• Home
  • About
  • Contact
  • Privacy Policy
twitter instagram

MELALUI RUANG

menulis, membaca, menonton

Pengolahan biji kopi untuk menghasilkan cita rasa baru begitu bervariasi. Beberapa waktu lalu saya baru mencoba kopi dengan honey process, sekarang mencoba kopi dengan wine process. Wah, bedanya apa ya? Buat orang awam seperti saya, kopi dengan honey process itu memiliki flavour manis dan khas buah-buahan gitu (fruity), rasa pahit tidak dominan. Sementara itu, untuk kopi dengan wine process flavour-nya khas minuman fermentasi. Jika kalian pernah meminum minuman fermentasi tradisional, kurang lebih cita rasanya seperti itu. Aromanya sangat kuat. Nah, tapi apa sih bedanya honey process dengan wine process dilihat dari segi pengolahan biji kopi? Saya sudah merangkum penjelasan dari berbagai sumber. Yuk, simak lebih lanjut penjelasannya.

Pada honey process buah kopi yang baru saja dipanen dipisahkan antara biji dan kulitnya. Kemudian biji yang pada permukaannya terdapat getah/lendir atau sisa-sisa dari pemisahan biji—dikeringkan. Getah/lendir pada biji tersebut berperan penting dalam proses pembentukan flavour kopi. Kopi dengan honey process dikategorikan menjadi kuning, merah, dan hitam; tergantung pada intensitas flavour kopi yang dihasilkan.

Sementara itu, pada wine process, buah kopi dibiarkan melewati masa pematangan (over-ripen), sehingga konsentrasi gula pada biji meningkat dan memberikan flavour khas fermentasi. Buah kopi utuh (tidak ada proses pemisahan biji dan kulit) tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan solar tunnel dryer, yaitu alat yang dilengkapi dengan kipas untuk menyebarkan udara panas. Pada wine process buah kopi akan mengalami fermentasi secara alami.

Kopi dengan honey process biasanya menghasilkan kopi dengan flavour manis, aroma karamel, selai, dan blueberry; sedangkan kopi dengan wine process menghasilkan kopi dengan flavour mirip wine, buah-buahan, atau buah blueberry yang melewati masa pematangan (overripe).
Kopi Boja Arabika Wine Process
Kopi Arabika Boja Wine Process ©

Pada kopi Boja Arabika (Wine Process) dengan roast-type medium, aroma khas fermentasi sudah tercium ketika kantong kopi dibuka. Apalagi setelah digiling aroma khas fermentasi dan buah-buahan semakin kuat. Biji kopinya berwarna coklat gelap. Ketika diseduh warna kopi lebih gelap daripada kopi dengan honey process (cenderung coklat terang).

Jujur saja saya belum paham mengenai tipe sangrai, penggilingan halus/kasar dan suhu air pada penyeduhan, tapi tentu saja proses tersebut akan berpengaruh pada aroma, rasa, dan flavour kopi. Saya pribadi tidak merasa terganggu dengan aroma khas fermentasi pada kopi. Dibandingkan dengan kopi honey process, saya lebih memilih kopi dengan wine process. Entahlah, saya tidak terlalu suka flavour manis pada kopi saya. (Oya, perlu diketahui aroma, taste, dan flavour itu berbeda ya guys. Aroma adalah sensasi yang dirasakan melalui indra penciuman. Taste merupakan sensasi yang dapat dirasakan menggunakan indra pengecapan. Sedangkan flavour adalah persepsi yang muncul dari kombinasi rasa, aroma, dan tekstur.)

