• Home
  • About
  • Contact
  • Privacy Policy
twitter instagram

MELALUI RUANG

menulis, membaca, menonton

Akhir-akhir ini saya lagi suka nonton drama Korea yang bertema remaja SMA hingga anak kuliahan. Lumayan bikin senyum-senyum. Nah, daftar rekomendasi drama Korea remaja berikut ini bisa kalian tonton di Iqiyi. Beberapa memang hanya ada di Iqiyi. Simak yuk!

1. Imitation (on going)

Drama Korea Imitation hanya bisa ditonton di Iqiyi. Sejauh ini Imitation baru memasuki 7 episode, dengan total episode sebanyak 12 dan durasi masing-masing episode sekitar 60 menit. Drama Korea Imitation update setiap hari Jumat sekitar pukul 21:00. Drama tersebut diperankan oleh Jung Ji So (sebagai Lee Ma Ha), Lee Jun Young (sebagai Kwon Ryeok), Park Ji Yeon (sebagai La Ri Ma), dan Yun Ho Ateez (sebagai Lee Yoo Jin). Selain itu juga ada peran pendukung yang dimainkan oleh idol-idol Korea, mulai dari anggota boyband Ateez (Jong Ho, San, Seonghwa) hingga SF9 (Hwiyoung).
 
Drama Imitation menceritakan kehidupan dan perjuangan para trainee untuk menjadi seorang idol, serta kerasnya perjuangan idol bertahan di industri musik Korea yang persaingannya sangat ketat. Ma Ha adalah anggota girl band baru bernama Tea Party. Bersama dengan dua anggota lainnya, Ri A dan Hyun Ji, mereka berjuang untuk meraih kesuksesan, setelah pernah gagal debut. Sementara itu, Ryeok adalah salah satu anggota boy band SHAX yang sangat terkenal. Ia dan Ma Ha sudah mengenal sejak lama, sebelum Ryeok debut. Lalu, mereka bertemu kembali karena membintangi drama yang sama. Awalnya Ryeok kesal karena Ma Ha selalu meniru gaya Ri Ma. Bahkan saat bertemu di sebuah acara TV, Ryeok sempat berbicara ketus kepada Ma Ha. Namun, akhirnya mereka menjadi dekat, karena kejadian tidak terduga selama berkeliling kota untuk promosi film yang mereka bintangi.

Drama Imitation ini cukup memberikan insight tentang industri musik di Korea. Misalnya gimana para boy/girl band bisa tampil di sebuah acara musik. Ternyata tidak semudah itu mendapatkan slot di acara musik. Setelah mendapat slot pun tidak serta merta penampilan mereka mulus. Para boy/girl band pendatang baru memiliki durasi tampil yang dibatasi. Jadi, entah lagu mereka dipercepat ataupun tidak semuanya ditampilkan alias dipotong di bagian tertentu.

2. At a Distance Spring is Green (on going)

Kadang saya suka random nonton drama, tapi tetap dilanjut. Malahan ada yang awalnya pengin ditonton, tapi berakhir dengan mandek di episode tertentu. Drama Korea At a Distance Spring is Green ini termasuk yang random saya klik dan tonton, tapi ternyata lumayan. Sejauh ini baru tayang hingga 3 episode dengan total episode sebanyak 12 dan durasi sekitar 60 menit. Drama tersebut update setiap hari Senin dan Selasa pukul 19:30, serta hanya bisa ditonton di Iqiyi. At a Distance Spring is Green dibintangi oleh Park Ji Hoon (sebagai Yeo Joon), Kang Min Ah (sebagai Kim So Bin), dan Bae In Hyuk (sebagai Nam Soo Hyun).

At a Distance Spring is Green berkisah tentang kehidupan perkuliahan dan segala permasalahan tokoh-tokohnya. Yeo Joon adalah seorang mahasiswa tingkat pertama yang sangat populer dan disukai banyak orang. Ia hanya menampilkan image yang baik dan tanpa disadari menjadi people pleaser demi menyenangkan semua orang. Walaupun berasal dari keluarga yang kaya raya, tapi Yeo Joon kekurangan kasih sayang dan diperlakukan tidak baik oleh orang tuanya. Semua orang tidak pernah mengetahui sisi gelap dari Yeo Joon. Sementara itu, So Bin adalah mahasiswi tahun ketiga yang tidak menonjol dan tidak memiliki pengalaman untuk ditulis di CV. Ia bertekad untuk ikut dalam proyek seorang profesor di kampusnya, tapi posisi asisten itu sudah diambil Yeo Joon. Lalu ada pula Soo Hyun, mahasiswa tahun ke empat yang pintar dan tampan, tapi memiliki kesulitan ekonomi. Ia harus memenuhi kebutuhan hidup keluarganya sekaligus berkuliah. Hidupnya hanya ia gunakan untuk bekerja paruh waktu dan kuliah, sehingga ia tidak memiliki waktu untuk bergaul dan tidak memiliki banyak teman.
 

3. Live On

Nah, buat penonton yang tidak suka nonton drama on going, kalian bisa coba nonton Live On. Drama Korea Live On memiliki jumlah episode yang relatif sedikit, hanya 8 episode dengan durasi sekitar 60 menit setiap episode. Drama tersebut dibintangi oleh Jung Da Bin (sebagai Baek Ho Rang) dan Mihyun (sebagai Go Eun Taek).

Live On berkisah tentang anak SMA bernama Ho Rang yang merupakan influencer. Ho Rang sangat populer baik di media sosial maupun sekolah, karena fashionable dan cantik. Namun, ia hanya memiliki satu teman, karena kepribadiannya yang dinilai buruk. Suatu ketika, seseorang berusaha mengungkap rahasianya. Bersamaan dengan itu, Eun Taek sedang merekrut penyiar baru untuk klub penyiaran. Ia meminta Ho Rang bergabung. Walaupun sempat menolak, akhirnya Ho Rang bergabung dalam klub penyiaran. Tujuannya bergabung tidak lain untuk menemukan pengirim anonim dalam segmen cerita yang berniat membongkar rahasianya. 

4. Extraordinary You

Drama Korea Extraordinary You release tahun 2019, tapi saya baru-baru ini nonton. Drama tersebut memiliki 16 episode dengan durasi rata-rata 60 menit. Para tokoh utamanya antara lain, Kim Hye Yoon (Eun Dan O), Ro Woon (Ha Roo), Lee Jae Wook (Baek Kyung), Jung Gun Joo (Lee Do Hwa), Lee Tae Ri (Jinmiche), Lee Na Eun (Yeo Joo Da), dan Kim Young Dae (Oh Nam Joo).
 
Extraordinary You berkisah tentang Dan O, siswi di SMA elit yang dikenal banyak orang. Orang tuanya kaya raya dan ia memiliki tunangan bernama Kyung. Namun, ia memiliki sakit jantung parah. Suatu ketika, ia merasakan keanehan pada dirinya. Ia seakan bisa berpindah-pindah tempat dan situasi tanpa bisa mengingat kejadian sebelumnya. Bahkan ia mendapat penglihatan masa depan. Dan O mengira bahwa ia mengidap suatu penyakit. Hingga suatu ketika, Jinmiche memberitahunya, bahwa Dan O merupakan tokoh di dalam komik berjudul Secret.
 
Awalnya Dan O mengira adalah tokoh utama. Namun akhirnya ia menemukan fakta, bahwa ia hanyalah tokoh extra. Ia juga semakin menyadari, bahwa Kyung sangat menyebalkan. Bahkan ia sama sekali tidak mencintai Kyung. Sayangnya sebagai tokoh yang dikendalikan oleh penulis, Dan O hanya bisa mengikuti jalan cerita. Ia tidak bisa menentukan nasibnya. Itu membuatnya frustrasi. Lalu, ia bertekad untuk mencari cinta sejatinya.

Ketika Dan O berusaha mengubah adegan terjatuh di tangga, ia gagal. Ia tetap jatuh, tapi seorang murid laki-laki menolongnya dan saat itu jantungnya berdebar, bukan karena kumat. Namun, ada hal lain yang Dan O rasakan. Sejak saat itu ia mencari laki-laki tersebut, karena menyakini laki-laki tersebut adalah cinta sejatinya. Akhirnya, Dan O menemukan laki-laki tersebut yang ternyata adalah teman sekelasnya. Sayangnya, laki-laki itu tidak memiliki nama. Dan O pun memberinya nama Ha Roo.

Gimana guys, kalian tertarik nonton nggak? Jangan sungkan comment ya. Kalau punya rekomendasi boleh juga di-share.

Edited:
Sekarang Imitation dan At a Distance Spring is Green episodenya sudah complete, jadi buat pencinta drama bisa langsung marathon, nggak usah lama nunggu tayang.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments

Siapa yang selingkuh?
Kenapa Este menghilang?
Ada yang mati atau tidak?
Siapa yang menjadi pelaku kejahatan?
Siapa yang lagi ngomong dalam lirik?

Begitu dengar sepintas lagu no body no crime yang dinyanyikan oleh Taylor Swift, saya langsung tertarik sama liriknya. Bisa dikatakan no body no crime ini adalah cerita pendek. Hal yang paling bikin saya tertarik adalah point of view dan kata ganti yang digunakan. Dalam lirik lagu no body no crime ada beberapa point of view.

Pada bagian pertama, teman Este menceritakan kejadian dari sudut pandang Este. Este cerita kalau suaminya bertingkah aneh. Dia menduga bahwa suaminya selingkuh. Tapi, dia tidak bisa membuktikannya. Sampai akhir pada chorus pertama, sudut pandangnya masih Este.

He did it
He did it

Este's a friend of mine
We meet up every Tuesday night for dinner and a glass of wine
Este's been losing sleep
Her husband's acting different and it smells like infidelity
She says, "That ain't my merlot on his mouth"
"That ain't my jewelry on our joint account"
No, there ain't no doubt
I think I'm gonna call him out
She says

"I think he did it but I just can't prove it"
I think he did it but I just can't prove it
I think he did it but I just can't prove it
No, no body, no crime
But I ain't letting up until the day I die
No, no
I think he did it
No, no
He did it


Bagian kedua yang cerita masih teman Este, tapi sekarang dari sudut pandangnya sendiri. Dia mengamati kejadian yang ada di sekitarnya. Este tiba-tiba menghilang dan suaminya melaporkan hal tersebut. Namun, menurut teman Este, ada yang mencurigakan. Suami Este baru saja mengganti ban pada truknya dan simpanannya tiba-tiba pindah ke rumahnya. Teman Este berkesimpulan bahwa harus ada yang menangkap suami Este, karena suami Este pasti ada hubungannya dengan menghilangnya Este. Sayangnya, teman Este ini tidak punya bukti.

