• Home
  • About
  • Contact
  • Privacy Policy
twitter instagram

MELALUI RUANG

menulis, membaca, menonton

Penulis : Sabda Armandio
Penerbit : Buku Mojok
Halaman : 228
Tahun terbit : 2017

Blurb 
Tiga lelaki. Tiga perempuan. Dan satu motor berencana merampok toko emas. Semua karena sebuah kotak hitam.

“Ringan dan menyenangkan. Ia menghadirkan individu-individu yang sepintas tampak sepele namun sesungguhnya kaya dan mengayakan; mengandung kesadaran sekaligus kritik atas konvensi cerita detektif. Dialog tokoh-tokohnya tampak berbobot, mengena, dengan alusi yang mengarah ke semesta dunia.” (Dewan Juri Sayembara Novel, Dewan Kesenian Jakarta 2016) 

Novel 24 Jam Bersama Gaspar
Novel 24 Jam Bersama Gaspar ©

Setelah sekian lama memasukkan 24 Jam Bersama Gaspar dalam wishlist, akhirnya buku ini berada di tangan saya dan selesai saya baca bulan Maret lalu. Mengingat saya menyukai Kamu (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya), makanya saya memburu karya lain Sabda Armandio.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar mengisahkan tentang perjalanan Gaspar dan teman-temannya dalam merencanakan sebuah perampokan toko emas (tidak benar-benar merencanakan sih). Setiap tokoh memiliki motivasi sendiri kenapa mereka mau merampok. Dan dalam perjalanan itu, ada cerita-cerita masa lampau yang dikuak.

Novel 24 Jam Bersama Gaspar ini menjadi salah satu naskah unggulan dalam kompetisi Dewan Kesenian Jakarta tahun 2016. Tidak heran, karena novel ini memiliki ‘penyajian’ unik dan cerita yang menyihir. Saya sebut menyihir karena saat saya membaca 24 Jam Bersama Gaspar, saya merasa ikut serta dalam perjalanan Gaspar. Saya dengan tenang mengikuti jalan-jalan yang dilalui Gaspar, walaupun dia sulit dimengerti. Entahlah, saya percaya (seperti halnya orang-orang yang mengikuti dia) akan ada jawaban di akhir cerita atau setidaknya kejelasan tentang apa yang sebenarnya sedang dia perjuangkan (goal si tokoh yang sesungguhnya). 

Tokoh-tokoh di dalam cerita memiliki karakter yang kuat dan suara yang berbeda. Karakter mereka digambarkan melalui Gaspar yang bernarasi ataupun dialog-dialog antar tokoh. Walaupun si Gaspar ini suka mengganti-ganti nama temannya, tapi saya tidak tersesat (syukurlah). Toh tokoh-tokohnya mudah dibedakan, karena memiliki karakter khasnya masing-masing. 

Saya suka bagaimana unsur-unsur dari cerita fiksi lainnya dimasukkan ke dalam cerita. Salah satunya cerita persembahan kepada Dewa Indra (Ya, saya mengetahui cerita itu karena nonton Krisna versi animasi.), atau para detektif dan pola ceritanya. Btw, cerita yang dibubuhkan atau diembel-embeli dengan tulisan “Sebuah Cerita Detektif”’, tidak lantas menjadikan cerita itu adalah cerita detektif. Tampaknya ini salah satu hal yang mau ditegaskan dalam 24 Jam Bersama Gaspar. Tidak semua hal bisa diartikan secara harafiah.

Ada pertentangan antara baik dan buruk yang diselipkan secara halus di dalam cerita. Baik dan buruk itu begitu fleksibel sehingga orang-orang bisa menggunakannya sesuai kebutuhan, tentunya dengan persepsi masing-masing. Dan bisa jadi dibalik-balik.

Overall, novel 24 Jam Bersama Gaspar ini memberikan 'after taste' yang susah dilupakan, terutama di akhir cerita yang mencengangkan (plot twist-nya bikin speechless); sedih sekaligus miris.