Sumber: baristainstitute.com, vinepair.com, ptscoffee.com
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Alamat: Jl. Kepodang No.33, Purwodinatan, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang, Jawa Tengah 50137

Di Kota Lama Semarang memang banyak tersebar kedai kopi, sampai-sampai saya ingin menjelajahi semuanya. Saya tahu Hero Coffee saat mengikuti festival literasi Patjar Merah tahun lalu. Kebetulan gedung untuk acara tersebut bersebelahan dengan Hero Coffee. Dalam hati saya berencana untuk mampir. Yah, tapi baru kesampaian akhir-akhir ini.
Hero Coffee Kota Lama Semarang
Bagian Depan Hero Coffee ©

Ketika memasuki Hero Coffee, interior café tersebut langsung mencuri perhatian saya. Dinding Hero Coffee mempertahankan dinding lama yang catnya tampak mengelupas, tapi justru seninya di situ. Beberapa dekorasi retro pun tertempel di dinding.

Area dalam sangat luas dan langit-langitnya tinggi. Konsep dapur di Hero Coffee ini opened kitchen dan berada di ruang pertama. Setelah ruang pertama ini ada area outdoor lagi (selain area outdoor di depan café). Lalu masuk lagi masih ada sitting area, toilet dan musala.

Menu kopi yang disediakan di Hero Coffee ini sangat lengkap, sampai saya bingung mau pesan yang mana. Ada kategori espresso classic yang menunya yaitu, espresso, doppio, piccolo, guillermo, espresso con panna, coffee con hielo, macchiato, flat white, long black, cream brule, americano, cappuccino, affogato, mochacino, dan caffe latte. Nah, banyak banget kan, itu baru satu kategori. Ada kategori single origin yang cara seduhnya macam-macam, mau pakai metode tubruk, pour over pakai kalita ataupun V60, aero press, french press, bahkan syphon. Selain itu, ada kategori signature alias minuman yang racikannya cuma Hero Coffee miliki. Agak lupa apa saja, yang paling saya ingat adalah terracheese dan espresso wave.
Cream Brule Coffee di Hero Coffee Kota Lama Semarang
Cream Brule Coffee ©

Setelah melihat begitu banyak menu kopi yang menggiurkan, saya bersikeras untuk kembali ke Hero Coffee lagi. Untuk kunjungan kali ini saya mencoba cream brule coffee dan terracheese. Cream brule coffee terbuat dari espresso dan susu karamel dengan brown sugar yang dilumerkan di bagian atasnya. Rasa kopinya tidak over powering, tapi tetap kuat. Tidak terlalu manis. Sementara terracheese adalah perpaduan kopi, tiramisu, es krim, keju. Namun, bagi saya terracheese terlalu manis dan heavy.

Menu makanan juga bervariasi, dari snack hingga makanan berat. Sebenarnya saya tidak terbiasa minum kopi sambil makan berat, tapi saat itu saya kelaparan. Alhasil saya memesan rice bowl shredded beef alias rice bowl daging suwir. Di luar dugaan porsinya bikin kenyang. Nasinya harum, tampaknya digoreng dengan margarin dan bawang. Lalu ada sayuran yang ditumis dan tentu saja daging suwirnya. Sayangnya saus daging suwirnya terlalu asin. Namun, overall saya menikmati menu tersebut.

Overall, Hero Coffee sangat recommended baik dari menu, area, dan pelayanan. Waktu tunggu menu keluar normal dan harga menu bisa dibilang menengah ke atas. Area memadai untuk kelompok besar. Kebetulan saat saya datang ada rombongan ibu-ibu dan bapak-bapak. Friendly untuk yang suka kopi atau tidak, karena ada minuman non kopi juga. Mau untuk nongkrong, diskusi, atau makan saja, Ok.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sudah lama saya ingin ke Keris Café, tapi tak kunjung mampir. Baru kemarin saat ada acara Patjar Merah saya sekalian mampir. Keris Café berlokasi di Kota Lama Semarang, tepatnya di Jl. Letjen Suprapto, Tj. Mas, Kec. Semarang Utara, Kota Semarang, Jawa Tengah 50137. Café ini berada di seberang 3D Art Trick Museum dan dekat juga dengan titik berhenti BRT Semarang. Strategis, kan?

Keris Café Kota Lama Semarang
Interior Keris Café ©

Ruangan Keris Café bergabung dengan toko batik dan oleh-oleh. Café ini juga menjual berbagai jenis kopi lokal. Cocok untuk wisatawan yang mau ngopi sekalian belanja buah tangan. Saya sangat menyukai interiornya. Ada kesan oldies, tapi juga homey. Meskipun berada di tepi jalan utama, suara bising tidak terdengar dari dalam. Rasanya nyaman duduk lama-lama di café ini. Di Keris Café memang tidak banyak kursi. Dua meja berada di dekat jendela, sedangkan yang lainnya bersebelahan dengan rak oleh-oleh. Ketika saya datang belum ada pengunjung, beberapa lama setelah itu barulah ada pengunjung. Server di Keris Café juga sangat ramah.

Macchiato and Chocolate Croissant
Macchiato dan Chocolate Croissant ©

Harga kopi di Keris Café terbilang murah. Namun, varian menu kopi dan snack terbatas. Menu kopi antara lain, espresso, macchiato, latte, cappuccino, mocha, chocolate, teh dan ada minuman tradisional juga. Sementara itu menu snack seingat saya butter croissant, chocolate croissant, dan beberapa jajanan pasar (sebenarnya ada lagi tapi lupa, ejaannya susah). Saya memesan macchiato, croissant coklat, dan risoles mayo. Rasa kopinya tidak terlalu strong, tapi tetap nikmat. Disediakan dua jenis gula, gula tebu dan gula merah. Saya tambahkan gula merah rasa kopi semakin nikmat. Ada pelengkap biskuit ketika saya memesan macchiato. Saya suka tekstur biskuit yang tidak terlalu kering dan rasanya juga enak. Untuk croissant coklatnya tidak terlalu suka, karena sedikit liat.

Secara keseluruhan yang paling saya sukai adalah suasananya. Lain kali saya akan berkunjung ke Keris Café lagi, sekalian beli kopi utuhnya. Jangan lupa kalau kalian ke Kota Lama Semarang mampir ke Keris Café.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Kalian sudah tahu kan kalau Maxx Coffee itu coffee shop lokal? Jangan bilang belum. Maxx Coffee ini milik Lippo Grup guys. Bisnis kopi di Indonesia memang menjanjikan, maka Lippo Grup merambah ke bisnis ini. Maxx Coffee didirikan pada tahun 2015 dan sekarang sudah memiliki banyak gerai di seluruh Indonesia.


Maxx Coffee di Semarang yang saya kunjungi kali ini di Duta Pertiwi Mall alias DP Mall. Setting area kurang lebih sama dengan coffee shop pada umumnya. Maxx Coffee di DP Mall ini baru saja mengalami renovasi mengikuti mall yang juga lagi tahap renovasi. Banyak hal yang berubah. Tadinya areanya lebih luas sebelum renovasi, tapi tidak mengurangi kenyamanan kok. Ada meja dengan colokan listrik juga, tapi terbatas. Untuk yang mau merokok disediakan area non AC, tepatnya di teras Maxx Coffee.


Varian kopi yang disajikan di Maxx Coffee beragam dari kopi asli Indonesia hingga mancanegara. Kopi asal Indonesia ada Aceh Gayo, Kintamani, hingga Flores. Mantap kan. Saya suka nih sama coffee shop yang menggunakan kopi-kopi lokal. Kopi Indonesia itu kan sudah terkenal kenikmatannya, harus semakin diberdayakan.


Soal harga lumayan mahal kalau untuk kantong saya yang pas-pasan. Dibandingkan sama Starbuck atau Coffee Bean 11:12 lah, lebih murah Maxx Coffee dikit. Buat contoh waktu itu saya beli Espresso Frappe reguler harganya Rp. 42.000; tambah topping ada biaya tambahan Rp. 5000;. Terus kalau Americano itu sekitar Rp. 35.000; lah. Silakan disimpulkan sendiri mahal mana atau malah sama.
Coffee Espresso Frappe
Dokumentasi pribadi


Espresso Frappe itu enak banget sih, kopinya terasa banget. Waktu itu pernah juga beli Caramel Macchiato, rasanya biasa saja. Tapi sayangnya Espresso Frappe yang saya beli itu terlalu manis, soalnya saya tambah topping caramel (Menyesal tambah topping.). Padahal sih whipping cream itu sudah manis kan. Hahaa… Terus yang tidak suka whipping cream bisa tidak disertakan (Tapi jadinya bukan frappe dong ya.).