Este wasn't there
Tuesday night at Olive Garden, at her job, or anywhere
He reports his missing wife
And I noticed when I passed his house his truck has got some brand new tires
And his mistress moved in
Sleeps in Este's bed and everything
No, there ain't no doubt
Somebody's gotta catch him out
'Cause

I think he did it but I just can't prove it (he did it)
I think he did it but I just can't prove it (he did it)
I think he did it but I just can't prove it
No, no body, no crime
But I ain't letting up until the day I die
No, no
I think he did it
No, no
He did it

Pada bagian ketiga ini kira-kira siapa yang ngomong? Kejadiannya masih berhubungan sama kejadian sebelumnya atau kejadian beda lagi? Nah, di bagian ketiga ini bisa disimpulkan bahwa ada yang mati (lagi), walaupun tidak disebut secara gamblang. Si “aku” mengaku bahwa dia bisa mengendarai perahu dan sudah membersihkan rumah dengan tujuan untuk menutupi tempat kejadian. Bisa disimpulkan, bahwa jasad seseorang dibuang di daerah perairan, setelah “aku” membunuhnya. “Aku” membunuh seseorang di rumah. Namun tidak diketahui di rumah siapa, siapa yang dibunuh dan “aku” ini siapa; walaupun pada bagian pertama dan kedua lirik ada kecurigaan terhadap suami Este. Belum tentu bagian ketiga menceritakan kronologi pembunuhan Este. Wait, memang Este dibunuh? Will see.

Menurut saya, kata kuncinya ada di kalimat “Good thing his mistress took out a big life insurance policy.” Nah, berarti simpanan suami Este ini dapat asuransi jiwa atas meninggalnya seseorang. Jadi kesimpulannya yang dibunuh adalah suami Este, yang membunuh adalah teman Este, dan tempat kejadiannya kemungkinan di rumah suami Este. Tapi, teman Este memiliki alibi, karena adik Este bersaksi bahwa teman Este bersama dirinya.

Good thing my daddy made me get a boating license when I was fifteen
And I've cleaned enough houses to know how to cover up a scene
Good thing Este's sister's gonna swear she was with me ("She was with me dude")
Good thing his mistress took out a big life insurance policy


Nah, pada chorus terakhir ini agak membingungkan, tapi saya akan mencoba memahaminya (semoga tidak keliru). Yang berbicara di sini adalah teman Este. Pada kalimat “They think she did it but they just can’t prove it”, “she” merujuk kepada seseorang yang diduga melakukan tindak kejahatan. Siapa “she” dan “they” yang dimaksud? Menurut saya, “they” adalah orang-orang pada umumnya. Mereka mencurigai bahwa kematian suami Este adalah ulah si simpanan, karena dengan begitu si simpanan dapat asuransi jiwa. Sementara itu, si simpanan menduga bahwa yang membunuh suami Este adalah teman Este. Sayangnya lagi-lagi no body no crime. Tidak ada yang jadi tersangka (soalnya tidak ada bukti), ya berarti kejahatan itu tidak ada.

They think she did it but they just can't prove it
They think she did it but they just can't prove it
She thinks I did it but she just can't prove it
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he
No, no body, no crime
I wasn't letting up until the day he died


Kesimpulannya yang mati di sini ada dua orang, Este dan suaminya. Este dibunuh oleh suaminya, mungkin ditabrak pakai truk. Lalu, suami Este dibunuh oleh teman Este. Teman Este dendam, karena suami Este selingkuh dan membunuh Este, tapi tidak tersentuh hukum. Akhirnya teman Este bertindak sendiri. Dan, teman Este ini juga tidak tersentuh hukum, karena tidak ada bukti. Orang-orang malah menuduh simpanan suami Este, tapi tidak bisa membuktikan kejahatan itu.

Asli keren, lirik no body no crime ini ditulis dengan permainan point of view yang harus dicerna lebih teliti biar paham. Dan, di bahasa Inggris kata ganti “dia” itu ada bedanya (he/she), jadi enak kalau mau ‘memainkan’ point of view. Sementara itu, di bahasa Indonesia pakai kata ganti “dia” baik cewek ataupun cowok. Coba deh no body no crime diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dan coba pahami tanpa baca teks aslinya. Pasti tambah bikin tersesat, soalnya pakai “dia” semua.

Gimana pendapat kalian tentang lirik no body no crime? Tulis pendapat kalian di kolom komentar ya.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sebenarnya cerpen Padang Rumput Afrika (The Veldt) karya Ray Bradbury ini sudah saya baca sejak lama, tapi karena baru-baru ini saya mengikuti workshop dan mendapat sedikit ilmu menganalisis cerpen, jadi saya berniat membaca ulang Padang Rumput Afrika. Dan, ternyata pandangan saya kini berbeda dengan kala saya membacanya untuk pertama kalinya. Well, ini bukan analisis banget sih, ya kan saya bukan ahli. Ini bisa dibilang cuma pandangan saya terhadap cerpen Padang Rumput Afrika. Oya, kalian bisa membaca cerpen tersebut di Fiksi Lotus.

Cerpen Padang Rumput Afrika diawali dengan dialog antara Ibu dan Ayah. Hanya dengan beberapa dialog karakter Ibu dan Ayah langsung ditampilkan. Pertama Ibu menyuruh Ayah untuk memeriksa kamar bermain anak-anak, tapi kemudian ia mengatakan “Atau panggil seorang psikolog untuk melihatnya.” Pembuka cerpen langsung menunjukkan masalah utamanya: Ada yang tidak beres dengan kamar bermain anak-anak. Namun, apa itu? Permasalahan itu akan dibongkar sedikit demi sedikit. Selain itu gaya hidup mereka juga langsung ditampilkan di pembuka. Hal itu ditunjukkan dengan posisi Ibu yang sedang menunggu kompor meracik makanan secara otomatis.

Kemudian cerita mengalir ke adegan saat mereka memeriksa kamar bermain anak. Sebelum itu, ada simbol yang diletakkan di kalimat deskripsi: Mereka melintasi lorong di dalam rumah mereka yang dindingnya terbungkus oleh lapisan kedap suara Happylife Home. Kalimat tersebut bisa jadi merupakan sindiran, rumah (keluarga) yang dipenuhi dengan kegembiraan, tapi kedap suara, seakan kegembiraan itu tidak terdengar/senyap. Setelah itu dijelaskan lagi bagaimana rumah itu berfungsi: Rumah itu adalah tempat mereka membesarkan, memberi makan anak-anak mereka... Rumah itu adalah rumah yang layak bagi pertumbuhan anak-anak. Rumah pada deskripsi tersebut lebih menggambarkan tempat dan ini bisa jadi adalah petunjuk lain bagaimana keluarga ini hidup. Rumah semestinya lebih dari tempat.

Di rumah itu Ibu dan Ayah membangun kamar bermain yang begitu luas untuk anak-anak mereka. Ruangan itu memiliki teknologi canggih yang bisa meniru keadaaan asli suatu tempat, dalam hal ini area itu sedang menampilkan Padang Rumput Afrika. Setelah George dan Lydia memasuki Padang Rumput Afrika, ada paragraf deskripsi tentang bagaimana area tiruan itu terlihat nyata dan apa saja yang ada di dalamnya. Kehidupan di padang rumput Afrika begitu liar. Ada sekawanan singa yang baru saja selesai menyantap buruan mereka. George dan Lydia merasa tidak nyaman dengan citra yang ditampilkan di kamar bermain tersebut.

Ada dialog-dialog yang menurut saya ironis, misalnya “...kita berada di tengah hutan rimba Afrika yang terkurung dalam kamar anak-anak...” Buat saya pribadi, yang terkurung justru anak-anak. Bahkan untuk berimajinasi mereka dibantu oleh alat canggih itu. Seolah-olah memang tidak terbatas sih, apa pun yang anak-anak imajinasikan akan direfleksikan melalui teknologi canggih itu. Namun, tidakkah itu justru membatasi. Kenyataannya mereka cuma terkurung di dalam kotak yang disebut kamar bermain. Dialog lainnya, “Mereka hidup untuk bermain di kamar itu.” Anak-anak telah terikat dengan kamar bermain. 

Pada akhirnya Lydia mengusulkan suaminya untuk mematikan semua perangkat dan pergi berlibur. Ia ingin memasak sendiri, mencuci sendiri. Teknologi canggih yang ada di rumah mereka sudah tidak lagi meringankan beban, tapi menambah beban lain. Pada titik ini Lydia menyadari ada yang tidak beres. 

“Rumah ini berperan sebagai ibu dan istri, sekaligus teman bermain anak-anak. Mana bisa aku bersaing dengan pesona padang rumput Afrika? Mana bisa aku menyaingi efisiensi dan kecepatan mesin pemandi? Aku tidak bisa.” (Lydia) 

Saking canggihnya rumah itu, mereka tidak tahu harus melakukan apa di dalam rumah, karena semua pekerjaan rumah sudah digantikan oleh mesin. Padahal mesin tidak serta merta bisa menggantikan peran manusia. Mesin itu tidak manusiawi, tidak memiliki ciri khas khusus yang cuma bisa ada di manusia, mesin sendiri adalah ciptaan manusia. Sementara itu yang terjadi di keluarga George dan Lydia, mesin telah mengambil alih hidup mereka. Bahkan hal yang paling dasar seperti mengikat tali sepatu, mandi, menggosok gigi, memasak tidak bisa mereka lakukan tanpa mesin. 

“Apapun yang baik akan jadi tidak baik bila dikonsumsi terlalu berlebihan.” George mulai menyadari kesalahannya yang terlalu menggantungkan diri kepada mesin. Ia tidak mungkin mengontrol imajinasi anak-anak. Apalagi kamar bermain itu akan menangkap apa pun imajinasi anak-anak. Ada narasi yang bunyinya: Begitu anak-anak membayangkan singa, maka singa dihadirkan dalam ruang itu. Zebra, maka zebra dihadirkan juga. Matahari, matahari. Jerapah, jerapah. Kematian dan kematian. Melalui narasi tersebut Ray Bradbury mau memberikan petunjuk penting. Ada lagi kalimat: Jauh sebelum kau mengenal kematian, kau sudah menyumpahkannya terhadap orang lain. 

