajinasi anak-anak. Apalagi kamar bermain itu akan menangkap apa pun imajinasi anak-anak. Ada narasi yang bunyinya: Begitu anak-anak membayangkan singa, maka singa dihadirkan dalam ruang itu. Zebra, maka zebra dihadirkan juga. Matahari, matahari. Jerapah, jerapah. Kematian dan kematian. Melalui narasi tersebut Ray Bradbury mau memberikan petunjuk penting. Ada lagi kalimat: Jauh sebelum kau mengenal kematian, kau sudah menyumpahkannya terhadap orang lain. 

Lantas George berniat mengunci kamar bermain. Lydia amat khawatir, bahkan beberapa kali ia mendengar teriakan di kejauhan yang asalnya dari kamar bermain itu. Saking muaknya, George ingin ruang bermain itu merespon pikirannya dan mengganti pemandangan padang rumput Afrika menjadi latar pada cerita Aladin, tapi tidak ada yang terjadi. Ia menyimpulkan kamar itu rusak. Tapi, Lydia memiliki pandangan lain. Kamar itu mungkin sudah tidak bisa merespon lagi lantaran anak-anak telah memikirkan Afrika, singa, dan perburuan selama berhari-hari. Sementara itu, ketika Wendy memeriksa ruang bermain itu yang tampil justru hutan belantara nan hijau dan sejuk, ada alunan lagu, kupu-kupu dan bunga. Adegan tersebut bisa multitafsir, misalnya ruang bermain itu bukannya tidak bisa merespon imajinasi George, dia sudah meresponnya. Atau, sesuai dengan kecurigaan George, Wendy (anak kedua, anak pertama bernama Peter) sengaja mengubahnya dan pura-pura tidak tahu tentang padang rumput Afrika. Well, orangtua di cerita ini cenderung mencurigai anak-anak mereka. 

“Kita sudah memberikan segalanya bagi anak-anak kita. Apa ini balasannya? Kerahasiaan dan ketidakpatuhan?” (Lydia). Di sini orangtua merasa sudah memahami dan memberikan segalanya kepada anak-anak mereka, tapi di sisi lain mereka justru tidak memercayai anak mereka sepenuhnya dan malah mencurigai mereka. Dan ingat, secara tidak langsung perilaku anak adalah cerminan orangtua mereka, bagaimana orangtua mendidik anak mereka. 

Lalu, cerita bergulir pada kedatangan seorang psikolog. Ia berpendapat, “Kamar bermain, rumah ini telah menggantikan peranmu dan istrimu dalam kehidupan anak-anak kalian. Mereka jauh lebih penting daripada orangtua sungguhan, dan sekarang kau tiba-tiba mau mematikan kamar ini. Tentu saja sekarang kita melihat kebencian dalam kamar ini sekarang.” 

Peter dan Wendy begitu marah, saat orangtua mereka tiba-tiba merampas kamar bermain yang selalu menemani hari-hari mereka. Selain itu mesin-mesin lain di dalam rumah juga akan dimatikan. Padahal Peter dan Wendy tidak pernah diajarkan bagaimana mengikat sepatu, gosok gigi, mandi. Mereka jelas ketakutan dan panik. 

“Sudah lama kita semua mati. Sekarang kita akan mulai hidup baru. Kita takkan lagi dibuai oleh mesin, kita akan hidup normal.” (George)

Apakah setelah semua mesin di dalam rumah itu dimatikan maka urusan beres? Tidak juga. Sejak awal Bradbury sudah menebar petunjuk bagaimana cerita akan berakhir. Ada jeritan, ada dua benda yang ditemukan berada di kamar bermain itu, dompet lama George dan syal Lydia. Pada akhirnya ketakutan George dan Lydia menjadi nyata. Bagian saat George dan Lydia dimakan singa bisa mengartikan bahwa bagi anak-anak sosok orangtua asli mereka sudah mati. Peran mereka telah digantikan oleh mesin-mesin.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea Misaeng: Incomplete Life release pada tahun 2014 dan berjumlah 20 episode. Durasi masing-masing episode lumayan panjang, lebih dari 1 jam bahkan ada yang 1,5 jam. Drama Korea Misaeng diperankan oleh Im Si Wan (sebagai Jang Geu Rae), Lee Sung Min (sebagai Oh Sang Shik), Kang So Ra (sebagai Ahn Young Yi), Kang Ha Neul (sebagai Jang Baek Gi), Byun Yo Han (sebagai Han Seok Yool), dan Kim Dae Myung (Kim Dong Shik). Misaeng bisa kalian tonton di aplikasi IQIYI.

Misaeng mengisahkan kehidupan urban, para pegawai kantor yang bekerja di sebuah perusahaan internasional. Cerita dimulai dari seorang tokoh bernama Jang Geu Rae yang mengikuti magang di perusahaan One International, setelah ia gagal menjadi pemain baduk profesional. Namun, ia mendapat banyak kesulitan, karena ia bukan lulusan perguruan tinggi. Terlebih ia mendapat koneksi untuk bisa menjadi pegawai magang, sehingga itu menyebabkan pegawai magang lain tidak suka dengannya dan meremehkannya.

Saat tiba penentuan pegawai yang diangkat, Jang Geu Rae terpilih bersama tiga pegawai magang lain, yaitu Ahn Young Yi, Jang Baek Gi, dan Han Seok Yool. Tapi, hanya Jang Geu Rae yang menjadi pegawai kontrak, karena ia tidak memenuhi kualifikasi sebagai pegawai tetap. Setelah itu Jang Geu Rae beradaptasi dalam lingkungan kerja yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan. Ia menggunakan permainan baduk sebagai panduannya dalam menghadapi berbagai situasi di dunia kerja.

Jujur saja waktu memutuskan nonton Misaeng karena saya suka sama aktingnya Im Si Wan, efek habis nonton Stranger from Hell. Eh tahunya ada Kang Ha Neul juga. Ketika nonton episode 1 rasanya lama banget, terang saja durasinya 1,5 jam. Saya agak khawatir gimana kalau durasi yang panjang itu bikin saya kurang betah, apalagi ini tentang dunia perkantoran, ternyata tidak. Memasuki episode 2 saya enjoy banget nonton. Saya bisa menikmati setiap episodenya.

Misaeng ini juga tidak melulu fokus ke kehidupan Jang Geu Rae, tapi juga para tokoh lain. Misalnya Oh Sang Shik, manager penjualan tim 3 tersebut memiliki masa lalu buruk terkait pegawai magang yang pernah bergabung dalam timnya. Masa lalu itu terus membayanginya dan membuatnya merasa bersalah. Belum juga ia harus patuh dengan atasannya yang bermain 'politik' di dalam perusahaan, yang mana itu sangat bertolak belakang dengan hati nuraninya.

Lalu, ada Ahn Young Yi yang menjadi generasi sandwich (terhimpit karena harus membiayai dua generasi). Meskipun di sini Ahn Young Yi belum menikah dan tidak membiayai anak, tapi ia terbebani oleh orang tuanya yang memiliki banyak hutang. Sampai ia tidak pernah merasa lega dan menikmati gajinya, karena harus selalu menekan pengeluarannya. Bahkan sampai sepatunya rusak, ia menahan diri untuk membeli yang baru. Ada juga dialog yang diucapkan oleh Oh Sang Shik kepada Ahn Young Yi, "Jangan nikmati sandwich-mu sendiri." Kalimat itu bagi saya bisa diartikan lain, bukan sekadar menyuruh untuk makan bareng rekan-rekan lain. Namun juga bisa berarti: jangan menanggung beban sendiri. Selain itu Ahn Young Yi sebagai pegawai wanita juga kerap diremehkan, padahal ia memiliki kemampuan luar biasa. Di sini terlihat jelas ada isu seksisme di dunia kerja. Ada juga isu pelecehan terhadap pegawai wanita. Pelecehan itu bukan hanya secara fisik, tapi juga verbal.

Ada pula Jang Baek Gi yang merasa tidak memiliki kontribusi dan pencapaian selama bekerja. Ia terobsesi untuk bisa melakukan hal-hal yang akan menarik perhatian. Ia merasa pintar dan tidak perlu mempelajari hal-hal dasar seperti yang disarankan seniornya, karena lulus dari universitas bergengsi dibandingkan Jang Geu Rae. Namun ia menganggap seniornya hanya tidak menyukainya, maka ia tidak pernah mendapat tugas penting. Padahal setiap tugas sekecil dan sesederhana apa pun itu penting. Hal itu membuat Jang Baek Gi terus dipenuhi rasa iri kepada Jang Geu Rae dan justru tidak fokus bekerja. Bahkan ia sempat berpikir untuk keluar dari One International.

Sama seperti rekan lainnya, Han Seok Yool juga memiliki masalah sendiri di divisi tekstil. Ia harus menghadapi senior yang suka cari muka di depan pimpinan dan melimpahkan semua tugas kepada dirinya. Saat pekerjaan Seok Yool bagus yang mendapat pujian seniornya, tapi saat ada masalah Seok Yool yang disalahkan. Seok Yool juga sempat berpikir untuk resign.

Sementara itu Jang Geu Rae terus bertahan dengan bekerja keras, karena ia merasa selama ini belum bekerja keras. Ia ingin membuktikan perkataannya kepada Oh Sang Shik, bahwa ia memiliki kualitas dan kuantitas yang banyak dan unik (semacam ada kebaruan yang ia tawarkan, karena baru saat itu ia berusaha dengan maksimal). Ia mencoba mengesampingkan tekanan dari orang lain yang masih meragukan kemampuannya dan mencibirnya karena memiliki koneksi dengan petinggi One International. Ia membungkam omongan orang-orang dengan hasil pekerjaan yang luar biasa.

Banyak banget insight yang bisa didapat saat nonton Misaeng. Dan tidak sedikit hal yang relate dengan kehidupan sehari-hari seorang pegawai. Overall, saya merekomendasikan banget drama ini. Akting para aktornya tentu tidak perlu diragukan. Mereka melebur dalam kehidupan pegawai kantor. Penyelesaian ceritanya pun juga realistis. Btw, ada prekuel Misaeng, tapi dalam bentuk film, yang mengisahkan kehidupan Jang Geu Rae saat menjadi pemain baduk. Tapi, saya belum nonton sih.

Meskipun jalan terbuka untuk semua orang, tapi tidak semua orang bisa berjalan di jalan itu. 
Kamu lakukan saja apa yang kamu anggap benar. Sisanya bukan sesuatu yang bisa kamu kendalikan. 
Meskipun kehilangan satu batu dalam permainan Baduk, permainan tetap berlanjut.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pengolahan biji kopi untuk menghasilkan cita rasa baru begitu bervariasi. Beberapa waktu lalu saya baru mencoba kopi dengan honey process, sekarang mencoba kopi dengan wine process. Wah, bedanya apa ya? Buat orang awam seperti saya, kopi dengan honey process itu memiliki flavour manis dan khas buah-buahan gitu (fruity), rasa pahit tidak dominan. Sementara itu, untuk kopi dengan wine process flavour-nya khas minuman fermentasi. Jika kalian pernah meminum minuman fermentasi tradisional, kurang lebih cita rasanya seperti itu. Aromanya sangat kuat. Nah, tapi apa sih bedanya honey process dengan wine process dilihat dari segi pengolahan biji kopi? Saya sudah merangkum penjelasan dari berbagai sumber. Yuk, simak lebih lanjut penjelasannya.

Pada honey process buah kopi yang baru saja dipanen dipisahkan antara biji dan kulitnya. Kemudian biji yang pada permukaannya terdapat getah/lendir atau sisa-sisa dari pemisahan biji—dikeringkan. Getah/lendir pada biji tersebut berperan penting dalam proses pembentukan flavour kopi. Kopi dengan honey process dikategorikan menjadi kuning, merah, dan hitam; tergantung pada intensitas flavour kopi yang dihasilkan.

Sementara itu, pada wine process, buah kopi dibiarkan melewati masa pematangan (over-ripen), sehingga konsentrasi gula pada biji meningkat dan memberikan flavour khas fermentasi. Buah kopi utuh (tidak ada proses pemisahan biji dan kulit) tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan solar tunnel dryer, yaitu alat yang dilengkapi dengan kipas untuk menyebarkan udara panas. Pada wine process buah kopi akan mengalami fermentasi secara alami.

Kopi dengan honey process biasanya menghasilkan kopi dengan flavour manis, aroma karamel, selai, dan blueberry; sedangkan kopi dengan wine process menghasilkan kopi dengan flavour mirip wine, buah-buahan, atau buah blueberry yang melewati masa pematangan (overripe).
Kopi Boja Arabika Wine Process
Kopi Arabika Boja Wine Process ©

Pada kopi Boja Arabika (Wine Process) dengan roast-type medium, aroma khas fermentasi sudah tercium ketika kantong kopi dibuka. Apalagi setelah digiling aroma khas fermentasi dan buah-buahan semakin kuat. Biji kopinya berwarna coklat gelap. Ketika diseduh warna kopi lebih gelap daripada kopi dengan honey process (cenderung coklat terang).

Jujur saja saya belum paham mengenai tipe sangrai, penggilingan halus/kasar dan suhu air pada penyeduhan, tapi tentu saja proses tersebut akan berpengaruh pada aroma, rasa, dan flavour kopi. Saya pribadi tidak merasa terganggu dengan aroma khas fermentasi pada kopi. Dibandingkan dengan kopi honey process, saya lebih memilih kopi dengan wine process. Entahlah, saya tidak terlalu suka flavour manis pada kopi saya. (Oya, perlu diketahui aroma, taste, dan flavour itu berbeda ya guys. Aroma adalah sensasi yang dirasakan melalui indra penciuman. Taste merupakan sensasi yang dapat dirasakan menggunakan indra pengecapan. Sedangkan flavour adalah persepsi yang muncul dari kombinasi rasa, aroma, dan tekstur.)

Sumber: baristainstitute.com, vinepair.com, ptscoffee.com
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis : Sabda Armandio
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 228
Tahun terbit : 2017

Blurb 
Tiga lelaki. Tiga perempuan. Dan satu motor berencana merampok toko emas. Semua karena sebuah kotak hitam.

“Ringan dan menyenangkan. Ia menghadirkan individu-individu yang sepintas tampak sepele namun sesungguhnya kaya dan mengayakan; mengandung kesadaran sekaligus kritik atas konvensi cerita detektif. Dialog tokoh-tokohnya tampak berbobot, mengena, dengan alusi yang mengarah ke semesta dunia.” (Dewan Juri Sayembara Novel, Dewan Kesenian Jakarta 2016) 

Novel 24 Jam Bersama Gaspar
Novel 24 Jam Bersama Gaspar ©

Setelah sekian lama memasukkan 24 Jam Bersama Gaspar dalam wishlist, akhirnya buku ini berada di tangan saya dan selesai saya baca bulan Maret lalu. Mengingat saya menyukai Kamu (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya), makanya saya memburu karya lain Sabda Armandio.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar mengisahkan tentang perjalanan Gaspar dan teman-temannya dalam merencanakan sebuah perampokan toko emas (tidak benar-benar merencanakan sih). Setiap tokoh memiliki motivasi sendiri kenapa mereka mau merampok. Dan dalam perjalanan itu, ada cerita-cerita masa lampau yang dikuak.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar ini menjadi salah satu naskah unggulan dalam kompetisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016. Tidak heran, karena novel ini memiliki ‘penyajian’ unik dan cerita yang menyihir. Saya sebut menyihir karena saat saya membaca 24 Jam Bersama Gaspar, saya merasa ikut serta dalam perjalanan Gaspar. Saya dengan tenang mengikuti jalan-jalan yang dilalui Gaspar, walaupun dia sulit dimengerti. Entahlah, saya percaya (seperti halnya orang-orang yang mengikuti dia) akan ada jawaban di akhir cerita atau setidaknya kejelasan tentang apa yang sebenarnya sedang dia perjuangkan (goal si tokoh yang sesungguhnya). 

Tokoh-tokoh di dalam cerita memiliki karakter yang kuat dan suara yang berbeda. Karakter mereka digambarkan melalui Gaspar yang bernarasi ataupun dialog-dialog antar tokoh. Walaupun si Gaspar ini suka mengganti-ganti nama temannya, tapi saya tidak tersesat (syukurlah). Toh tokoh-tokohnya mudah dibedakan, karena memiliki karakter khasnya masing-masing. 

Saya suka bagaimana unsur-unsur dari cerita fiksi lainnya dimasukkan ke dalam cerita. Salah satunya cerita persembahan kepada Dewa Indra (Ya, saya mengetahui cerita itu karena nonton Krisna versi animasi.), atau para detektif dan pola ceritanya. Btw, cerita yang dibubuhkan atau diembel-embeli dengan tulisan “Sebuah Cerita Detektif”’, tidak lantas menjadikan cerita itu adalah cerita detektif. Tampaknya ini salah satu hal yang mau ditegaskan dalam 24 Jam Bersama Gaspar. Tidak semua hal bisa diartikan secara harafiah.

Ada pertentangan antara baik dan buruk yang diselipkan secara halus di dalam cerita. Baik dan buruk itu begitu fleksibel sehingga orang-orang bisa menggunakannya sesuai kebutuhan, tentunya dengan persepsi masing-masing. Dan bisa jadi dibalik-balik.

Overall, novel 24 Jam Bersama Gaspar ini memberikan 'after taste' yang susah dilupakan, terutama di akhir cerita yang mencengangkan (plot twist-nya bikin speechless); sedih sekaligus miris.

Ia hanya orang gila, sepertinya, yang mengulang-ngulang kegiatan sama dengan cara yang sama tetapi mengharapkan hasil berbeda.
...betapa liatnya kesepian, membungkus hari-harimu dengan kelembaman yang berpotensi membuatmu membusuk di ranjang.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Judul: Fish in the Water
Penulis: Lee Chan Hyuk
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 176

Blurb
Fish in the Water bertutur tentang kisah intens yang menjungkirbalikkan imajinasi, dengan komposisi kuat untuk menunjukkan pertentangan antara ambisi dan ketakutan, kebebasan dan kendali, kebahagiaan dari cinta dan luka dari kehilangan, serta arti kehidupan, terkadang dengan tenang dan terkadang dengan fantastis. Penulis berharap pembaca bisa dengan bebas menemukan arti dari novel ini tanpa interpretasi yang tergesa-gesa. Silakan menyelami novel ini, tarik napas dalam-dalam, lalu ajukan pertanyaan dan berikan jawaban tentang hidup.

Novel ini dipenuhi emosi yang terpatri halus dalam setiap kalimatnya, kesan jelas yang menenangkan hati dan menjernihkan pikiran, serta topik-topik filosofis yang membuat pembaca berpikir dengan saksama. Jika kalian adalah pembaca yang pernah menikmati dunia penulis melalui lirik-lirik lagunya yang singkat dan masih menginginkan lebih, semoga kalian menikmati dunia luas yang dibentangkannya dalam novel ini.
Novel Fish in the Water ©

Baca Fish in the Water sambil mendengarkan album Sailing-nya AKMU benar-benar bikin terhanyut. Saya merasa tenggelam ke dalam buku ini. Kisah Seon dalam menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan dalam pikirannya sangat menarik untuk diikuti. Walaupun buku ini tidak tebal dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk, tapi pengalaman setelah membaca buku ini masih melekat dan sebagai pembaca saya puas menelusuri setiap halamannya.

Ketika membaca Fish in the Water saya merasa tersihir, sama halnya saat Seon tersihir dengan sosok Haeya. Sesuai dengan blurb-nya, kalimat-kalimat dalam buku ini dirangkai dengan indah, tanpa mempersulit pembaca untuk memahaminya. Menurut saya banyak perumpamaan yang bisa diintepretasikan oleh pembaca sesuai versi mereka. Dan saya sangat merasa takjub dengan perumpamaan-perumpamaan itu. Kadang merasa relate dengan kisah yang dituturkan, walapun saya bukan musisi. Karena perasaan yang melingkupi tokoh itu bisa jadi pernah dialami banyak orang. Misalnya, perasaan tentang perpisahan, lalu pertentangan antara mimpi dan realita, serta keinginan untuk bebas.

Di dalam buku Fish in the Water ini juga pembaca akan diajak melihat perubahan cara pandang tokoh tentang kehidupan. Bagaimana hal-hal di sekitarnya berpengaruh terhadap dirinya. Serta bagaimana dia jatuh, bertahan, dan bangkit; katakanlah proses healing si tokoh.

Di setiap bagian terselip juga lirik-lirik yang ada di album Sailing. Bahkan judul bagian novelnya adalah judul-judul lagu di album Sailing. Saya suka dengan lirik-liriknya dan ada beberapa quote yang menurut saya menarik.

Nilai kebahagiaan berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang kebahagiaan adalah cinta, tetapi bagi orang lain kebahagiaan adalah kekayaan. Kita tidak mungkin mewujudkan kebahagiaan begitu banyak orang. (Fish in the Water, hl. 103)

Saya sempat berandai-andai, jika Fish in the Water dijadikan film pasti menarik. Terus Seon akan cocok diperankan oleh Im Siwan dan Haeya diperankan IU (untuk Yangi belum kepikiran). Pasti bakal nonton sih kalau benar dijadikan film.

Overall, novel Fish in the Water yang ditulis oleh salah satu personil AKMU ini sangat worth it untuk dibaca. Personally saya menemukan banyak insight baru.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

About blog

Sejak 2016, Melalui Ruang membahas buku, dunia literasi, film/tv series, dan kedai kopi yang dikunjungi penulis. Semuanya berasal dari perspektif dan pengalaman penulis.

Categories

Film/TV series (34) Buku (20) Menulis (19) Lainnya (10) Kopi (8)

recent posts

Link Favorit

  • Fiksi Lotus
  • Foodiscuss
  • Peter de Vries Guitar

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates