Fiksi: Plot Driven vs Character Driven
Sebelumnya, ketika menulis cerita fiksi saya tidak terlalu memerhatikan mau menggunakan plot driven atau character driven. Biasanya lebih fokus ke genre, tokoh, alur, dan POV. Tanpa saya sadari, saya lebih banyak berkutat di plot driven. Lalu, saat kelas menulis skenario Ernest Prakasa, plot driven dan character driven sedikit disinggung. Semenjak itu jadi cari tahu lebih tentang plot driven dan character driven. Apakah itu plot driven dan character driven? Apa perbedaan dari keduanya? Simak penjelasan saya berikut.
©️ |
Plot Driven
Cerita fiksi yang ditulis menggunakan plot driven umumnya fokus terhadap kejadian eksternal yang akan mendorong cerita terus bergerak. Tujuan dari cerita juga akan lebih eksternal, karena plot driven fokus pada pengembangan situasi. Ciri-ciri cerita plot driven biasanya terdapat plot twist, ada aksi, dan konflik eksternal.
Pada umumnya tokoh di cerita plot driven dipaksa untuk mengambil tindakan cepat. Tindakan tokoh tersebutlah yang akan berdampak ke pengembangan karakter dan plot. Contoh cerita fiksi yang kerap menggunakan plot driven adalah cerita fantasi, misteri, romance.
Pada cerita plot driven, plot ibaratkan lintasan yang harus diikuti oleh pembaca. Kekuatan utama dari cerita tersebut ya ada pada plotnya. Sebisa mungkin pembaca harus dibawa naik turun agar bisa merasakan sensasi cerita.
Character Driven
Cerita fiksi dengan character driven berfokus pada tokoh dan perubahan internal. Konflik yang terjadi pun adalah konflik internal. Ketika pembaca membaca cerita jenis ini, mereka akan ikut memikirkan perilaku, pikiran, tindakan, perasaan, keputusan, dan perubahan yang terjadi terhadap tokoh. Hal-hal internal tokoh itulah yang akan membentuk keseluruhan cerita.
Saya sempat bereksperimen membuat cerita pendek menggunakan character driven. Cerita tersebut bisa dibaca di sini. Cerita tersebut menggunakan POV orang pertama, karena menurut saya akan lebih leluasa menggambarkan pikiran dan perasaan si tokoh. Jadi lebih deep, karena yang berbicara si tokoh itu sendiri.
Jadi, sebelum menulis cerita pilih dulu faktor pendorong cerita, mau plot driven atau character driven. Lalu bereksperimenlah dengan tulisanmu.
Terima kasih telah berkunjung di Melalui Ruang. Silakan tinggalkan komentar. Mari berdiskusi!
Terima kasih telah berkunjung di Melalui Ruang. Silakan tinggalkan komentar. Mari berdiskusi!
0 comments