Review Novel 13 Reasons Why (Kisah Tragis Hannah Baker)

by - 2:38 PM

Tanggal 14 Juni 2019, pukul 12:24 baru saja selesai membaca 13 Reasons Why
Penulis: Jay Asher
Penerbit: Spring
Tahun terbit: 2018
Halaman: 324
Genre/sub genre: kata Jay Asher ini genre Suspense, sub genrenya saya rasa Young Adult atau Coming of Age (Kalau mau tahu genre Suspense apa klik di sini)


Blurb
Kau tidak bisa menghentikan masa depan. Kau tidak bisa mundur ke masa lalu. Satu-satunya cara untuk mengetahui rahasia itu adalah menekan… Play.


Clay Jensen pulang dari sekolah dan menemukan sebuah paket berisi setumpuk kaset. Namun ternyata pengirim kaset-kaset itu adalah Hannah Baker, teman sekolahnya yang bunuh diri dua minggu lalu. Dalam kaset-kaset itu, Hannah menjelaskan alasan-alasan kenapa dia bunuh diri dan siapa saja yang terlibat di dalamnya. Clay menjadi salah satunya.


Hannah Baker sudah tiada. Seharusnya rahasia-rahasia gadis itu terkubur bersamanya. Namun, setelah mendengarkan isi kaset, Clay menjadi paham kenapa dia menjadi salah satu alasan Hannah.


Sepanjang malam, Clay mendengarkan kaset Hannah. Dia mengikuti petunjuk yang Hannah berikan untuk menyusuri kota kecilnya. Namun, yang dia temukan kemudian mengubah hidupnya selamanya…
***
Thirteen Reasons Why
Dok. pribadi
Saya tertarik baca buku 13 Reasons Why setelah menonton TV Series-nya di Netflix. Lucu sih, harusnya karena semua sudah terungkap tidak ada rasa penasaran lagi ya. Tapi saya tetap ingin baca bukunya. Novel 13 Reasons Why ini saya beli tahun 2018, ikut PO yang ada hadiah tote bag sama peta. Namun baru saya baca sekarang, karena tumpukan buku lain yang belum saya baca juga. Hahaha… Saya yang penting punya bukunya dulu, bacanya entah kapan.


Well, sebab saya sudah menonton TV Series-nya saya bahas sedikit perbedaan keduanya (tenang saya tidak akan spoiler). Thirteen Reasons Why versi TV Series ada beberapa perubahan dan penambahan yang tentunya bertujuan untuk penyesuaian. Dan itu tidak mengubah jalan cerita utama kok, justru menurut saya sebagian penambahan itu melengkapi novel 13 Reasons Why.


Pada novel 13 Reasons Why kedalaman setiap karakter--yang berperan menjadi alasan Hannah Baker bunuh diri--kurang mendalam. Di novel hanya Hannah dan Clay yang perasaannya ditunjukkan lebih mendalam. Sementara di TV Series, tokoh-tokoh lainnya bisa digambarkan lebih mendalam. Tentu ini karena keterbatasan halaman. Kalau semua tokoh itu dijelaskan secara mendalam sudah pasti bukunya bakal lebih tebal daripada kamus.


Di novel 13 Reasons Why juga ada bonus berupa dialog-dialog yang dihapus, kata pembuka, dan ending cerita sebelum disunting. Dan ternyata ending sebelum disunting itu berbeda banget lho dengan ending yang sekarang. Bahkan judulnya pun tadinya bukan 13 Reasons Why.


Saya sarankan baca dulu novel 13 Reasons Why baru nonton TV Series-nya. TV Series 13 Reasons Why itu adalah pelengkap novelnya. Tunggu dulu! TV Series-nya ada dua musim sejauh ini dan season 1 menurut saya tetap paling bagus. Namun di season 2 ada bagian yang tentunya bisa menjadi pelengkap atas nasib kasus Hannah Baker yang mana tidak ada di novelnya. Sayangnya tidak semua episode di season 2 seasik season 1.


Mari lanjut membahas tokoh-tokoh dalam novel. Hannah Baker menggambarkan sosok remaja yang mencari jati dirinya, yang belum memahami dirinya sendiri secara utuh, katakanlah masih labil. Dan itu bukan salah dia menjadi labil. Siapa sih yang tidak pernah melewati masa-masa labil? Semua pasti pernah. Namun, sayangnya dia tidak berhasil melewati masa-masa itu. Dia memilih untuk menyerah, karena tidak mendapatkan pertolongan yang dia harapkan.


Clay Jensen, anak baik, setidaknya itu yang semua orang pikirkan (termasuk saya dan memang demikian). Meskipun Clay masuk ke dalam daftar Hannah, menurut saya itu tidak membuat dia jahat. Dia hanya terlibat dalam situasi rumit dan tidak tahu bagaimana bertindak. Namun, entah kenapa saya tidak begitu bisa merasakan emosi Clay di dalam novel. Clay yang di TV Series itu terlihat lebih emosional. Akting Dylan Minnette memang bagus. Dia berhasil menggambarkan Clay yang kacau.


Tokoh Tony di novel hanya memiliki porsi sedikit. Sepanjang membaca saya membayangkan wajah Christian Navarro, tapi tokoh Tony di novel jadi tidak terasa cocok dengannya. Tony memang lebih keren yang di TV Series. Sedikit bocoran, sebenarnya di novel orientasi Tony itu tidak disebutkan sama sekali, bahkan secara eksplisit pun tidak. Saya suka ¾ Tony di TV Series dan ¼ Tony di novel. Hahaha…


Kalaupun tokoh lain tidak, tokoh Jessica Davis harusnya bisa dijelaskan sedikit lebih banyak, tapi di novel tidak. Intinya di novel itu ya mostly adalah Clay yang sedang mendengarkan kaset. Bahkan dia tidak banyak berinteraksi dengan murid lain yang ada dalam daftar, kalau pun ada hanya sambil lalu.


Jika ditanya apa saya menyesal membaca bukunya, kan mendingan nonton TV Series-nya saja. Jawaban saya adalah tidak. Nah kalian terserah mau baca bukunya saja atau nonton TV Series-nya saja atau keduanya, itu tidak akan mengurangi pesan yang coba disampaikan melalui cerita Hannah Baker.


Mengutip kalimat dalam novel 13 Reasons Why, “Segala sesuatu memengaruhi segalanya”. Tindakan dan ucapan kita bisa jadi berdampak pada orang lain, jadi kendalikanlah. Kita juga diajak peka terhadap sekitar. Kita tidak bisa menunggu orang meminta pertolongan, kadang mereka tidak sadar bahwa mereka membutuhkan pertolongan itu. Kita lah yang harus mengulurkan tangan.


Bagi saya novel 13 Reasons Why sangat inspiratif, banyak pelajaran yang bisa dipetik. Jangan segan untuk membaca novel ini.


Saya tunggu komentar-komentar kalian di bawah ini. Terima kasih telah berkunjung.

You May Also Like

1 comments