Buat menu makanannya kue-kue gitu, tapi saya tidak pernah pesan. Hahaha… Tujuan saya ngopi doang. Kurang tertarik juga makan yang manis-manis. Eh tapi yang gurih ada juga sih.


Nah gimana kalian pecinta kopi lebih suka nongkrong di coffee shop mana? Starbuck, Coffee Bean, atau Maxx Coffee? Saya lebih prefer di Maxx Coffee deh, secara punya lokal. :)


Jangan lupa tinggalkan komentar, langganan, dan sebarkan. Terima kasih telah berkunjung.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Alamat: Jalan Gedongsongo No.9, Kelurahan Candirejo, Kec. Ungaran Barat, Kab. Semarang, Jawa Tengah 50512
Jam buka: 12:00 - 00.00 (Menurut google maps, tapi untuk lebih detail follow instagramnya. Mereka selalu update jam buka.)


Saya sudah lama ingin nongkrong di cafe Joko Kopi ini, akhirnya kesampain. Padahal sih dekat sama rumah saya. Letak Joko Kopi ini bisa dibilang kurang strategis, karena bukan di pusat keramaian kota Ungaran. Tapi jangan salah pengunjungnya banyak. Sebagai patokan, Joko Kopi ini letaknya sekitaran Kampus Ngudi Waluyo, tapi masih masuk beberapa meter lagi dan dari jalan utama Joko Kopi ada di sebelah kanan.


Area parkir Joko Kopi sangat luas, jadi yang bawa mobil tidak perlu khawatir. Hanya saja parkirnya bayar. Sementara itu area dalam juga luas yang terdiri dari dua lantai. Bagi yang merokok pun disediakan smoking area. Lalu ada juga tempat duduk outdoor. Kalau mau menyaksikan pemandangan gunung ungaran dan sawah lebih jelas pilihlah tempat duduk di lantai dua atau pun lantai satu bagian luar.
Joko Kopi
Dok. pribadi
Menu kopi di Joko Kopi sangat bervariasi, ada speciality coffee (single origin) hingga non kopi. Untuk single origin bisa memilih metode seduh, yaitu tubruk, plunger/french press, atau pour over. Harga terbilang standar, malahan murah untuk cita rasa kopi yang berkualitas.


Saya kalap dong pesan kopi di Joko Kopi, sampai minum dua cangkir. Tadinya saya cuma pesan Paket Pendekar, tapi tergoda dengan single origin, maka saya memutuskan pesan Flores Robusta yang pakai metode pour over. Paket Pendekar apa sih? Paket Pendekar itu terdiri dari satu sloki espresso, satu cangkir cappuccino, dan air putih. Sudah minum segitu banyak masih nyendok affogato punya Kakak saya juga. Rakus bener.
Kopi Joko Kopi
Dok. pribadi
Cappuccino dan espresso yang sepaket itu cita rasa kopinya sama, tapi kurang tahu blend-nya apa saja. Saya merasakan cita rasa fruity dan pahit yang kuat, untuk acidity mungkin medium (Kurang yakin juga, haha…). Untung lah ya yang satunya saya pesan Flores Robusta untuk mengimbangi kopi Paket Pendekar dengan acidity itu. Flores Robusta adalah kopi tanpa acidity. Cita rasanya sudah lupa saya, tapi kalau dari menu tercantum sweet/tobacco/chocolate/nutty. Kalau rasa pahitnya sih tidak begitu tajam dan cenderung light menurut saya. Beneran lebih pekat Paket Pendekar. Lol.