Ia hanya orang gila, sepertinya, yang mengulang-ngulang kegiatan sama dengan cara yang sama tetapi mengharapkan hasil berbeda.
...betapa liatnya kesepian, membungkus hari-harimu dengan kelembaman yang berpotensi membuatmu membusuk di ranjang.

Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Judul: Fish in the Water
Penulis: Lee Chan Hyuk
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2021
Jumlah halaman: 176

Blurb
Fish in the Water bertutur tentang kisah intens yang menjungkirbalikkan imajinasi, dengan komposisi kuat untuk menunjukkan pertentangan antara ambisi dan ketakutan, kebebasan dan kendali, kebahagiaan dari cinta dan luka dari kehilangan, serta arti kehidupan, terkadang dengan tenang dan terkadang dengan fantastis. Penulis berharap pembaca bisa dengan bebas menemukan arti dari novel ini tanpa interpretasi yang tergesa-gesa. Silakan menyelami novel ini, tarik napas dalam-dalam, lalu ajukan pertanyaan dan berikan jawaban tentang hidup.

Novel ini dipenuhi emosi yang terpatri halus dalam setiap kalimatnya, kesan jelas yang menenangkan hati dan menjernihkan pikiran, serta topik-topik filosofis yang membuat pembaca berpikir dengan saksama. Jika kalian adalah pembaca yang pernah menikmati dunia penulis melalui lirik-lirik lagunya yang singkat dan masih menginginkan lebih, semoga kalian menikmati dunia luas yang dibentangkannya dalam novel ini.
Novel Fish in the Water ©

Baca Fish in the Water sambil mendengarkan album Sailing-nya AKMU benar-benar bikin terhanyut. Saya merasa tenggelam ke dalam buku ini. Kisah Seon dalam menemukan jawaban atas berbagai pertanyaan dalam pikirannya sangat menarik untuk diikuti. Walaupun buku ini tidak tebal dan bisa diselesaikan dalam sekali duduk, tapi pengalaman setelah membaca buku ini masih melekat dan sebagai pembaca saya puas menelusuri setiap halamannya.

Ketika membaca Fish in the Water saya merasa tersihir, sama halnya saat Seon tersihir dengan sosok Haeya. Sesuai dengan blurb-nya, kalimat-kalimat dalam buku ini dirangkai dengan indah, tanpa mempersulit pembaca untuk memahaminya. Menurut saya banyak perumpamaan yang bisa diintepretasikan oleh pembaca sesuai versi mereka. Dan saya sangat merasa takjub dengan perumpamaan-perumpamaan itu. Kadang merasa relate dengan kisah yang dituturkan, walapun saya bukan musisi. Karena perasaan yang melingkupi tokoh itu bisa jadi pernah dialami banyak orang. Misalnya, perasaan tentang perpisahan, lalu pertentangan antara mimpi dan realita, serta keinginan untuk bebas.

Di dalam buku Fish in the Water ini juga pembaca akan diajak melihat perubahan cara pandang tokoh tentang kehidupan. Bagaimana hal-hal di sekitarnya berpengaruh terhadap dirinya. Serta bagaimana dia jatuh, bertahan, dan bangkit; katakanlah proses healing si tokoh.

Di setiap bagian terselip juga lirik-lirik yang ada di album Sailing. Bahkan judul bagian novelnya adalah judul-judul lagu di album Sailing. Saya suka dengan lirik-liriknya dan ada beberapa quote yang menurut saya menarik.

Nilai kebahagiaan berbeda bagi setiap orang. Bagi sebagian orang kebahagiaan adalah cinta, tetapi bagi orang lain kebahagiaan adalah kekayaan. Kita tidak mungkin mewujudkan kebahagiaan begitu banyak orang. (Fish in the Water, hl. 103)

Saya sempat berandai-andai, jika Fish in the Water dijadikan film pasti menarik. Terus Seon akan cocok diperankan oleh Im Siwan dan Haeya diperankan IU (untuk Yangi belum kepikiran). Pasti bakal nonton sih kalau benar dijadikan film.

Overall, novel Fish in the Water yang ditulis oleh salah satu personil AKMU ini sangat worth it untuk dibaca. Personally saya menemukan banyak insight baru.

Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Judul: Persona
Penulis: Fakhrisina Amalia
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Jumlah halaman: 248
Tahun terbit: 2016

Blurb
Namanya Altair, seperti salah satu bintang terang di rasi Aquila yang membentuk segitiga musim panas. Azura mengenalnya di sekolah sebagai murid baru blasteran Jepang yang kesulitan menyebut huruf K pada namanya sendirinya.

Azura merasa hidupnya yang berantakan perlahan membaik dengan kehadiran Altair. Keberadaan Altair lambat laun membuat perasaan Azura terhadap Kak Nara yang sudah lama dipendam pun luntur.

Namun, saat dia mulai jatuh cinta pada Altair, cowok itu justru menghilang tanpa kabar. Bukan hanya kehilangan Altair, Azura juga harus menghadapi kenyataan bahwa orangtuanya memiliki banyak rahasia, yang mulai terungkap satu demi satu. Dan pada saat itu, Kak Nara-lah tempat Azura berlindung.

Ketika Azura merasa kehidupannya mulai berjalan normal, Altair kembali lagi. Dan kali ini Azura dihadapkan pada kenyataan untuk memilih antara Altair atau Kak Nara.
Novel Persona oleh Fakhrisina Amalia (Gramedia Pustaka Utama)
Novel Persona ©

Persona menurut KKBI adalah orang atau pribadi (kata benda). Tapi bisa diartikan juga sebagai orang atau benda yang berperanan dalam pembicaraan. Arti lainnya adalah topeng, wajah, ciri khas seseorang, identik dengan pribadinya.

Mari membahas sedikit tentang tokoh-tokoh dalam novel Persona, sebelum membahas jalan ceritanya.  Tokoh protagonis di novel Persona adalah Azura, cewek penyendiri dan suka menutup diri. Azura memiliki latar belakang keluarga yang kurang harmonis. Itu yang banyak mempengaruhi masa-masa remajanya. Lalu, tokoh Altair yang tiba-tiba datang seakan memberi angin segar bagi Azura. Altair itu digambarkan sebagai seorang blasteran Jepang. Ia satu-satunya orang yang mau berteman dengan Azura. Seakan Altair sangat memahami Azura, bahkan tanpa Azura bersusah-susah bercerita, cowok itu akan selalu ada dan menenangkannya. Namun, ada sesuatu yang salah dengan Altair. Apa itu? Baca Personal deh.

Oya, sedikit informasi, novel Persona ini bisa dijadikan contoh novel yang antagonisnya adalah keadaan, bukan berupa tokoh. Jadi, antagonis itu tidak selalu berwujud manusia. Sesuatu keadaan yang menghalangi tokoh protagonis itu juga bisa disebut sebagai antagonis.

Pada awal bab novel Persona, pembaca langsung disuguhi suatu permasalahan yang dihadapi oleh tokoh protagonis (Azura). Pembaca diajak bertanya-tanya sebenarnya apa yang dialami oleh tokoh. Itu yang membuat saya terus membaca bab-bab berikutnya.

Cara penulis menunjukkan perubahan psikologis Azura itu smooth banget, tidak secara tiba-tiba berubah gitu saja. Ada faktor-faktor yang menyebabkan perubahan itu. Selain itu, walaupun alur cerita Persona maju mundur, tapi adegan ceritanya tidak patah dan bikin bingung. Dan memang ada bulan serta tahun di setiap bab sebagai patokan agar pembaca tidak tersesat.

Gaya bahasa Persona bisa dibilang campur-campur. Waktu tokoh Azura ngobrol dengan Altair, ia akan cenderung menggunakan gaya bahasa seperti novel terjemahan. Namun, kalau tokoh berbicara dengan tokoh Yara misalnya, gaya bahasanya akan cenderung santai. Personally, saya tidak mempermasalahkan gaya bahasa, selama tulisannya bisa dinikmati.

Sejak awal membaca judul novel ini, saya merasa tidak boleh serta merta memercayai apa yang tertulis di bab-bab awal. Dan memang bakal ada plot twist. Plot twist-nya itu bukannya bikin kaget sih, tapi bikin sedih; walaupun awalnya sudah sempat menduga. Namun, itu memang yang harus dilewati oleh tokoh untuk kembali menemukan dirinya dan melanjutkan hidup. Overall, kalau kalian membaca novel sekaligus ingin belajar gimana perubahan karakter tokoh secara psikologis, novel Persona ini recommended. Btw, ada  lagi satu novel Fakhrisina yang berjudul Represi, yang dari 'bau-bau' judulnya juga bakal berhubungan sama psikologis tokoh.

Di satu waktu kita tidak tahu apa yang harus kita lakukan atau apa yang kita inginkan. Tapi kemudian di waktu berikutnya tiba-tiba kita sudah menemukan jawabannya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis: Yonezawa Honobu
Penerbit: Haru Media
Tahun terbit: 2018
Jumlah halaman: 260

Blurb
Oreki Hotaro lagi-lagi terseret oleh rasa ingin tahu Chitanda Eru. Melawan keinginannya, kali ini Hotaro harus menebak penyelesaian skenario naskah film misteri kelas 2-F yang akan ditayangkan saat Festival Kanya nanti.

Seorang siswa terjebak dalam kamar tertutup bangunan terbengkalai, mati setelah tangannya terpotong. Namun, siapa yang membunuh? Bagaimana caranya? Film itu selesai begitu saja tanpa penjelasan. Hotaro-lah yang bertugas menebak siapa dan bagaimana trik pembunuhan itu dilakukan.

Namun, hanya itukah masalahnya? Atau ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar menyelesaikan skenario film?
***

Ini dia ulasan buku kedua Hyoka yang berjudul Credit Roll of the Fool. Baru saya baca bulan April ini dan syukurlah selesai tanpa penundaan-penundaan. Ngomong-ngomong, dua hari lalu saya baru saja beli buku ketiganya, the Kudryavka Sequence. Tunggu ulasan selanjutnya ya. Kalau belum baca ulasan buku pertama bisa klik di sini.

Beberapa waktu lalu saya sempat membaca fakta novel Hyouka di Instagram penerbit Haru. Ternyata awalnya Hyouka ini hanya ada 3 buku. Namun, saat Yonezawa Honobu sudah merampungkan novel ketiganya, penerbit yang menaungi dua buku Hyouka sebelumnya tutup. Lalu ada penerbit lain yang menanyakan apakah Yonezawa memiliki naskah novel. Yonezawa pun mengajukan novel Hyouka ketiga. Penerbit baru itu meminta novel tersebut diubah menjadi novel baru (bukan terusan Hyouka), maka terbitlah novel Sayonara Yosei atau Goodbye Fairy (Novel Goodbye Fairy ini juga akan diterbitkan oleh penerbit Haru). Setelah beberapa lama, akhirnya penerbit Hyouka kembali buka dan memutuskan untuk melanjutkan buku Hyouka. Jadilah Hyouka ini berlanjut sampai buku keenam.
Novel Credit Roll of the Fool oleh Yonezawa Honobu diterbitkan oleh penerbit Haru
Novel Credit Roll of the Fool ©

Kasus di buku kedua ini bercerita tentang naskah skenario film yang belum rampung. Film itu sendiri tentang cerita misteri pembunuhan di ruang tertutup. Kalau sudah soal pembunuhan di ruang tertutup saya langsung mikir ini penyelesainnya akan rumit atau sebaliknya cara yang terlampau sederhana sampai tidak terpikirkan.

Sejak awal membaca sudah banyak kejanggalan yang ditampilkan, seperti tidak rampungnya skenario, apa yang sebenarnya terjadi dengan penulis skenario, kenapa harus Hotaro yang menebak trik akhir, bagaimana menciptakan pembunuhan di ruang tertutup. Tentu saja semua pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab di akhir cerita. Dan, memang tidak tertebak apa yang sebenarnya terjadi, walaupun saya sudah mencium keanehan-keanehan di awal. Soal alur, jelas buku kedua lebih rumit dari yang pertama, karena di buku kedua juga melibatkan analisis orang dari luar Klub Sastra Klasik. Belum juga manipulasi dari pihak luar.

Di dalam novel kedua ini terdapat beberapa analisis, salah satunya adalah analisis milik Hotaro. Ketiga analisis lainnya adalah milik siswa kelas 2-F itu sendiri. Secara keseluruhan, saya paling puas dengan analisis milik Hotaro. Namun, apakah analisis milik Hotaro memang yang diharapkan oleh penulis skenario? Temukan jawabannya setelah membaca Credit Roll of the Fool.

Yang paling berkesan dari Credit Roll of the Fool adalah cara penulis menyisipkan petunjuk-petunjuk dari setiap analisis orang yang berbeda. Sampai ada juga perbedaan novel detektif di era Arthur Conan Doyle dengan era Agatha Christie. Berkat itu saya jadi sedikit paham era cerita-cerita detektif. Selama ini saya membaca novel-novel detektif ya tinggal baca saja. Tidak kepikiran mendalami perbedaan-perbedaannya. Misalnya, disebutkan bahwa di masa Arthur Conan Doyle belum ada kasus pembunuhan yang menggunakan trik eksplisit. Trik eksplisit muncul saat era Agatha Christie. Selain itu ada juga istilah 10 Commandments dalam cerita detektif yang digagas oleh Ronald Knox. Sepuluh Firman oleh Knox tersebut berisi hal-hal yang harus dihindari dalam cerita detektif. Kalau mau tahu detailnya bisa Googling, banyak banget situs yang membahasnya.

Anyway, bagi pecinta novel misteri patut mencicipi buku series yang ditulis Yonezawa ini. Saya lagi berusaha baca semua seriesnya. Di Indonesia sendiri baru ada empat buku yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh penerbit Haru. Untuk buku kelima (the Approximation of the Distance of Two) dan keenam (Even Though I'm Told I Now Have a Wings) semoga juga akan diterbitkan dalam bahasa Indonesia.

Jangan sungkan tinggalkan komentar di kolom komentar ya. Terima kasih telah berkunjung di Melalui Ruang.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Penulis: Vie Asano
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit: 2018
Jumlah halaman: 296

Blurb
"Lo tinggal pilih aja mau yang mana. Pertama, lo diam dengan kesadaran lo sendiri. Kedua, gue yang bikin lo diam. Kalau perlu, gue bakalan cium lo di sini, sampai lo kehabisan napas dan pingsan."

Gara-gara terlilit utang dengan om-nya, Aya harus rela menjadi manajer Keanu & the Squad. Sebenarnya pekerjaan itu tak seburuk yang dia bayangkan andai saja bukan Keanu yang harus dihadapinya. Vokalis sekaligus pentolan band itu mungkin punya banyak fans. Dan harus dicatat, Keanu tuh memiliki wajah ganteng, bibir yang kissable, penampilan trendi, dan suara yang bagus banget. Namun, Keanu punya segudang kelakuan ajaib yang membuat Aya tak bisa berkutik, juga membuat jadwal roadshow band itu berantakan.

Aya pun mencari cara agar dapat mengendalikan Keanu karena itu satu-satunya cara agar roadshow berjalan lancar. Baru saja merasa menemukan jawaban, Aya malah terjerumus dalam masalah baru: mengetahui rahasia besar yang disimpan Keanu rapat-rapat dan membuatnya terperangkap dalam drama tak berujung.
***
Ebook novel False Beat di aplikasi iPusnas. False Beat ditulis oleh Vie Asano.
Ebook False Beat di aplikasi iPusnas ©

False Beat adalah ebook pertama yang selesai saya baca. Bangga. Hahaha... Soalnya saya kurang betah kalau baca ebook dari ponsel (Maklum belum punya tablet). Bahkan kali ini saya terbilang cepat membaca novel ini saking serunya. For your information, saya membaca novel False Beat di aplikasi iPusnas. Di iPusnas banyak sekali ebook gratis dan yang pasti legal. Jangan sampai ya kalian membaca ebook ilegal yang sering dijual melalui web atau media sosial lainnya. Ebook ilegal itu biasanya dijual murah, misalnya 10.000 dapat tiga; terus bisa di-share begitu saja biasanya dalam bentuk pdf. Kalau mau membaca ebook legal bisa beli di Gramedia Digital atau yang mau baca gratis ya di iPusnas.


Lanjut membahas novel False Beat, saya suka dengan bab awal novel ini, karena langsung menampilkan permasalahan. Dengan begitu pembaca dibuat penasaran dengan apa yang akan terjadi dengan tokoh selanjutnya. Alur cerita dan pembagian bab juga menarik. Jadi cerita ini dibagi menjadi intro, verse, prechorus, chorus, bridge, dan outro; seperti bagian yang ada di dalam lagu. Alur cerita yang naik turun memberikan sensasi campur aduk, ada seru, ada sedih, ada bahagia. Dan, terkejut, karena plot twist-nya itu lho. Walaupun sudah mencium hal-hal yang disembunyikan, saya justru berpikiran kebalikannya lho. Terkecoh.

Penulis tentu telah melakukan riset yang mendalam, terbukti tokoh-tokoh dalam False Beat ini memiliki karakter yang kuat dan tidak dangkal. Misalnya, tokoh Keanu sebagai penyanyi digambarkan dengan baik melalui adegan-adegan ketika menciptakan lagu, menyanyi, tampil di panggung. Itu semua sampai ke pembaca, jadi pembaca percaya kalau Keanu adalah penyanyi, bukan tokoh yang seolah-olah digambarkan sebagai penyanyi. Tentu tidak mudah dalam menggambarkan tokoh yang mahir menyanyi dan bermain musik dalam bentuk tulisan. Di dalam kata pengantar penulis juga menyampaikan, jika pembaca ingin lebih mendapat gambaran tentang Keanu & the Squad bisa melihat penampilan band One OK Rock.

Tokoh favorit saya dalam novel ini tentu saja Kevin. Kenapa tidak Aya atau Keanu? Kalian akan mendapat jawabannya ketika membaca novel False Beat. Namun, kalau membicarakan tokoh mana yang paling menonjol, ya menurut saya Keanu. Auranya itu lho bisa sampai ke pembaca. Tapi Kevin juga memiliki karakter yang menarik. Dan saya sebagai pembaca sangat bersimpati dengan karakter Kevin.

Saya bersyukur ending cerita ini adalah close ending. Sebab, setelah semua masalah yang dialami para tokoh, rasanya terlalu kejam jika dibuat akhir yang mengambang. Overall, saya sangat menikmati membaca novel False Beat. Sedikit jadi paham tentang manajemen band, karena ada beberapa catatan kaki untuk istilah-istilah yang asing di telinga awam.

Kepingan puzzle nggak bakal pernah membentuk gambar kalau kita nggak berusaha menyusunnya.
Share
Tweet
Pin
Share
No comments
Penulis: Yonezawa Honobu
Penerbit: Haru Media
Tahun terbit: 2017
Jumlah halaman: 244

Blurb
Kalau kita menyelidikinya, mungkin akan terjadi hal-hal yang tidak baik.

Oreki Hotaro adalah pemuda hemat energi. Mottonya adalah, "Kalau tidak butuh dikerjakan, lebih baik tidak dikerjakan. Kalau harus dikerjakan, sebisanya saja."

Hanya saja, semua itu berubah saat dia terpaksa bergabung dengan Klub Sastra Klasik. Chitanda Eru, gadis dengan rasa penasaran yang tinggi, mengubah hari-hari Hotaro, dan dia harus memecahkan misteri demi misteri yang terjadi di sekitar mereka.

Gara-gara Chitanda, mereka dihadapkan pada kasus 33 tahun yang lalu. Hanya saja, petunjuk mereka hanyalah sebuah antologi berjudul Hyouka.
***
Novel Hyouka oleh Yonezawa Honobu
Novel Hyouka ©


Sebelum membaca novel Hyouka, saya cari dulu arti Hyouka di Google Translate. Maklum penasaran. Jadi, menurut Google Translate dan tentu saja penulisan kanjinya sesuai dengan yang ada di kaver, Hyouka berarti 'makanan penutup es'. Kurang padu ya terjemahannya, tapi kurang lebih itu sejenis makanan penutup yang terbuat dari es. Kalau buka di Wikipedia langsung ada judul bahasa Indonesianya, Hyouka yang berarti 'es krim'.

Baiklah lanjut saja bahas tentang novel Hyouka. Hyouka adalah buku pertama dari Kotenbu series atau Classic Literature Club series. Novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yang tidak lain adalah Oreki Hotaro, si tokoh utama. Sudut pandang orang pertama ini memiliki keterbatasan, di mana cerita yang dituturkan hanya berdasarkan apa yang dialami, dilihat, dirasa si tokoh secara langsung. Tokoh tidak bisa cerita apa pun kalau tidak ada di lokasi/setting.

Baru beberapa lembar membaca Hyouka, saya langsung mendapat kesan bahwa Hotaro ini sebelas dua belas sama Nara Shikamaru (tokoh di manga Naruto, salah satu tokoh favorit saya juga selain Gaara). Hotaro ini tidak suka dibuat repot, bahasa gaulnya mageran, tapi cerdas (Tuh kan mirip Shikamaru). Dia juga tidak suka menjadi murid yang menonjol ataupun kebalikannya. Dia adalah tipe murid biasa-biasa saja, kalau kata temannya, Hotaro ini orang yang abu-abu. Apakah dia akan menjadi orang yang abu-abu terus? Baca novelnya.

Teka-teki di novel Hyouka awalnya terdengar sederhana, namun semakin ke belakang memang teka-tekinya tidak sesederhana kelihatannya. Dan jujur saja selama membaca Hyouka saya tidak banyak menebak-nebak, kecuali soal kaver Antologi Hyouka. Apa ya, mungkin clue itu ada di setiap bagian cerita, tapi terlalu tersembunyi dengan adanya opini-opini berbeda. Jadi susah saja menarik kesimpulan. Namun, bisa menebak misteri yang tersembunyi itu bukan keharusan, dan ternyata memang lebih seru membaca tanpa menebak-nebak apa pun. Lebih takjub dengan alur ceritanya.

Membaca novel ini tiba-tiba mengingatkan saya kepada komik Kindaichi, entah kenapa seatmosfer gitu. Ya mungkin karena sama-sama bergenre misteri. Misalnya, saat dihadapkan oleh sebuah misteri Hotaro ini adalah tipe pengamat, sementara teman-temannya sibuk beropini. Dari diamnya itu diam-diam dia menganalisis, sampai akhirnya dia dapat menarik kesimpulan. Gara-gara itu semua temannya takjub dengan kemampuan Hotaro. Tapi ya dasarnya orangnya cuek, dia bilangnya itu semua karena dia mendapatkan ilham.

Bahasa yang digunakan di novel Hyouka mudah dipahami, walaupun ada beberapa catatan kaki, karena ada istilah-istilah Jepang dan penggunaan huruf kanji pada teks aslinya. Tentu kalau diaplikasikan ke alfabet akan ada penyesuaian, karena di novel ini ada permainan kata. Tapi tenang saja catatan-catatan kaki itu tidak mengganggu.

Novel Hyouka ini masih ada kelanjutannya. Judul novel keduanya adalah Credit Roll of the Fool, novel ketiganya berjudul The Kudryavka Sequence, dan novel keempatnya berjudul The Dool That Took a Detour. Lisensi di Penerbit Haru memang baru sampai novel keempat, sebenarnya di Jepang novel karya Yonezawa ini ada 6 buku. Mari kita tunggu novel kelima dan keenamnya diterjemahkan.
Share
Tweet
Pin
Share
2 comments
Older Posts

Subscribe To

Posts
Atom
Posts
All Comments
Atom
All Comments

About blog

Sejak 2016, Melalui Ruang membahas buku, dunia literasi, film/tv series, dan kedai kopi yang dikunjungi penulis. Semuanya berasal dari perspektif dan pengalaman penulis.

Categories

Film/TV series (34) Buku (20) Menulis (19) Lainnya (10) Kopi (8)

recent posts

Link Favorit

  • Fiksi Lotus
  • Foodiscuss
  • Peter de Vries Guitar

Created with by ThemeXpose | Distributed by Blogger Templates