Lantas George berniat mengunci kamar bermain. Lydia amat khawatir, bahkan beberapa kali ia mendengar teriakan di kejauhan yang asalnya dari kamar bermain itu. Saking muaknya, George ingin ruang bermain itu merespon pikirannya dan mengganti pemandangan padang rumput Afrika menjadi latar pada cerita Aladin, tapi tidak ada yang terjadi. Ia menyimpulkan kamar itu rusak. Tapi, Lydia memiliki pandangan lain. Kamar itu mungkin sudah tidak bisa merespon lagi lantaran anak-anak telah memikirkan Afrika, singa, dan perburuan selama berhari-hari. Sementara itu, ketika Wendy memeriksa ruang bermain itu yang tampil justru hutan belantara nan hijau dan sejuk, ada alunan lagu, kupu-kupu dan bunga. Adegan tersebut bisa multitafsir, misalnya ruang bermain itu bukannya tidak bisa merespon imajinasi George, dia sudah meresponnya. Atau, sesuai dengan kecurigaan George, Wendy (anak kedua, anak pertama bernama Peter) sengaja mengubahnya dan pura-pura tidak tahu tentang padang rumput Afrika. Well, orangtua di cerita ini cenderung mencurigai anak-anak mereka. 

“Kita sudah memberikan segalanya bagi anak-anak kita. Apa ini balasannya? Kerahasiaan dan ketidakpatuhan?” (Lydia). Di sini orangtua merasa sudah memahami dan memberikan segalanya kepada anak-anak mereka, tapi di sisi lain mereka justru tidak memercayai anak mereka sepenuhnya dan malah mencurigai mereka. Dan ingat, secara tidak langsung perilaku anak adalah cerminan orangtua mereka, bagaimana orangtua mendidik anak mereka. 

Lalu, cerita bergulir pada kedatangan seorang psikolog. Ia berpendapat, “Kamar bermain, rumah ini telah menggantikan peranmu dan istrimu dalam kehidupan anak-anak kalian. Mereka jauh lebih penting daripada orangtua sungguhan, dan sekarang kau tiba-tiba mau mematikan kamar ini. Tentu saja sekarang kita melihat kebencian dalam kamar ini sekarang.” 

Peter dan Wendy begitu marah, saat orangtua mereka tiba-tiba merampas kamar bermain yang selalu menemani hari-hari mereka. Selain itu mesin-mesin lain di dalam rumah juga akan dimatikan. Padahal Peter dan Wendy tidak pernah diajarkan bagaimana mengikat sepatu, gosok gigi, mandi. Mereka jelas ketakutan dan panik. 

“Sudah lama kita semua mati. Sekarang kita akan mulai hidup baru. Kita takkan lagi dibuai oleh mesin, kita akan hidup normal.” (George)

Apakah setelah semua mesin di dalam rumah itu dimatikan maka urusan beres? Tidak juga. Sejak awal Bradbury sudah menebar petunjuk bagaimana cerita akan berakhir. Ada jeritan, ada dua benda yang ditemukan berada di kamar bermain itu, dompet lama George dan syal Lydia. Pada akhirnya ketakutan George dan Lydia menjadi nyata. Bagian saat George dan Lydia dimakan singa bisa mengartikan bahwa bagi anak-anak sosok orangtua asli mereka sudah mati. Peran mereka telah digantikan oleh mesin-mesin.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea Misaeng: Incomplete Life release pada tahun 2014 dan berjumlah 20 episode. Durasi masing-masing episode lumayan panjang, lebih dari 1 jam bahkan ada yang 1,5 jam. Drama Korea Misaeng diperankan oleh Im Si Wan (sebagai Jang Geu Rae), Lee Sung Min (sebagai Oh Sang Shik), Kang So Ra (sebagai Ahn Young Yi), Kang Ha Neul (sebagai Jang Baek Gi), Byun Yo Han (sebagai Han Seok Yool), dan Kim Dae Myung (Kim Dong Shik). Misaeng bisa kalian tonton di aplikasi IQIYI.

Misaeng mengisahkan kehidupan urban, para pegawai kantor yang bekerja di sebuah perusahaan internasional. Cerita dimulai dari seorang tokoh bernama Jang Geu Rae yang mengikuti magang di perusahaan One International, setelah ia gagal menjadi pemain baduk profesional. Namun, ia mendapat banyak kesulitan, karena ia bukan lulusan perguruan tinggi. Terlebih ia mendapat koneksi untuk bisa menjadi pegawai magang, sehingga itu menyebabkan pegawai magang lain tidak suka dengannya dan meremehkannya.

Saat tiba penentuan pegawai yang diangkat, Jang Geu Rae terpilih bersama tiga pegawai magang lain, yaitu Ahn Young Yi, Jang Baek Gi, dan Han Seok Yool. Tapi, hanya Jang Geu Rae yang menjadi pegawai kontrak, karena ia tidak memenuhi kualifikasi sebagai pegawai tetap. Setelah itu Jang Geu Rae beradaptasi dalam lingkungan kerja yang membutuhkan ketepatan dan kecepatan. Ia menggunakan permainan baduk sebagai panduannya dalam menghadapi berbagai situasi di dunia kerja.

Jujur saja waktu memutuskan nonton Misaeng karena saya suka sama aktingnya Im Si Wan, efek habis nonton Stranger from Hell. Eh tahunya ada Kang Ha Neul juga. Ketika nonton episode 1 rasanya lama banget, terang saja durasinya 1,5 jam. Saya agak khawatir gimana kalau durasi yang panjang itu bikin saya kurang betah, apalagi ini tentang dunia perkantoran, ternyata tidak. Memasuki episode 2 saya enjoy banget nonton. Saya bisa menikmati setiap episodenya.

Misaeng ini juga tidak melulu fokus ke kehidupan Jang Geu Rae, tapi juga para tokoh lain. Misalnya Oh Sang Shik, manager penjualan tim 3 tersebut memiliki masa lalu buruk terkait pegawai magang yang pernah bergabung dalam timnya. Masa lalu itu terus membayanginya dan membuatnya merasa bersalah. Belum juga ia harus patuh dengan atasannya yang bermain 'politik' di dalam perusahaan, yang mana itu sangat bertolak belakang dengan hati nuraninya.

Lalu, ada Ahn Young Yi yang menjadi generasi sandwich (terhimpit karena harus membiayai dua generasi). Meskipun di sini Ahn Young Yi belum menikah dan tidak membiayai anak, tapi ia terbebani oleh orang tuanya yang memiliki banyak hutang. Sampai ia tidak pernah merasa lega dan menikmati gajinya, karena harus selalu menekan pengeluarannya. Bahkan sampai sepatunya rusak, ia menahan diri untuk membeli yang baru. Ada juga dialog yang diucapkan oleh Oh Sang Shik kepada Ahn Young Yi, "Jangan nikmati sandwich-mu sendiri." Kalimat itu bagi saya bisa diartikan lain, bukan sekadar menyuruh untuk makan bareng rekan-rekan lain. Namun juga bisa berarti: jangan menanggung beban sendiri. Selain itu Ahn Young Yi sebagai pegawai wanita juga kerap diremehkan, padahal ia memiliki kemampuan luar biasa. Di sini terlihat jelas ada isu seksisme di dunia kerja. Ada juga isu pelecehan terhadap pegawai wanita. Pelecehan itu bukan hanya secara fisik, tapi juga verbal.

Ada pula Jang Baek Gi yang merasa tidak memiliki kontribusi dan pencapaian selama bekerja. Ia terobsesi untuk bisa melakukan hal-hal yang akan menarik perhatian. Ia merasa pintar dan tidak perlu mempelajari hal-hal dasar seperti yang disarankan seniornya, karena lulus dari universitas bergengsi dibandingkan Jang Geu Rae. Namun ia menganggap seniornya hanya tidak menyukainya, maka ia tidak pernah mendapat tugas penting. Padahal setiap tugas sekecil dan sesederhana apa pun itu penting. Hal itu membuat Jang Baek Gi terus dipenuhi rasa iri kepada Jang Geu Rae dan justru tidak fokus bekerja. Bahkan ia sempat berpikir untuk keluar dari One International.

Sama seperti rekan lainnya, Han Seok Yool juga memiliki masalah sendiri di divisi tekstil. Ia harus menghadapi senior yang suka cari muka di depan pimpinan dan melimpahkan semua tugas kepada dirinya. Saat pekerjaan Seok Yool bagus yang mendapat pujian seniornya, tapi saat ada masalah Seok Yool yang disalahkan. Seok Yool juga sempat berpikir untuk resign.

Sementara itu Jang Geu Rae terus bertahan dengan bekerja keras, karena ia merasa selama ini belum bekerja keras. Ia ingin membuktikan perkataannya kepada Oh Sang Shik, bahwa ia memiliki kualitas dan kuantitas yang banyak dan unik (semacam ada kebaruan yang ia tawarkan, karena baru saat itu ia berusaha dengan maksimal). Ia mencoba mengesampingkan tekanan dari orang lain yang masih meragukan kemampuannya dan mencibirnya karena memiliki koneksi dengan petinggi One International. Ia membungkam omongan orang-orang dengan hasil pekerjaan yang luar biasa.

Banyak banget insight yang bisa didapat saat nonton Misaeng. Dan tidak sedikit hal yang relate dengan kehidupan sehari-hari seorang pegawai. Overall, saya merekomendasikan banget drama ini. Akting para aktornya tentu tidak perlu diragukan. Mereka melebur dalam kehidupan pegawai kantor. Penyelesaian ceritanya pun juga realistis. Btw, ada prekuel Misaeng, tapi dalam bentuk film, yang mengisahkan kehidupan Jang Geu Rae saat menjadi pemain baduk. Tapi, saya belum nonton sih.

Meskipun jalan terbuka untuk semua orang, tapi tidak semua orang bisa berjalan di jalan itu. 
Kamu lakukan saja apa yang kamu anggap benar. Sisanya bukan sesuatu yang bisa kamu kendalikan. 
Meskipun kehilangan satu batu dalam permainan Baduk, permainan tetap berlanjut.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Pengolahan biji kopi untuk menghasilkan cita rasa baru begitu bervariasi. Beberapa waktu lalu saya baru mencoba kopi dengan honey process, sekarang mencoba kopi dengan wine process. Wah, bedanya apa ya? Buat orang awam seperti saya, kopi dengan honey process itu memiliki flavour manis dan khas buah-buahan gitu (fruity), rasa pahit tidak dominan. Sementara itu, untuk kopi dengan wine process flavour-nya khas minuman fermentasi. Jika kalian pernah meminum minuman fermentasi tradisional, kurang lebih cita rasanya seperti itu. Aromanya sangat kuat. Nah, tapi apa sih bedanya honey process dengan wine process dilihat dari segi pengolahan biji kopi? Saya sudah merangkum penjelasan dari berbagai sumber. Yuk, simak lebih lanjut penjelasannya.

Pada honey process buah kopi yang baru saja dipanen dipisahkan antara biji dan kulitnya. Kemudian biji yang pada permukaannya terdapat getah/lendir atau sisa-sisa dari pemisahan biji—dikeringkan. Getah/lendir pada biji tersebut berperan penting dalam proses pembentukan flavour kopi. Kopi dengan honey process dikategorikan menjadi kuning, merah, dan hitam; tergantung pada intensitas flavour kopi yang dihasilkan.

Sementara itu, pada wine process, buah kopi dibiarkan melewati masa pematangan (over-ripen), sehingga konsentrasi gula pada biji meningkat dan memberikan flavour khas fermentasi. Buah kopi utuh (tidak ada proses pemisahan biji dan kulit) tersebut kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari atau menggunakan solar tunnel dryer, yaitu alat yang dilengkapi dengan kipas untuk menyebarkan udara panas. Pada wine process buah kopi akan mengalami fermentasi secara alami.

Kopi dengan honey process biasanya menghasilkan kopi dengan flavour manis, aroma karamel, selai, dan blueberry; sedangkan kopi dengan wine process menghasilkan kopi dengan flavour mirip wine, buah-buahan, atau buah blueberry yang melewati masa pematangan (overripe).
Kopi Boja Arabika Wine Process
Kopi Arabika Boja Wine Process ©

Pada kopi Boja Arabika (Wine Process) dengan roast-type medium, aroma khas fermentasi sudah tercium ketika kantong kopi dibuka. Apalagi setelah digiling aroma khas fermentasi dan buah-buahan semakin kuat. Biji kopinya berwarna coklat gelap. Ketika diseduh warna kopi lebih gelap daripada kopi dengan honey process (cenderung coklat terang).

Jujur saja saya belum paham mengenai tipe sangrai, penggilingan halus/kasar dan suhu air pada penyeduhan, tapi tentu saja proses tersebut akan berpengaruh pada aroma, rasa, dan flavour kopi. Saya pribadi tidak merasa terganggu dengan aroma khas fermentasi pada kopi. Dibandingkan dengan kopi honey process, saya lebih memilih kopi dengan wine process. Entahlah, saya tidak terlalu suka flavour manis pada kopi saya. (Oya, perlu diketahui aroma, taste, dan flavour itu berbeda ya guys. Aroma adalah sensasi yang dirasakan melalui indra penciuman. Taste merupakan sensasi yang dapat dirasakan menggunakan indra pengecapan. Sedangkan flavour adalah persepsi yang muncul dari kombinasi rasa, aroma, dan tekstur.)

Sumber: baristainstitute.com, vinepair.com, ptscoffee.com
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis : Sabda Armandio
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 228
Tahun terbit : 2017

Blurb 
Tiga lelaki. Tiga perempuan. Dan satu motor berencana merampok toko emas. Semua karena sebuah kotak hitam.

“Ringan dan menyenangkan. Ia menghadirkan individu-individu yang sepintas tampak sepele namun sesungguhnya kaya dan mengayakan; mengandung kesadaran sekaligus kritik atas konvensi cerita detektif. Dialog tokoh-tokohnya tampak berbobot, mengena, dengan alusi yang mengarah ke semesta dunia.” (Dewan Juri Sayembara Novel, Dewan Kesenian Jakarta 2016) 

Novel 24 Jam Bersama Gaspar
Novel 24 Jam Bersama Gaspar ©

Setelah sekian lama memasukkan 24 Jam Bersama Gaspar dalam wishlist, akhirnya buku ini berada di tangan saya dan selesai saya baca bulan Maret lalu. Mengingat saya menyukai Kamu (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya), makanya saya memburu karya lain Sabda Armandio.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar mengisahkan tentang perjalanan Gaspar dan teman-temannya dalam merencanakan sebuah perampokan toko emas (tidak benar-benar merencanakan sih). Setiap tokoh memiliki motivasi sendiri kenapa mereka mau merampok. Dan dalam perjalanan itu, ada cerita-cerita masa lampau yang dikuak.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar ini menjadi salah satu naskah unggulan dalam kompetisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016. Tidak heran, karena novel ini memiliki ‘penyajian’ unik dan cerita yang menyihir. Saya sebut menyihir karena saat saya membaca 24 Jam Bersama Gaspar, saya merasa ikut serta dalam perjalanan Gaspar. Saya dengan tenang mengikuti jalan-jalan yang dilalui Gaspar, walaupun dia sulit dimengerti. Entahlah, saya percaya (seperti halnya orang-orang yang mengikuti dia) akan ada jawaban di akhir cerita atau setidaknya kejelasan tentang apa yang sebenarnya sedang dia perjuangkan (goal si tokoh yang sesungguhnya). 

Tokoh-tokoh di dalam cerita memiliki karakter yang kuat dan suara yang berbeda. Karakter mereka digambarkan melalui Gaspar yang bernarasi ataupun dialog-dialog antar tokoh. Walaupun si Gaspar ini suka mengganti-ganti nama temannya, tapi saya tidak tersesat (syukurlah). Toh tokoh-tokohnya mudah dibedakan, karena memiliki karakter khasnya masing-masing. 

Saya suka bagaimana unsur-unsur dari cerita fiksi lainnya dimasukkan ke dalam cerita. Salah satunya cerita persembahan kepada Dewa Indra (Ya, saya mengetahui cerita itu karena nonton Krisna versi animasi.), atau para detektif dan pola ceritanya. Btw, cerita yang dibubuhkan atau diembel-embeli dengan tulisan “Sebuah Cerita Detektif”’, tidak lantas menjadikan cerita itu adalah cerita detektif. Tampaknya ini salah satu hal yang mau ditegaskan dalam 24 Jam Bersama Gaspar. Tidak semua hal bisa diartikan secara harafiah.

Ada pertentangan antara baik dan buruk yang diselipkan secara halus di dalam cerita. Baik dan buruk itu begitu fleksibel sehingga orang-orang bisa menggunakannya sesuai kebutuhan, tentunya dengan persepsi masing-masing. Dan bisa jadi dibalik-balik.

Overall, novel 24 Jam Bersama Gaspar ini memberikan 'after taste' yang susah dilupakan, terutama di akhir cerita yang mencengangkan (plot twist-nya bikin speechless); sedih sekaligus miris.

Ia hanya orang gila, sepertinya, yang mengulang-ngulang kegiatan sama dengan cara yang sama tetapi mengharapkan hasil berbeda.
...betapa liatnya kesepian, membungkus hari-harimu dengan kelembaman yang berpotensi membuatmu membusuk di ranjang.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Judul: Fish in the Water
Penulis: Lee Chan Hyuk
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 176

Blurb
Fish in the Water bertutur tentang kisah intens yang menjungkirbalikkan imajinasi, dengan komposisi kuat untuk menunjukkan pertentangan antara ambisi dan ketakutan, kebebasan dan kendali, kebahagiaan dari cinta dan luka dari kehilangan, serta arti kehidupan, terkadang dengan tenang dan terkadang dengan fantastis. Penulis berharap pembaca bisa dengan bebas menemukan arti dari novel ini tanpa interpretasi yang tergesa-gesa. Silakan menyelami novel ini, tarik napas dalam-dalam, lalu ajukan pertanyaan dan berikan jawaban tentang hidup.

Novel ini dipenuhi emosi yang terpatri halus dalam setiap kalimatnya, kesan jelas yang menenangkan hati dan menjernihkan pikiran, serta topik-topik filosofis yang membuat pembaca berpikir dengan saksama. Jika kalian adalah pembaca yang pernah menikmati dunia penulis melalui lirik-lirik lagunya yang singkat dan masih menginginkan lebih, semoga kalian menikmati dunia luas yang dibentangkannya dalam novel ini.
Novel Fish in the Water ©

Baca Fish in the Water sambil mendengarkan album Sailing-nya AKMU benar-benar bikin terhanyut. Saya merasa tenggelam ke dalam buku ini. Kisah Seon dalam menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan dalam pikirannya sangat menarik untuk diikuti. Walaupun buku ini tidak tebal dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk, tapi pengalaman setelah membaca buku ini masih melekat dan sebagai pembaca saya puas menelusuri setiap halamannya.

Ketika membaca Fish in the Water saya merasa tersihir, sama halnya saat Seon tersihir dengan sosok Haeya. Sesuai dengan blurb-nya, kalimat-kalimat dalam buku ini dirangkai dengan indah, tanpa mempersulit pembaca untuk memahaminya. Menurut saya banyak perumpamaan yang bisa diintepretasikan oleh pembaca sesuai versi mereka. Dan saya sangat merasa takjub dengan perumpamaan-perumpamaan itu. Kadang merasa relate dengan kisah yang dituturkan, walapun saya bukan musisi. Karena perasaan yang melingkupi tokoh itu bisa jadi pernah dialami banyak orang. Misalnya, perasaan tentang perpisahan, lalu pertentangan antara mimpi dan realita, serta keinginan untuk bebas.

Di dalam buku Fish in the Water ini juga pembaca akan diajak melihat perubahan cara pandang tokoh tentang kehidupan. Bagaimana hal-hal di sekitarnya berpengaruh terhadap dirinya. Serta bagaimana dia jatuh, bertahan, dan bangkit; katakanlah proses healing si tokoh.

Di setiap bagian terselip juga lirik-lirik yang ada di album Sailing. Bahkan judul bagian novelnya adalah judul-judul lagu di album Sailing. Saya suka dengan lirik-liriknya dan ada beberapa quote yang menurut saya menarik.

Nilai kebahagiaan berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang kebahagiaan adalah cinta, tetapi bagi orang lain kebahagiaan adalah kekayaan. Kita tidak mungkin mewujudkan kebahagiaan begitu banyak orang. (Fish in the Water, hl. 103)

Saya sempat berandai-andai, jika Fish in the Water dijadikan film pasti menarik. Terus Seon akan cocok diperankan oleh Im Siwan dan Haeya diperankan IU (untuk Yangi belum kepikiran). Pasti bakal nonton sih kalau benar dijadikan film.

Overall, novel Fish in the Water yang ditulis oleh salah satu personil AKMU ini sangat worth it untuk dibaca. Personally saya menemukan banyak insight baru.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Sebenarnya saya sudah sering lihat Strangers from Hell nongol di antara drama Korea lainnya di Viu, tapi saya belum kepikiran buat nonton. Akhirnya, habis baca thread rekomendasi drama Korea dengan jumlah episode kurang dari 12, saya memutuskan nonton Strangers from Hell.

Strangers from Hell atau disebut juga The Hell is Other People, release tahun 2019. Drama psychological thriller ini diadaptasi dari webtoon. Para aktor yang memainkan peran utama adalah Im Siwan (sebagai Yoon Jong Woo) dan Lee Dong Wook (sebagai Seo Moon Jo).

Strangers from Hell memang cuma memiliki 10 episode, tapi setiap episode tidak henti memberikan ketegangan kepada penonton. Selain itu juga untuk menjaga konsistensi ketegangannya (dan kalau kelamaan episodenya yang nonton bisa ikutan tertekan, probably kan). Jujur saja waktu nonton dua episode awal, saya merasa tidak kuat. Rasanya stressful lihat kondisi kos Eden, mengingatkan saya sama film The Stanford  Prison Experiment. Kos Eden udah kayak penjara saja. Ruangan tertutup, sempit, minim cahaya dan sirkulasi udara. Siapa pun tidak bakal betah tinggal di sana, tapi Jong Woo seorang penulis terpaksa tinggal di sana karena masalah ekonomi. Ia belum memiliki penghasilan tetap, karena baru datang ke Seoul dan magang di sebuah perusahaan milik seniornya.

Jong Woo menempati kamar nomor 303 di kos Eden. Belum ada sehari Jong Woo tinggal di kos Eden saja, ia sudah tidak betah, tapi tidak memiliki pilihan selain bertahan. Bagaimana bisa betah, selain lingkungan  kos Eden yang kumuh dan lokasinya tidak strategis, tetangga-tetangga Jong Woo sangat mengintimidasi. Dimulai dari tetangga di kamar nomor 313 (Nam Bok) yang suka menatapnya dan membuat Jong Woo risih dengan kebiasaan tetangganya itu. Lalu, si kembar  Deuk Jong dan Deuk Soo yang suka cekikikan seakan menganggap Jong Woo lelucon. Kemudian, ada tetangga di kamar nomor 302 (Gi Hyeok) yang selalu bersikap dingin dan misterius. Dan, cuma tetangga di kamar nomor 310 yang ngobrol dengan Jong Woo. Ia sempat mengingatkan Jong Woo agar pindah. Ia pun juga berniat pindah dalam waktu dekat. Selain penghuni, ada tokoh ibu kos yang tidak kalah anehnya dan menyebalkan. Ia seolah bersikap baik dan netral, tapi sebenarnya ada yang ia sembunyikan.

Hari demi hari kejadian buruk dan aneh terus terjadi di sekitar Jong Woo. Semakin lama tinggal di kos Eden, Jong Woo merasa tertekan. Ia merasa tetangga-tetangganya aneh dan mungkin saja adalah psikopat. Terlebih ada dua orang penghuni kos yang tiba-tiba menghilang. Setiap kali jam kantor Jong Woo berakhir, ia akan menghabiskan waktu di luar dan pulang larut. Itu ia lakukan karena ia tidak ingin pulang. Ia ingin langsung tidur saja ketika sampai di kos Eden. Namun, setiap malam Jong Woo selalu mimpi buruk dan ia merasa tidak tenang.

Suatu hari muncul penghuni baru bernama Seo Moon Jo (penghuni kamar nomor 304) yang merupakan dokter gigi dan terlihat baik di depan banyak orang, tapi menyimpan banyak rahasia. Keberadaan Moon Jo justru membuat Jong Woo semakin takut dan tertekan. Daripada penghuni lainnya, Moon Jo lah yang paling menakutkan bagi Jong Woo. Selama ini Jong Woo mengira neraka adalah tempat (kos Eden), tapi ia semakin sadar bahwa orang-orang di sekitarnya bisa saja adalah neraka itu sendiri. Bukan hanya orang-orang di kos Eden, bahkan orang-orang di kantornya juga.

Nah, selama nonton Strangers from Hell ini penonton akan ditunjukkan bagaimana psikologis Jong Woo berubah dari hari ke hari, bagaimana hal-hal di sekelilingnya mengubah dirinya. Setelah mengalami banyak tekanan Jong Woo merasa bingung dengan dirinya sendiri. Ada pertentangan di dalam dirinya tentang pemikiran, perilaku dan sikap. Jong Woo yang tadinya bersikap tenang dan bisa menahan luapan emosinya, mulai menunjukkan sikap agresif. Menurut saya ngeri banget gimana Moon Jo memanipulasi Jong Woo. Gimana cara Moon Jo membangkitkan monster di dalam diri Jong Woo. Bisa dibilang tokoh Jong Woo mengalami perkembangan karakter, tapi jadi lebih buruk.

Saran saya kalau mau nonton Strangers from Hell jangan dalam kondisi lagi capek badan dan pikiran, karena menurut saya itu ngaruh banget sama pengalaman yang akan dirasakan waktu nonton Strangers from Hell. Selain itu ada banyak adegan sadis juga, terlebih memasuki episode-episode terakhir.

Last but not least, saya takjub banget sama akting para aktornya. Dong Wook bisa membawakan tokoh Moon Jo yang manipulatif, dingin, dan tidak punya empati. Tatapan dan senyuman Dong Wook itu berbicara banget. Ngeri. Sementara itu, Im Siwan juga bisa menunjukkan gimana perubahan psikologis tokoh Jong Woo, waktu ia tertekan dan takut. Tokoh lainnya adalah si kembar Deuk Jong/Deuk Soo yang diperankan oleh Park Jong Hwan. Salut saya sama Park Jong Hwan yang bisa menjadi dua tokoh dengan karakter berbeda. Deuk Jong itu digambarkan sebagai orang berkebutuhan khusus dan Deuk Soo tentu saja kebalikannya.

Btw, bakal kayak gimana ya kalau Strangers from Hell ada season 2-nya. Ending-nya potensi buat dibikin season 2 sih.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Judul: Persona
Penulis: Fakhrisina Amalia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 248
Tahun terbit: 2016

Blurb
Namanya Altair, seperti salah satu bintang terang di rasi Aquila yang membentuk segitiga musim panas. Azura mengenalnya di sekolah sebagai murid baru blasteran Jepang yang kesulitan menyebut huruf K pada namanya sendirinya.

Azura merasa hidupnya yang berantakan perlahan membaik dengan kehadiran Altair. Keberadaan Altair lambat laun membuat perasaan Azura terhadap Kak Nara yang sudah lama dipendam pun luntur.

Namun, saat dia mulai jatuh cinta pada Altair, cowok itu justru menghilang tanpa kabar. Bukan hanya kehilangan Altair, Azura juga harus menghadapi kenyataan bahwa orangtuanya memiliki banyak rahasia, yang mulai terungkap satu demi satu. Dan pada saat itu, Kak Nara-lah tempat Azura berlindung.

Ketika Azura merasa kehidupannya mulai berjalan normal, Altair kembali lagi. Dan kali ini Azura dihadapkan pada kenyataan untuk memilih antara Altair atau Kak Nara.
Novel Persona oleh Fakhrisina Amalia (Gramedia Pustaka Utama)
Novel Persona ©

Persona menurut KKBI adalah orang atau pribadi (kata benda). Tapi bisa diartikan juga sebagai orang atau benda yang berperanan dalam pembicaraan. Arti lainnya adalah topeng, wajah, ciri khas seseorang, identik dengan pribadinya.

Mari membahas sedikit tentang tokoh-tokoh dalam novel Persona, sebelum membahas jalan ceritanya.  Tokoh protagonis di novel Persona adalah Azura, cewek penyendiri dan suka menutup diri. Azura memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Itu yang banyak mempengaruhi masa-masa remajanya. Lalu, tokoh Altair yang tiba-tiba datang seakan memberi angin segar bagi Azura. Altair itu digambarkan sebagai seorang blasteran Jepang. Ia satu-satunya orang yang mau berteman dengan Azura. Seakan Altair sangat memahami Azura, bahkan tanpa Azura bersusah-susah bercerita, cowok itu akan selalu ada dan menenangkannya. Namun, ada sesuatu yang salah dengan Altair. Apa itu? Baca Personal deh.

Oya, sedikit informasi, novel Persona ini bisa dijadikan contoh novel yang antagonisnya adalah keadaan, bukan berupa tokoh. Jadi, antagonis itu tidak selalu berwujud manusia. Sesuatu keadaan yang menghalangi tokoh protagonis itu juga bisa disebut sebagai antagonis.

Pada awal bab novel Persona, pembaca langsung disuguhi suatu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis (Azura). Pembaca diajak bertanya-tanya sebenarnya apa yang dialami oleh tokoh. Itu yang membuat saya terus membaca bab-bab berikutnya.

Cara penulis menunjukkan perubahan psikologis Azura itu smooth banget, tidak secara tiba-tiba berubah gitu saja. Ada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan itu. Selain itu, walaupun alur cerita Persona maju mundur, tapi adegan ceritanya tidak patah dan bikin bingung. Dan memang ada bulan serta tahun di setiap bab sebagai patokan agar pembaca tidak tersesat.

Gaya bahasa Persona bisa dibilang campur-campur. Waktu tokoh Azura ngobrol dengan Altair, ia akan cenderung menggunakan gaya bahasa seperti novel terjemahan. Namun, kalau tokoh berbicara dengan tokoh Yara misalnya, gaya bahasanya akan cenderung santai. Personally, saya tidak mempermasalahkan gaya bahasa, selama tulisannya bisa dinikmati.

Sejak awal membaca judul novel ini, saya merasa tidak boleh serta merta memercayai apa yang tertulis di bab-bab awal. Dan memang bakal ada plot twist. Plot twist-nya itu bukannya bikin kaget sih, tapi bikin sedih; walaupun awalnya sudah sempat menduga. Namun, itu memang yang harus dilewati oleh tokoh untuk kembali menemukan dirinya dan melanjutkan hidup. Overall, kalau kalian membaca novel sekaligus ingin belajar gimana perubahan karakter tokoh secara psikologis, novel Persona ini recommended. Btw, ada  lagi satu novel Fakhrisina yang berjudul Represi, yang dari 'bau-bau' judulnya juga bakal berhubungan sama psikologis tokoh.

Di satu waktu kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan atau apa yang kita inginkan. Tapi kemudian di waktu berikutnya tiba-tiba kita sudah menemukan jawabannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea Mr. Queen adalah salah satu drama yang saya tonton ketika masih on going, selain drama True Beauty (Tapi, True Beauty sampai sekarang belum selesai saya tonton, antusias saya menurun di pertengahan episode). Berbeda dengan Mr. Queen, saya selalu antusias menanti episode selanjutnya. Drama Korea Mr. Queen diadaptasi dari drama mandarin dengan judul Go Princess Go. Drama bergenre romance comedy ini berjumlah 20 episode dengan durasi rata-rata 1 jam. Saat ini Mr. Queen sudah tamat, tapi kabarnya akan ada spin off, entah kapan akan tayang.

Premis Mr. Queen

Mr. Queen menceritakan seorang Chef di Rumah Biru bernama Jang Bong Hwan (diperankan oleh Choi Jin Hyuk), yang difitnah oleh rekannya sehingga harus berurusan dengan polisi. Ketika Bong Hwan mencoba kabur dari polisi, ia justru terjatuh dari apartemennya dan tercebur ke dalam kolam renang di bawah apartemen. Di waktu dan ruang berbeda, seorang calon ratu bernama Kim So Yong melompat ke dalam danau kerajaan. Saat itulah jiwa mereka bertemu. Jiwa Bong Hwan pun masuk ke tubuh So Yong. Sementara itu tubuh Bong Hwan di dunia masa kini mengalami koma. Mendapati dirinya bangun dengan sosok yang berbeda, Bong Hwan mencoba untuk kembali, tapi usahanya gagal. Ia terpaksa harus hidup sebagai Ratu dan terseret ke dunia politik kerajaan yang penuh dengan intrik.

Menurut saya premis Mr. Queen ini menarik, terlepas dari adegan tercebur ke kolam (ataupun danau, sungai) agar tokoh bisa pindah ruang dan waktu, yang sudah beberapa kali ada di drama sageuk. Namun, Mr. Queen ini dikemas berbeda. Karakter Bong Hwan yang kocak dalam wujud ratu ini memberi warna tersendiri, membuat ceritanya berbeda dari drama sageuk umumnya. Meskipun drama sageuk tidak lepas dari dunia politik, tapi Mr. Queen ini tidak selalu bikin tegang kok. Ada momen-momen yang bikin ngakak, karena saking lucunya. 

Selama saya nonton Mr. Queen jalan ceritanya tidak bikin bosan, walaupun disisipi adegan tokoh pendukung lain yang sebenarnya tidak ngaruh ke plot. Tapi, saya pikir porsinya juga tidak berlebihan, jadi tidak masalah. Transisi antara adegan juga mulus, tidak terkesan patah.

Tokoh-tokoh Mr. Queen

Para aktor di Mr. Queen ini patut diacungi jempol. Saya sangat terkesan dengan peran Shin Hye Sun sebagai Ratu/Kim So Yong. Shin Hye Sun sangat menjiwai karakter Ratu yang dirasuki jiwa Bong Hwan yang genit dan slengekan. Sementara kalau ingat peran Shin Hye Sun di Stranger itu ya ampun bagaikan langit dan bumi. Ini menunjukkan kalau kemampuan akting Shin Hye Sun memang keren.

Akting Kim Jung Hyun sebagai Raja Cheoljong juga keren. Diceritakan bahwa Raja Cheoljong memiliki 'dua wajah'. Wajah pertama adalah yang dia tunjukkan ke orang umum, wajah lainnya adalah yang hanya ditunjukkan ke orang-orang yang dia percayai. Dua wajah itu sangat kontras berbeda dan Kim Jung Hyun menunjukkan perubahan itu melalui ekspresi, tatapan, gerak-gerik dengan sangat baik.

Selain dua tokoh utama yang mencuri perhatian, beberapa tokoh pendukung juga tidak kalah menarik perhatian, misalnya tokoh Dayang Choi dan Hong Yeon. Mereka adalah dayang yang setia ada di sisi Ratu. Dayang Choi adalah dayang paling cerewet yang selalu menasihati Ratu agar bersikap lebih sopan dan jangan melakukan keanehan-kanehan. Ekspresi Dayang Choi hampir selalu datar, tapi sebenarnya dia menyimpan kekesalan yang akan dia luapkan dengan berteriak-teriak di tempat sepi (Asli adegan ini bikin ngakak).

Sementara itu, Hong Yeon adalah dayang muda yang sejak kecil sudah tinggal bersama Ratu, sehingga tahu bagaimana Ratu sejak dulu. Hong Yeon adalah dayang pertama yang dilihat Bong Hwan saat dia terbangun dalam wujud Ratu. Hong Yeon sempat terlibat cinta segitiga antara Kim Hwan dan Byeolgam Hong (Tapi bromance-nya Kim Hwan sama Byeolgam Hong itu kuat banget). Saya berharap banget spin-off Mr. Queen akan menceritakan kisah Hong Yeon.

Tokoh pendukung lain, yang ada di sisi Raja adalah Pangeran Yeongpyeong, Byeolgam Hong, dan Selir Jo Hwa Jin. Mereka adalah orang-orang kepercayaan Raja yang mengetahui wajah asli raja dan tujuannya. Mereka membantu dan mendukung Raja untuk mewujudkan impian Raja.

Selanjutnya ngomongin tokoh antagonis yang perannya untuk menghalangi tujuan tokoh utama terwujud. Mereka adalah beberapa orang dari klan Andong Kim dan klan Poongyang Jo yang korupsi dan haus akan kekuasaan. Klan Andong Kim digerakan oleh Kim Jwa Geun yang juga adik dari Ibu Suri Agung. Dia sekaligus berperan dalam mempertahankan posisi Ibu Suri Agung di dunia politik. Kim Jwa Geun memiliki putra angkat bernama Kim Byeong In. Sejak kecil Byeong In dan So Yong tumbuh bersama. Sejak itu juga dia menyukai So Yong, tapi dia memendam perasaannya itu. Awalnya saya tidak terkesan sih sama tokoh Byeong In, tapi memasuki episode 19 entah kenapa saya sedih lihat nasib Byeong In (ya gitu nasibnya second lead di drama sageuk).

Overall, drama Mr. Queen memuaskan. Ending-nya juga cukup adil (mungkin tidak untuk Byeong In) dan tidak dipaksakan. Tokoh-tokohnya memiliki karakter yang kuat. Karakter tokoh Bong Hwan memberikan angin segar, sehingga Mr. Queen tidak tampak seperti drama sageuk umumnya. (Seluruh episodenya bisa kalian tonton di Viu ya.)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama korea At Eighteen atau Moment of Eighteen release tahun 2019. At Eighteen memiliki jumlah 16 episode dengan durasi rata-rata 1 jam. Drama ini diperankan oleh Ong Seong Wu (sebagai Choi Jun Woo), Kim Hyang Gi (sebagai Yoo Soo Bin), Shin Seung Ho (Ma Hwi Young) dan Kang Ki Young (sebagai Guru Oh).

At Eighteen berkisah tentang seorang murid bernama Choi Jun Woo yang dipaksa pindah, karena kasus kekerasan dan pencurian di sekolah. Lalu, Jun Woo bersekolah di SMA Cheonbong. Namun, kehidupan sekolahnya tidak berjalan lancar. Jun Woo memiliki masalah dengan ketua kelas, Ma Hwi Young. Tadinya ia sempat ingin kabur seperti yang selama ini ia lakukan, tapi berkat teman sekelasnya bernama Yoo Soo Bin, ia mengurungkan niat untuk kabur. Terlebih ada Guru Oh sangat percaya kepadanya dan terus membantunya saat dalam kesulitan. Bahkan Guru Oh mendorongnya agar lebih aktif di sekolah, salah satunya dengan menjadi wakil ketua kelas.

Sejujurnya tertarik nonton At Eighteen karena suka sama aktingnya Kim Hyang Gi, sejak saya nonton Along with the Gods. Dan tentu saja, akting Kim Hyang Gi di At Eighteen sama sekali tidak mengecewakan. Saya sangat suka dengan chemistry para tokohnya, termasuk chemistry tokoh protagonis dengan antagonis.

At Eighteen ini manis banget, tapi secara bersamaan juga sedih. Sesuai dengan judulnya, drama At Eighteen menggambarkan momen di masa remaja yang mulai memiliki konflik serius dengan teman, bahkan orang tua; mulai jatuh cinta; dan pencarian jati diri. Semua aspek itu melebur dalam jalan cerita yang smooth, tidak melebih-lebihkan. Khas remaja banget.

Selama menonton At Eighteen, saya bisa senyum-senyum sendiri saking gemesnya sama Jun Woo dan Soo Bin. Tapi, di waktu lain merasa sedih, karena hubungan mereka yang penuh rintangan. Dalam perjalanan cerita, saya melihat bahwa hubungan mereka ini tidak hanya soal cinta-cintaan anak remaja. Hubungan mereka lebih dari itu. Mereka saling menguatkan, mendukung, dan membuat nyaman satu sama lain. Bahkan, mereka tidak segan untuk meminta maaf saat melakukan kesalahan. Cinta mereka ini masih pure (eh malahan orang dewasa di sekitar mereka mengontaminasi dengan asumsi negatif). Selain itu saya suka banget dengan tatapan mata mereka. Tatapan mata mereka itu saling berbicara.

Selain chemistry Jun Woo dan Soo Bin yang kuat, tokoh lain seperti Song Hee, ibu Soo Bin, (diperankan Kim Sun Young) juga memiliki karakter kuat. Saya terkesan dengan akting Kim Sun Young. Ia berhasil membawakan peran seorang wanita karir sekaligus seorang ibu yang tangguh, keras kepala, dan mandiri. Tapi, di sisi lain Song Hee memiliki banyak kekhawatiran jika sudah menyangkut putrinya. Begitu pula dengan ibu Jun Woo, Yeon Woo, yang juga digambarkan sebagai seorang ibu tangguh yang membesarkan putranya sendiri dengan segala keterbatasan. Yeon Woo begitu mengkhawatirkan kehidupan sekolah Jun Woo, terlebih setelah Jun Woo dipaksa pindah sekolah.

Tokoh menarik lainnya, tentu saja Guru Oh. Guru Oh adalah sosok guru yang peduli terhadap muridnya. Bahkan saat Hwi Young melakukan kesalahan, Guru Oh tidak berpaling darinya ataupun melakukan penghakiman. Ia tetap mendampingi hingga akhir.

Sementara itu, tokoh Hwi Young digambarkan memiliki karakter yang sombong, suka mengatur, dan mempengaruhi orang lain agar melakukan segala hal sesuai keinginannya (bisa dibilang manipulatif lah). Hwi Young ini selalu dijadikan panutan oleh murid-murid lain, karena ia memiliki nilai tertinggi dan aktif di sekolah. Namun, ada satu murid yang bisa melampaui Hwi Young dalam pelajaran matematika, yaitu Sang Hoon. Hwi Young dan Sang Hoon menjadi rival tidak hanya di sekolah, tapi juga di tempat kursus. Perasaan iri terus menguasai Hwi Young, sehingga ia melakukan kesalahan fatal yang berbuntut panjang. Namun, apa yang dialami Hwi Young tidak terlepas dari peran orang tuanya yang selalu menuntut agar Hwi Young mendapat nilai sempurna. Bahkan, mereka tidak segan-segan bermain kotor.

Sebenarnya Hwi Young ini sadar tidak ya, kalau menjadikan Jun Woo sebagai musuhnya itu serem. Secara Jun Woo ini tidak akan membalas atau menyerang secara terang-terangan, (kecuali saat teman semasa kecilnya meninggal). Ia lebih memilih bermain kalem dan membiarkan musuhnya merasa bersalah. Jun Woo juga tidak gegabah dalam bertindak. Daripada balas dendam, ia lebih memilih untuk membuktikan dirinya tidak bersalah atas tuduhan yang ia terima di sekolah. Apalagi ucapan dan tindakannya itu selalu on point dan bikin musuhnya cuma terdiam.

Di sisi lain sikap Jun Woo yang tampak cuek dan pendiam, sebenarnya ia memiliki kepedulian yang tinggi. Contohnya saat Hwi Young menghilang dan Ki Tae sangat mencemaskannya, Jun Woo ikut membantu Ki Tae mencari Hwi Young, walaupun ia masih benci sama Hwi Young. Lalu, saat rumor tentang Oh Je tersebar di sekolah, Jun Woo tetap ada di samping Oh Je sebagai sahabat.

Overall, At Eighteen memiliki cerita yang menyentuh dan manis banget (Saya jadi ingin balik ke masa sekolah dulu). Karakter para tokoh dan hubungan antara tokoh sangat kuat. Para aktor bisa meniupkan nyawa ke tokoh yang mereka perankan, sehingga tokoh-tokohnya begitu hidup. Semua permasalahan diselesaikan dengan masuk akal. Dan sedikit spoiler, ending At Eighteen ini menurut saya termasuk open ending. Tapi, ya memang semestinya begitu sih, karena kalau happy ending rasanya terlalu dipaksakan, sedangkan kalau sad ending kok kejam banget.

Last but not least, soundtrack yang paling saya sukai dari At Eighteen berjudul Moments yang dinyanyikan oleh Christopher Nissen. Lagunya lembut dan liriknya menyentuh, cocok dengan jalan cerita At Eighteen.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Sebelum mengikuti kelas skenario, saya tidak pernah menulis premis untuk setiap naskah cerita yang salah tulis. Semua cuma berangkat dari ide kasar. Bahkan tidak pernah memetakan dan bikin outline cerita. Tapi, buat saya yang suka ngada-ngada kalau bikin cerita, premis dan outline itu jadi penting, karena bisa digunakan sebagai patokan sekaligus pagar. Selain itu, belakangan ini banyak lomba menulis novel yang mengharuskan mencantumkan premis.

Menurut KBBI premis adalah apa yang dianggap benar sebagai landasan kesimpulan; dasar pemikiran; alasan, asumsi, dan bisa disebut sebagai kalimat atau proposisi yang dijadikan dasar penarikan kesimpulan di dalam logika. Kalau sederhananya menurut saya, premis itu bentuk singkat yang memuat garis besar dari cerita yang kita tulis (lebih singkat dari sinopsis).

Menulis premis ini susah menurut saya, karena kita harus bisa menulis satu kalimat yang menggambarkan keseluruhan cerita. Tapi kalimat itu harus menarik dan mampu membuat editor tertarik dengan cerita yang kita tulis.

Sebenarnya ada banyak versi cara menulis premis. Tapi saya akan membagikan cara menulis yang biasa saya lakukan dan cara ini saya dapatkan dari kelas-kelas menulis yang pernah saya ikuti. Pada dasarnya, premis berisi tokoh yang memiliki tujuan, tapi terhalang oleh sesuatu, lalu tokoh melakukan tindakan agar menemukan penyelesaian masalah.

Contoh:
  1. Nia (tokoh) sangat ingin memenangkan kompetisi menyanyi (tujuan), tapi rivalnya berbuat curang dan memfitnah Nia (halangan), lalu Nia berusaha mengungkapkan kebenaran (tindakan) agar dia bisa kembali berkompetisi dan menang (penyelesaian).
  2. Sekelompok hewan ternak (tokoh) sangat menginginkan kesetaraan dan kebebasan (tujuan), tapi pemilik peternakan amat berkuasa dan jahat (halangan), lalu mereka berusaha mengusir pemilik peternakan (tindakan), agar mereka bisa mendapat kehidupan yang setara dan bebas (penyelesaian).

Perlu diingat, tujuan tokoh mesti jelas dan jangan terlalu general. Dulu saya pernah menulis tujuan yang terlalu abstrak, misalnya: "ingin hidup bahagia", "ingin kehidupannya lebih baik", "ingin memperbaiki nasib". Lalu, halangan tokoh bisa bermacam-macam, tidak cuma dalam bentuk tokoh antagonis, tapi bisa suatu keadaan yang menghalangi. Dan, resolusi atau penyelesaian itu tidak sama dengan tokoh berhasil mencapai tujuan. Misalnya, resolusi tokoh di contoh premis 1 adalah bisa kembali berkompetisi dan menang. Nah, bisa saja nanti di cerita dituliskan ternyata Nia bisa berkompetisi kembali, tapi dia tetap tidak menang.

Kurang lebih begitu cara menulis premis. Yang terpenting setelah mengetahui teorinya adalah rajin berlatih menulis premis. Bisa juga coba membuat premis dari novel yang sudah terbit.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Drama Korea Class of Lies release pada tahun 2019 dan terdiri dari 16 episode dengan durasi setiap episode sekitar 1 jam. Drama bergenre kriminal ini berkisah tentang seorang murid bernama Kim Han Su yang dituduh membunuh teman sekolahnya, Jung Su Ah. Lalu seorang pengacara terkenal bernama Gi Mu Hyeok menangani kasus Kim Han Su, karena disuruh atasannya. Awalnya Mu Hyeok hanya disuruh atasannya untuk membela Han Su agar hukumannya diringankan. Tapi, Han Su bersikeras bahwa dia tidak membunuh Su Ah. Lalu, Mu Hyeok menemukan ada rahasia gelap tersembunyi. Dia pun berbalik percaya bahwa Han Su tidak bersalah dan tidak mematuhi perintah atasannya. Hal itu pun menjadi awal keributan lainnya. Mu Hyeok difitnah, lalu dipecat dan lisensi pengacaranya dicabut. Gara-gara hal itu Mu Hyeok ingin balas dendam kepada atasannya. Dia pun memutuskan untuk menyamar menjadi guru di sekolah Su Ah dan mulai menyelidiki kasus kematiannya.

Tokoh-tokoh di Class of Lies

Tokoh di drama Korea Class of Lies ini banyak banget dan itu juga yang bikin ceritanya semakin kompleks. Tokoh utamanya tentu saja si pengacara Gi Mu Hyeok yang diperankan oleh Yoon Kyun San. Mu Hyeok adalah seorang pengacara yang mengutamakan kemenangan atau setidaknya dia harus mendapatkan keuntungan besar dari kasus yang dia tangani. Namun, kasus Han Su membuatnya banyak berubah. Setelah dipecat dari firma hukum Songak, Mu Hyeok bersikeras untuk mengungkap kebenaran di balik kematian Su Ah dengan menyamar menjadi guru di SMA Cheonmyung.

Guru Ha adalah wali kelas Han Su yang percaya bahwa Han Su tidak membunuh Su Ah. Dia memiliki kepedulian dan tekad yang kuat untuk melindungi murid-muridnya. Bahkan dia berani menentang Bu Jun, Kepala Administrator yang semena-mena. Pada akhirnya setelah mengetahui identitas Mu Hyeok, dia memutuskan untuk membantu Mu Hyeok.

Cha Hyun Jung adalah jaksa yang menuntut Han Su untuk dihukum 20 tahun penjara, sekaligus teman sekampus Mu Hyeok dulu. Namun setelah menemukan kejanggalan pada kasus pembunuhan itu, dia berniat menemukan kebenaran. Dia juga pada akhirnya bekerja sama dengan Mu Hyeok untuk membongkar kejahatan lain di balik kematian Su Ah.

Yu Beom Jin adalah murid di SMA Cheonmyung yang pernah berteman dengan Su Ah. Dia adalah bagian dari Veritas Club yang berisi murid-murid berpengaruh di sekolah. Karakter Beom Jin ini datar, tidak mudah dibaca, tampak tenang, cerdas dan manipulatif; sampai-sampai dia bisa mempengaruhi teman-temannya. Jujur saja Beom Jin adalah tokoh yang menurut saya paling menyebalkan, selain Lee Tae Seok. Beom Jin pikir, dia bisa memperbaiki semuanya, tapi sebenarnya dia sedang mengacaukan segalanya.

Lee Gi Hoon juga bagian dari Veritas Club adalah anak dari atasan Mu Hyeok. Dia menyukai Su Ah, tapi cintanya bertepuk sebelah tangan. Dia memiliki hobi mengambil gambar menggunakan kamera film dan bertanggung jawab terhadap klub fotografi. Gi Hoon memiliki tabiat sok berkuasa, lumayan temperamental, bersikap memberontak. Namun, tokoh Gi Hoon adalah salah satu yang saya sukai perkembangan karakternya.

Han Tae Ra (member Veritas Club) adalah murid yang memiliki prestasi dan kegiatan sosial di luar sekolah. Dia menaruh perasaan kepada Beom Jin. Saat dia melihat Beom Jin tampak dekat dengan Su Ah, dia merasa cemburu dan mulai merundung Su Ah. Padahal awalnya dia berteman baik dengan Su Ah. Tae Ra memiliki karakter yang angkuh dan manja.

Na Ye Ri (member Veritas Club) adalah calon idol yang memiliki tabiat buruk. Dia mengelola suatu aplikasi yang hanya bisa diakses oleh murid-murid di SMA Cheonmyung. Di dalam aplikasi itu berbagai skandal dan gosip ditayangkan, termasuk skandal foto Su Ah.

Kim Han Su adalah teman masa kecil Su Ah. Dulu mereka tinggal di panti asuhan, sebelum akhirnya Su Ah diadopsi. Han Su terkenal pembuat masalah. Dia suka berkelahi dengan murid dari sekolah lain dan membolos. Pada akhirnya dia ingin berubah demi Su Ah.

Jung Su Ah awalnya berteman baik dengan Beom Jin, Gi Hoon, Tae Ra, dan Ye Ri. Namun, setelah fotonya yang sedang bersama seorang laki-laki dewasa tersebar; pertemanan mereka renggang. Selain itu latar belakangnya juga terbongkar. Dia bukanlah anak orang kaya yang orang tuanya pergi ke luar negeri. Han Su yang masih peduli kepada Su Ah ingin menolongnya. Sayangnya saat Su Ah berniat memulai hidup baru, dia justru dibunuh.

Plot Cerita Class of Lies

Menurut saya, setiap episode di drama Class of Lies begitu intens dan padat. Sejam seakan lama banget. Jujur saja habis merampungkan drama ini saya merasa capek. Kasus pembunuhan Su Ah itu mejadi awal mula terbongkarnya kasus-kasus busuk lainnya, yang salah satunya dilakukan oleh Manajer Umum SMA Cheonmyung, Lee Tae Seok.

Plot cerita Class of Lies ini kompleks banget, seolah tidak ada jeda untuk bernapas saat mengikuti perjalanan para tokohnya. Saking bikin capek, saya tidak repot-repot memikirkan atau menebak-nebak siapa yang membunuh Su Ah. Pokoknya ikuti saja jalan ceritanya. Kalau plot ibarat rel pada wahana roller coaster yang akan membawa penumpang, saya sebagai penumpang merasa dibawa naik terus. Di sisi lain merasa was-was, kapan penumpang dibawa turun dan dijatuhkan.

Di dalam drama Class of Lies, plot twist cerita tidak terlalu kentara menurut saya. Malahan kesannya tidak ada plot twist-nya, walaupun tidak masalah juga sih tidak ada plot twist. Soalnya petunjuk yang disebar itu lumayan jelas. Bahkan salah satu petunjuk penting yang menunjukkan siapa pembunuh Su Ah sudah ada sejak awal-awal episode. Tapi jika tidak terlalu memperhatikan, petunjuk itu bisa langsung diabaikan. Apalagi terkubur sama adegan-adegan selanjutnya yang kompleks.

Pada akhirnya penyelesaian kasus kematian Su Ah terbongkar. Namun, saya agak menyayangkan nasib si pembunuh di akhir cerita. Sedikit spoiler, si pembunuh itu bakal mati dan tidak diketahui siapa yang membunuhnya. Ada beberapa orang yang bisa jadi memiliki motif untuk membunuh pembunuh Su Ah. Overall, kalau demen sama cerita kriminal yang padat pastikan kalian nonton Class of Lies. Capeknya sama kayak waktu nonton Stranger (Forest of Secrets).

(Oya, saya suka sama ost Class of Lies yang judulnya I'm Alive dinyanyikan oleh Taylor. Tapi, lagu dan liriknya sedih banget.)
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Serial The Bad Kids release tahun 2020, diadaptasi dari novel dengan judul sama yang ditulis oleh Zi Jin Chen. Sejujurnya saya belum membaca novelnya. Gara-gara nonton serial The Bad Kids saya jadi pengin baca novelnya. Dengar-dengar ada penerbit Indonesia yang sedang menerjemahkan novel The Bad Kids. Apa intensitas ketegangannya bakal sama seperti serialnya? Atau, malah lebih tegang baca novelnya? Well, lanjut ke penjelasan serial The Bad Kids. Serial bergenre suspense thriller ini memiliki jumlah episode sebanyak 12, dengan durasi rata-rata 1 jam. Kalian bisa menonton serial The Bad Kids di iQIYI secara gratis (dengan iklan tentu saja, kalau tanpa iklan bisa langganan sebulan Rp. 30.000).

The Bad Kids berkisah tentang tiga orang anak (Chaoyang, Yan Liang, Yue Pu/Pupu) berasal dari latar belakang keluarga berbeda yang tidak sengaja menyaksikan pembunuhan di Liufeng Mountain, ketika merekam video kebersamaan mereka di sana. Awalnya, mereka ingin memberikan video itu kepada polisi, tapi karena suatu hal, mereka justru menjual rekaman itu. Dari situlah perjalanan gila trio itu dimulai.

Tokoh-tokoh dalam The Bad Kids

Tokoh utama dalam The Bad Kids:
  • Zhang Dongsheng diperankan oleh Qin Hao
  • Chen Guansheng diperankan oleh Wang Jingchun
  • Zhu Chaoyang diperankan oleh Rong Zishan
  • Yan Liang diperankan oleh Shi Pengyuan
  • Yue Pu/Pupu diperankan oleh Wang Shengdi
Chaoyang dan Yan Liang adalah teman semasa kecil dan mereka seumuran, sedangkan Yue Pu adalah seorang anak perempuan yang tinggal di panti asuhan yang sama dengan Yan Liang. Yan Liang dan Yue Pu kabur dari panti asuhan dengan suatu misi. Mereka menemui Chaoyang untuk meminta bantuan. Sejak itulah mereka bertiga terus bersama-sama.

Trio The Bad Kids ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Chaoyang adalah murid teladan yang selalu juara 1 kelas. Namun, ia tidak memiliki teman di sekolah dan lebih suka menyendiri. Chaoyang digambarkan sebagai anak penurut dan taat aturan. Sementara itu, Yan Liang adalah anak seorang narapidana yang berakhir menjadi gila, sehingga Yan Liang harus tinggal di panti asuhan. Yan Liang selalu ingin bertemu dengan ayahnya, tapi mengalami banyak kesulitan. Yan Liang digambarkan sebagai sosok pemberontak dan pemberani. Yue Pu atau dipanggil Pupu adalah teman Yan Liang di panti asuhan. Pupu sangat pandai menyanyi. Ia digambarkan sebagai sosok yang cerdik dan pemberani. 

Dongsheng adalah guru matematika di suatu lembaga pendidikan yang kehidupan rumah tangganya berantakan dan diambang perceraian. Ia tidak ingin kehilangan istrinya, sehingga ia melakukan suatu perbuatan nekat. Awalnya tidak ada yang aneh dengan sikap Dongsheng sebagai guru yang baik dan penyabar. Namun, seiring berjalannya cerita, sikap Dongsheng berubah drastis. Keinginannya untuk memulai segalanya dari awal tidak berjalan sesuai harapan. Hidupnya semakin berantakan.

Guansheng adalah seorang polisi. Ia juga adalah teman ayah Yan Liang, yang akhirnya akan menjadi ayah angkat Yan Liang. Menurut saya, tokoh Guangsheng mewakili sosok orang tua yang selalu mengkhawatirkan anak-anak mereka. Ia tidak ingin Yan Liang berakhir seperti ayahnya, menjadi kriminal dan dipenjara. Oleh sebab itu ia selalu ikut campur semua urusan Yan Liang.

Tokoh-tokoh dalam The Bad Kids mempunyai karakter yang kuat. Mereka mengalami perkembangan berbeda seiring berkembangnya cerita. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup mereka menjadi pemicu perubahan-perubahan itu. Selain karakter tokoh yang kuat dan tokoh yang berkembang, akting para aktornya harus diacungi jempol. Mereka melebur dalam karakter tokoh dan membuat tokoh menjadi hidup.

Setting The Bad Kids

Awalnya saya tidak terlalu memperhatikan setting waktu The Bad Kids, walaupun atmosfer dan latar tempatnya terlihat tidak modern. Saya pikir bisa saja kan tokoh tinggal di kota kecil. Tapi, saat melihat para tokoh menggunakan ponsel nokia lawas, saya langsung tersadar. Saya duga setting waktu The Bad Kids berada di awal tahun hingga pertengahan 2000an. Semakin memperhatikan, kostum para tokoh juga berbeda sih dengan tren masa kini. Hal lain yang menggambarkan tahun 2000 banget itu adalah soda dalam botol kaca. Lumayan sering lihat tokoh minum produk soda dalam botol kaca. Dan merk produk-produk itu juga familiar buat saya. Tidak begitu berbeda jauh sama yang ada di Indonesia. Kayaknya kalau sekarang soda dalam botol kaca itu sudah tidak eksis. Mostly pakai botol plastik atau kaleng.

Plot Cerita The Bad Kids

Opening episode 1 The Bad Kids itu kampret banget. Sebenarnya jiwa kriminal saya sudah berpikir sampai ke adegan yang bakal terjadi selanjutnya. Opening yang langsung menggambarkan/menunjukkan masalah itu memang lebih menarik daripada opening yang datar-datar saja. Itu bikin penonton ingin terus menonton. Yah, efeknya nyaris sama dengan cliffhanger yang biasa ada di akhir episode. Nah, pada beberapa episode di The Bad Kids memiliki pembuka yang memberi hook (sesuatu yang didesain untuk menangkap perhatian orang) dan diakhiri dengan cliffhanger (ending pada suatu episode drama yang membuat penonton tegang dan bertanya-tanya).

Saya suka dengan transisi di setiap adegannya. Tidak patah dan mulus. Flow ceritanya juga tetap terjaga dari awal hingga akhir. Adegan-adegannya masuk akal (kayaknya sih nggak ada plot hole). Saya juga takjub dengan cara penulis skenario mempertemukan tokoh-tokoh dalam satu frame.

Beberapa adegan bikin saya merasa miris sekaligus bikin perasaan campur aduk. Tegang, sedih, kesal, marah dan terenyuh; semuanya bercampur. Beberapa hal juga memberikan efek yang tidak bisa saya jelaskan dengan kata-kata. Misalnya, kehidupan Dongsheng yang jungkir balik. Di bagian klimaks itu saya sudah speechless sih sama tindakan-tindakan Dongsheng. It's like when you've killed people once, the twice is nothing. Kan gila ya. Dongsheng sempat ingin memulai hidup baru, tapi dengan niat ingin mengubur rahasia gelapnya, maka kehidupan baru tidak akan pernah dimulai. Kebalikannya, Chaoyang dan Yan Liang ingin memulai hidup baru, setelah segala permasalahan yang mereka buat. Mereka berani untuk mengakui segala perbuatan mereka, meskipun itu salah. Hanya dengan begitu mereka lega.

Untuk ending The Bad Kids saya cukup puas. Awalnya sudah merasa was-was bakal seperti apa nasib trio The Bad Kids. Takutnya bakal lebih tragis (sebenarnya dari awal pun sudah tragis sih). Overall, menurut saya The Bad Kids diracik dengan baik, mulai dari penokohan; plot cerita; latar; bahkan properti dan make up.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Newer Posts
Older Posts

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

About blog

Sejak 2016, Melalui Ruang membahas buku, dunia literasi, film/tv series, dan kedai kopi yang dikunjungi penulis. Semuanya berasal dari perspektif dan pengalaman penulis.

Categories

Film/TV series (34) Buku (20) Menulis (19) Lainnya (10) Kopi (8)

recent posts

Link Favorit

  • Fiksi Lotus
  • Foodiscuss
  • Peter de Vries Guitar

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates