Review Series Thailand Blacklist
Setelah selesai maraton nonton The Gifted series (season 1 & 2), saya nemu series Blacklist di channel Youtube GMMTV. Coba nonton deh. Serupa dengan The Gifted, series Blacklist juga memiliki tema kehidupan sekolah (yang penuh rahasia gelap, nggak mungkin normal-normal aja). Series Blacklist release tahun 2019, berjumlah 12 episode dan diproduksi oleh GMMTV.
Series Blacklist berkisah tentang enam murid yang tergabung dalam kelompok Blacklist. Mereka berusaha membongkar keburukan sekolah dengan bimbingan salah satu guru, bernama Padej. Misi mereka dimulai dengan menyelidiki seorang murid di sekolah mereka bernama Fah—kakak Traffic—yang menghilang secara misterius. Namun, saat menyelidiki kasus menghilangnya Fah, anggota Blacklist justru menemukan rahasia mengerikan di sekolah mereka. Di sekolah mereka ada kelompok bernama The God's Hand yang kemungkinan berkaitan dengan menghilangnya Fah. Namun, semakin Blacklist menguak kelompok The God's Hand, semakin banyak hal-hal buruk terjadi.
Premis series Blacklist menjanjikan sih, tapi tidak dengan eksekusinya. Pada episode awal hingga pertengahan semua berjalan dengan mulus. Plot dan transisinya masih terbilang rapi. Namun, memasuki episode tengah ke belakang, transisinya kurang mulus. Ada beberapa adegan kurang masuk akal dan lini masa yang perlu dipertanyakan. Lalu, cerita yang dimaksudkan sebagai plot twist justru terkesan dipaksakan.
Secara plot dan transisi series Blacklist memang memiliki beberapa kekurangan. Namun, saya menyukai karakterisasi kelompok Blacklist. Kelompok Blacklist terdiri dari enam anggota yang memiliki kemampuan dan karakter berbeda-beda. Karakter yang melekat pada tokoh tersebut akan berguna untuk menjalankan cerita. Jadi bukan sekadar tempelan.
- Tokoh Traffic (diperankan oleh Nanon) adalah pemimpin kelompok Blacklist. Ia digambarkan sebagai sosok yang dingin, tenang, dan penuh pertimbangan. Ia memiliki kepercayaan terhadap kemampuan timnya dan berperan sebagai back up tim.
- Tokoh Andrew (diperankan oleh Chimon) digambarkan sebagai sosok yang gegabah, pemberontak, suka memakai kekerasan dan mengintimidasi orang lain. Namun, kemampuannya berimprovisasi dalam situasi genting tidak bisa diragukan.
- Tokoh Highlight (diperankan oleh Ohm) digambarkan sebagai tokoh pendiam, tenang, tertutup, pandai menganalisis suatu kasus (Hobinya membaca komik Detective Conan, jadi ia belajar banyak dari komik itu).
- Tokoh Title (diperankan oleh Drake) digambarkan sebagai tokoh yang ceplas-ceplos, humoris, dan suka tebar pesona ke cewek-cewek (tapi cewek yang disukai cuma Cupcake). Ia memiliki kemampuan bela diri.
- Tokoh Jim Bae (diperankan oleh First) sepaket dengan Title, sama-sama tokoh yang ceplas-ceplos dan kocak. Ia memiliki kemampuan sebagai mata-mata, karena pandai bergaul. Ia juga pandai bermain berbagai jenis board game.
- Tokoh Bantad (diperankan oleh Frank) digambarkan sebagai sosok yang cerdas dan pandai dalam dunia IT. Ia berperan meretas perangkat, melacak lokasi, dan mencari informasi melalui dunia maya.
Spoiler alert!
Sebenarnya Blacklist ini kan membicarakan isu penggunaan obat terlarang agar kinerja murid dalam belajar lebih meningkat demi mendongkrak nilai. Isu itu sepertinya pernah ada di Indonesia juga, lupa tahun berapa. Masalahnya, pengemasan isu itu ke dalam cerita yang disajikan dalam series Blacklist terlalu melebar, kurang fokus pada isu yang ingin diangkat. Bahkan lingkup permasalahan sampai melibatkan mafia dan tindakan kriminal. Kasus Fah yang menjadi inciting incident (kejadian yang mendorong suatu tokoh untuk mengambil tindakan) bagi tokoh Traffic, seakan diabaikan. Kasus Fah jadi semacam tempelan dan cuma bakal digunakan sebagai plot twist pada dua episode terakhir, yang itu pun terkesan dipaksakan.
Banyak detail adegan yang tidak diperhatikan, misalnya saat Title masuk ke kamar Champ. Baru beberapa detik Title di dalam kamar dan belum ngapa-ngapain, tiba-tiba Champ sudah ada di dalam kamarnya. Padahal tadi ia sudah turun menggunakan lift. At least, berikan jeda agak lama. Lalu, adegan Champ melompat dari jendela dan ditangkap oleh Jim Bae menggunakan tempat tidur dorong juga aneh. Gimana ceritanya salah satu tangan Champ menyelip ke terali besi di sisi tempat tidur. Intinya posisi Champ unbelievable banget deh. Selain itu, transisi yang terlalu mendadak juga terjadi saat kejar-kejaran antara kelompok Blacklist dan Viking (yang nyamar menjadi pemimpin kelompok The God's Hand). Transisinya terasa patah.
Beberapa tokoh dalam Blacklist juga tidak konsisten. Tokoh polisi di cerita Blacklist pun sangat tidak meyakinkan. Saya pikir, semestinya polisi tidak mudah percaya dengan laporan yang sumbernya tidak jelas. Namun, ketika ada laporan tentang Traffic yang melakukan percobaan pembunuhan terhadap Fah, mereka langsung percaya begitu saja. Mereka menggeledah apartemen Traffic dan Fah, lalu menemukan makanan kotak yang mengandung racun. Menurut delivery man, orang yang memesan makanan adalah Traffic. Padahal delivery man juga bisa dicurigai sebagai pelaku. Tapi, polisi tidak curiga sama sekali dengan delivery man, hanya karena ada surat dari Fah yang menyatakan bahwa Traffic berbuat jahat terhadap Fah. Mereka juga tidak melacak saluran telepon untuk memastikan si pemesan makanan, yang ternyata adalah Guru Jinmanee.
Ada juga nih adegan cringe abis. Salah satunya adegan di ruang kepala sekolah, saat Melon dan Phukkad sedang memeriksa ponsel Guru Jinmanee agar mereka bisa menemukan bukti percakapan Guru Jinmanee dengan delivery man. Lebih anehnya, kenapa percakapan itu disimpan sama Guru Jinmanee. Bukti kejahatan mah mestinya dimusnahkan langsung. Selain itu, adegan setelah Pak Karin ditangkap polisi itu juga aneh. Ngapain sih Pak Karin sama satu polisi masih berdiri di halaman rumah Pak Karin, kayak nungguin seseorang datang gitu. Lalu, beneran Traffic menghampiri mereka dan minta bicara empat mata sama Pak Karin. Dibolehin dong sama polisinya. Speechless.
Langsung kesimpulan saja deh. Overall, saya tidak puas sama series Blacklist. Sayang banget, premis dan isu yang mau disampaikan sebenarnya cukup menarik. Tapi, plotnya tidak disusun dengan rapi, sehingga banyak plot hole. Detail dan transisi adegan juga banyak yang diabaikan. Beberapa tokoh memiliki karakter yang kurang meyakinkan.
0 comments