Selain kopi, di Joko Kopi juga menyediakan minuman non kopi yang variasinya banyak. Milk based drink dengan rasa thai tea, taro, red velvet, green tea, vanilla, caramel, mint, bahkan ginger. Minuman yang light juga ada. Makanan berat dan snack-nya pun bermacam-macam, mulai dari nasi goreng, mie, rice bowl, onion ring, roti bakar, hingga mendoan. Dessert juga ada lho. Kurang lengkap apa coba.


Cafe Joko Kopi pokoknya recommended banget. Saya pasti akan kembali berkunjung. Oh iya colokan, tampaknya benda itu tidak saya lihat ada di meja-meja pengunjung. Berarti murni untuk nongkrong lah, kecuali Anda bukan pejuang colokan seperti saya.


Kalau lewat kota Ungaran mampir sebentar ke Joko Kopi ya. Thanks sudah menyimak ulasan saya. Jangan lupa tinggalkan jejak di kolom komentar.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Hari Sabtu saya habiskan untuk pergi ke coffee shop sambil ngetik artikel (walaupun keyboard saya lagi rusak dan harus pakai on-screen keyboard, cry). Saya mengunjungi dua coffee shop di daerah Semarang bawah. Kedua coffee shop tersebut dapat dijangkau dengan mudah menggunakan Trans Semarang, apalagi kalau bayar pakai Gopay dapat diskon 50%. Simak ulasan singkat saya tentang coffee shop di Semarang berikut.

Peacock Koffie

Di Semarang Peacock Koffie ada di tiga lokasi, yaitu:
1.      Jalan Gajahmada No. 22, Kembangsari, Semarang Tengah, Kota Semarang, 50133
2.      Jalan Yudistira No. 5, Pendrikan Kidul, Semarang Tengah, Kota Semarang, 50131
3.      Jalan Gombel Lama No. 11, Tinjomoyo, Kota Semarang, 50262

Saya ngopi di Peacock Koffie jalan Yudistira dekat sama Kampus Udinus. Coffee shop  di sini buka pukul 06:00 – 23:00 menurut google map, tapi untuk yang di Gajahmada buka 24 jam. Peacock Koffie yang di Gombel Lama entah masih buka atau tidak, soalnya kalau saya lewat sepi banget. Selain itu warung yang gabungan dengan Peacock Koffie di lantai satu itu memang sudah tutup. Lokasinya kurang strategis kalau menurut saya, beda sama dua coffee shop lainnya.

Ruangan di Peacock Koffie Yudistira tergolong sempit. Di bagian dalam ruangan ber-AC dibagi menjadi area non-smoking dan smoking, di bagian teras juga ada kursi. Awalnya saya pikir area dalam khusus non-smoking, saya duduk ngasal dong, baru nyadar ada sign-nya di pintu, hahaha... Di setiap meja ada colokan, itu kan yang biasanya dicari di kedai kopi setelah kopi. Tapi saya lihat ada colokan yang rusak juga. Dan, jujur saja ruangannya kurang nyaman. Bukan berarti di kedai Peacock Koffie Gajahmada dan Gombel Lama juga gitu. Mungkin yang saya rasakan hanya di Yudistira.

Waktu ke sana saya tanya rekomendasi kopinya apa, bartendernya bilang hazelnut atau carmelito. Keduanya disediakan dalam dua versi dingin dan panas. Lalu saya pesan carmelito panas dan pie ayam. Harga total keduanya Rp. 55.000;. For your information, menu yang tertempel di belakang kasir tidak tercantum harganya. Semoga bukan saya yang kurang pay attention.
 
Carmelito dan pie ayam (dok. pribadi)
Ketika pesanan saya tiba tampilannya terlihat menggoda. Kopi disajikan di dalam cangkir berwarna coklat dengan tatakan lebar dan di sampingnya ada semacam nougat. Bagian atasnya ada sedikit busa dan taburan choco granule. Sayangnya waktu saya coba rasanya jauh dari ekspektasi. Di benak saya carmelito itu semacam kopi dengan rasa caramel. Tapi ketika saya coba tidak ada rasa caramel dan rasa kopinya kurang tajam. Rasa yang mendominasi cuma rasa susu. Entahlah apakah memang seperti itu atau ini hanya masalah SOP saja. Well, saya belum membandingkannya dengan kopi di dua kedai lainnya, tidak bisa nge-judge juga. Dan, nougatnya itu enak.

Kofinary

Alamat : Jalan Dokter Cipto No. 183 A, Karangturi, Semarang Timur, Kota Semarang 50124
Jam buka : 08:00 – 23:00

Tadinya saya mau ke Blue Lotus Coffee tapi gara-gara saya salah turun halte jadi kejauhan, akhirnya saya putuskan ke Kofinary. Lokasi Kofinary sangat strategis di jalan utama dekat dengan perempatan. Hanya saja area parkir yang disediakan memang tergolong sempit. Bangunan Kofinary ini tampaknya bergabung dengan bangunan toko furniture yang hanya dibatasi dengan kaca. Atmosfer warm sudah menunggu ketika memasuki Kofinary. Saya suka dengan penataan ruangannya, sederhana tapi nyaman. Ruangannya pun luas, tadinya saya pikir area duduk cuma di depan saja, ternyata area duduknya sampai ke belakang.

Waktu saya tanya rekomendasi kopi di Kofinary bartender menyarankan americano, latte, sama apa lagi gitu saya lupa. Saat itu saya langsung memesan Americano dingin, karena memang lagi kepanasan dan males minum yang ditambah susu lagi (karena tadi sudah minum carmelito yang susu banget itu). Selain itu saya juga pesan macaroni schotel. Setelah pesan saya baru ngeh kalau di situ ada speciality coffee. Mata saya memang agak siwer. Tahu gitu tadi saya pesan speciality coffee, karena sebenarnya saya memang mau mencoba berbagai jenis kopi di Indonesia yang dijual di kedai kopi. Kalau saya perhatikan di samping bar ada dripper, kemungkinan mereka juga menyajikan manual brewing. Mungkin next time waktu ke Kofinary lagi saya akan tanyakan kepada bartendernya.
 
Americano dan macaroni schotel (dok. pribadi)
Setelah menyalakan laptop dan ngetik-ngetik sebentar, pesanan saya pun tiba. Gula cair disediakan terpisah, jadi bisa ditambahkan sesuai selera. Sebelum saya tambahkan gula saya coba dulu americano tanpa gula, penasaran sama cita rasanya. Flavor citrus mendominasi, kalau lidah saya tidak salah. Rasa kopinya pun kuat, bahkan setelah es mencair masih terasa kopinya kok.


Nah itu tadi dua kedai kopi yang saya kunjungi di hari yang sama tapi memiliki kesan yang berbeda. Menurut saya pribadi saya lebih suka nongkrong di Kofinary (di sana juga ada colokan kok guys, haha).
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments

Alamat: Jl. Teuku Umar No. 54, Tinjomoyo, Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50262
Jam buka: 11.00 – 23.00

Lokasi Reunion Coffee ini sangat strategis, karena berada di jalan utama dan dekat dengan exit tol Jatingaleh. Kalau dari arah Semarang bawah Reunion Coffee berada di sebelah kiri, tapi harus diperhatikan karena bangunannya agak masuk dan dikelilingi pagar tinggi. Kalian harus memperhatikan palang berwarna biru tua yang tertempel di pagar beton.

Area parkir luas, jadi yang bawa mobil tidak perlu kesulitan cari parkir. Area di bangunan Reunion Coffee dibagi menjadi area ber-AC (bebas rokok) dan area tanpa AC yang ada di halaman depan. Sayangnya area ber-AC ini cukup kecil, jadi kalau area tersebut sudah penuh terpaksa di luar. Di area dalam juga ada colokan listrik, jadi tidak perlu khawatir kalau kalian datang tidak hanya untuk ngopi tapi juga untuk mengerjakan tugas bareng teman.

Reunion memiliki atmosfer yang warm dan nyaman. Meskipun berada di pinggir jalan utama tapi tidak bising. Spot favorit saya ada di area dalam, yaitu meja di pojok yang menghadap ke jalan dengan kursi tinggi. Tapi kalau datang bareng teman enak duduk di sofa.

Harga menu di Reunion relatif murah guys, tidak menguras kantong. Meskipun harganya relatif murah bukan berarti kualitas kopinya tidak bagus. Kualitas kopi di sini menurut saya bagus, tidak kalah dengan coffee shop terkenal lainnya. Saya berkesempatan mengicipi kopi ayam. Kopi ayam adalah kopi yang disajikan dengan susu dan gula jawa. Cita rasa khas kopi sangat terasa (tidak tenggelam) berpadu dengan gula jawa yang berkaramel dan gurihnya susu. Mantap! Apalagi kopi ayam yang panas disajikan di dalam cangkir yang Indonesia banget. Tahu kan guys gambar ayam jago yang suka ada di mangkok-mangkok bakso. Nah ada versi cangkirnya juga (Baru tahu saya, kemana aja deh.). Versi dingin juga ada, tapi saya lebih memilih yang panas karena naksir sama cangkirnya, hahaha...
 
Kopi ayam (dok. pribadi)
Terus seingat saya di Reunion Coffee ada speciality coffee juga. Jadi untuk yang ingin merasakan cita rasa kopi Indonesia bisa mampir ke sini. Seperti pada kedai kopi umumnya, kalian bisa memilih single shot atau double shot. Kalau kopi panas single shot pun kopinya sudah terasa kok.

Di Reunion Coffee juga menyajikan makanan berat dan camilan, jadi tidak usah takut kelaparan. Saya lupa tidak foto menunya, seingat saya camilannya itu ada cireng, pastry, snack basket (nugget, sosis, french fries), dll. Waktu itu saya pesan cireng dengan sambal rujak, enak. Cirengnya tidak keras/alot, rasa sambal rujaknya pas. Selain kopi di Reunion Coffee juga menyediakan minuman non kopi, ada teh, milkshake, chocolate, dll. Cukup banyak pilihan kan guys? Tunggu apalagi, kalau ke Semarang jangan lupa mampir ke Reunion Coffee.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Berlokasi di Jl. Kartini No. 230 B, Sembungan, Ungaran, Kedai Kopi Tarik memanfaatkan rumah hunian sebagai area usaha. Kedai ini memang tidak tampak seperti kedai kopi pada umumnya. Saya yang sering melewati lokasi tersebut pun tidak notice ada kedai kopi di situ. Apalagi lokasi kedai tersebut di tikungan dan tidak menyediakan area parkir, ya karena memang jarak halaman dan jalan raya itu mepet sekali. Tapi kalian bisa parkir di seberang, ada cukup area yang tidak membuat kendaraan memenuhi badan jalan.
Dok. pribadi

Saya tahu lokasi Kedai Kopi Tarik Ungaran justru dari teman saya. Waktu itu saya ke kedai tersebut sekitar jam 19:00 saat weekday, suasana lumayan lengang. Di bagian halaman ada area semacam bar gitulah, area khusus untuk meracik kopi. Beberapa peralatan juga digantung di sisi-sisi bar. Ketika bartender membuat kopi tarik jadi semacam atraksi saja sih. Kursi-kursi untuk pelanggan berada di halaman dan juga di dalam rumah. Saya memilih kursi di bagian teras dan belum pesan apa-apa karena teman belum datang. Sambil menunggu saya melihat-lihat menu, ternyata kedai ini tidak cuma menyajikan kopi tapi juga minuman berempah (saya lupa tidak memfoto menu minuman rempahnya). Saking banyaknya varian kopi saya bingung mau memesan yang mana. Sementara itu untuk menu makanan berat dan camilan memang sangat kurang. Hanya ada indomie, nasi telur, mendoan, pisang goreng, singkong goreng (cuma itu saja sejauh yang saya ingat).
Dok. pribadi


Dok. pribadi

Setengah jam kemudian teman saya datang, lalu kami pindah ke kursi di dalam yang di sampingnya ada rak buku.  Semakin malam orang-orang berdatangan dan kursi terisi seluruhnya. Bahkan pemilik terpaksa menolak pelanggan karena sudah tidak ada tempat duduk lagi.
Setelah memilih-milih saya memutuskan untuk memesan cold brew coffee. Cold brew coffee adalah kopi yang direndam dalam air selama 18-24 jam untuk mendapatkan konsentrat kopi yang selanjutnya diencerkan ketika akan disajikan. Saya kurang tahu metode apa yang mereka gunakan, karena memang ada beberapa metode untuk membuat cold brew coffee. Ngomong-ngomong, cold brew coffee, cold drip coffee dan iced coffee beda ya guys. Yang membedakan mereka ini jelas metode pembuatannya dan cita rasa yang muncul. Cold drip coffee dibuat dengan cara brewing kopi menggunakan air dingin yang diteteskan secara perlahan ke bubuk kopi, sehingga teknik ini memerlukan dripper. Proses brewing tersebut dapat mencapai 1 – 24 jam.
Di kedai ini juga menyediakan menu cold drip cofffee. Sebenarnya saya juga tertarik dengan kopi tariknya, namanya saja Kedai Kopi Tarik Ungaran sudah jelas ya spesialis kopi tarik, tapi mungkin lain kali saja saya pesan kopi tarik. Saya juga pesan semua camilan (ya karena adanya itu saja).
Waktu untuk menu-menu yang saya pesan tiba di meja itu lama banget. Mengingat pelanggannya banyak banget dan mungkin peralatan serta tenaga mereka juga kurang. Menu itu pun tiba antara setengah hingga satu jam. Jadi kalau kalian kurang sabar mending kalian datangnya agak sorean saja, kalau semakin malam justru tambah ramai. Pengunjung pun tidak hanya anak muda, beberapa kali saya lihat ada orang tua dan anak-anak.
Cita rasa cold brew coffee tidak begitu pahit meskipun tanpa gula, sedikit asam, aroma kopinya terasa banget. Saya cuma bisa mendeskripsikan sebatas itu maklum belum expert dalam dunia perkopian (belum bisa membedakan guys spicy, caramel, chocolate, floral & fruty, slight earthy, herbal, nutty, herbal, dll). Body-nya pun aku belum bisa membedakan. Haha...
Kopi yang mereka gunakan ini ternyata berasal dari daerah sekitar lho. Ada beberapa keterangan di menu mereka, jadi mereka pakai kopi dari petani Ungaran. Keren ya, itu membantu banget untuk para petani lokal.
Lanjut untuk makanannya jujur saja saya tidak rekomendasikan. Kalau bisa kalian sudah kenyang kalau ke sana dan memang cuma pengin minum saja. Beberapa orang sih memang cuma minum sambil ngobrol dan diskusi. Cuma malam itu saya dan teman saya lagi lapar-laparnya, jadi tetap pesan makanan.
Dilihat dari segi harga, relatif murah guys jadi jangan takut dompet kalian bolong. Harga secangkir kopi mulai dari Rp. 9000; dan tidak lebih dari Rp. 30.000; (Saya lupa harga kopi termahal berapa, kalau tidak salah masih sekitar 20.000an).
Share
Tweet
Pin
Share
4 comments
Older Posts

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

About blog

Sejak 2016, Melalui Ruang membahas buku, dunia literasi, film/tv series, dan kedai kopi yang dikunjungi penulis. Semuanya berasal dari perspektif dan pengalaman penulis.

Categories

Film/TV series (34) Buku (20) Menulis (19) Lainnya (10) Kopi (8)

recent posts

Link Favorit

  • Fiksi Lotus
  • Foodiscuss
  • Peter de Vries Guitar

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates