Review Film THUG (The Hate U Give)
Genre : Drama kriminal
Aktor : Amandla Stenberg, Regina Hall,
Russel Hornsby, K.J. Apa
Durasi : 133 menit
Tanggal
rilis : 5 Oktober 2018 (USA)
Akhirnya
saya nonton film THUG, setelah bulan lalu selesai baca novelnya. Dan memang
beda banget sama novelnya, tapi tidak mengurangi inti ceritanya kok. Saya
memahami cerita sekompleks di novel tidak mungkin semuanya dituangkan ke dalam
film. Durasinya bisa jebol. Beda sih kalau dibikin TV series, kayak 13 Reasons
Why misalnya. (Kok tangan saya gatal mengetik perbedaan film dengan bukunya,
tapi saya sisihkan nanti saja.)
Pertama
saya mau ngomongin akting Amandla Stenberg sebagai Starr yang keren banget, big applause... Dia bisa menunjukkan
betapa frustasinya Starr, trauma, dan serba salah karena dia menjadi
satu-satunya saksi mata atas penembakan sahabatnya, Khalil (Algee Smith). Sulit
rasanya untuk speak up ketika kalian
adalah minoritas, tapi di sisi lain itu menghancurkan hati kalian sendiri dan
orang yang kalian sayangi jika kalian memilih diam. Selain itu akting Regina
Hall (Lisa Carter) sebagai ibu Starr juga mencuri perhatian saya, sungguh
persis dengan bayangan saya selama membaca novelnya. Karakter Maverick (Russell
Hornsby) sebagai ayah Starr juga tepat seperti yang saya bayangkan. Sejauh ini
hanya tiga peran itu yang benar-benar kuat menurut saya.
Peran
Seven (Lamar Johnson) dan Chris (K.J. Apa) di film yang justru membuat saya
sedikit kecewa. Bayangan saya Seven adalah seorang kakak yang karismatik dan
pelindung adik-adiknya, sayangnya di film kurang menunjukkan hal tersebut.
Wajah Seven juga terlalu muda sebagai kakaknya Starr dan Kenya. Dia malah
terlihat sepantaran dengan Starr. Bahkan Chris malah kelihatan lebih tua
daripada Seven. Interaksi Chris dengan keluarga Starr juga kurang di sini, ok
mungkin itu bisa di-skip di film,
tapi at least ketika demo harapanku
Chris masih ada di sana bersama Starr. Sayangnya Chris dibuat pergi dengan
alasan harus mengantar Kenya dan Lyric. Menurut saya dengan keberadaan Chris
sampai akhir sebenarnya buat mempertegas bahwa diversity is real. Itu juga sebenarnya yang membuat ayah Starr
akhirnya tidak “menjaga jarak” dengan orang kulit putih.
Spoiler alert !
Bagian
ending di film saya kurang suka,
sungguh. Setelah demo dan kerusuhan, kenapa ada adegan Sekani menodongkan
pistol. Ya mungkin memang untuk mempertegas arti dari ‘thug life’ (The hate you give
little infants f*s everybody. Saya sudah menjelaskan tentang arti ini di
ulasan saya tentang novel THUG.). Namun menurut saya pribadi itu tidak perlu.
Pesan itu sudah sangat melekat bahkan sejak adegan pembunuhan Khalil.
Inikah
yang namanya kutukan membaca novel lalu nonton filmnya. Keduanya benar-benar
hal yang berbeda, yang saya rasakan juga berbeda. Jika disuruh memilih saya
akan lebih memilih novelnya karena lebih lengkap penjelasannya (Misalnya kenapa
Starr marah waktu Hailey mengatakan tentang lelucon ayam goreng, ternyata itu
hinaan bagi orang kulit hitam. Difilm tidak dijelaskan.). Namun bukan berarti
filmnya tidak bagus, bagus dan pesan moralnya tetap sampai. Bagi orang yang
menonton filmnya dulu pasti tidak akan mempermasalahkan hal yang saya
permasalahkan. Hahaha... Apalagi di
Rotten Tomatoes rating film ini tinggi, yaitu 97%. Terus apakah saya masih
harus menulis perbedaan film dengan bukunya? Saya tulis saja ya (Sudah gatel
nih.), silakan disimak.
1. Urutan
Urutan kejadian di film jelas beda
banget dengan yang di novel. Di film lebih acak dan ada beberapa adegan yang
digabung menjadi satu adegan seolah memiliki keterikatan.
2. Tokoh
yang dihapus kisahnya
Sejujurnya ada tokoh DeVante yang
mengalami nasib seperti Khalil, dia terpaksa menjual narkoba demi menghidupi
keluarga. Di film DeVante ada sih, cuma muncul di pesta saja waktu Kenya mau
ngelabrak Denasia. Dan, yang dipukuli oleh King itu bukan Seven tapi DeVante,
karena dia mencuri uang darinya. Mungkin secara alur DeVante tidak mempengaruhi
jalan cerita secara signifikan, jadi kisahnya tidak dimunculkan di film. Tapi
menurutku penting juga DeVante ini karena ada pesan yang bisa kita petik. DeVante
bisa saja menjadi Khalil yang lain, tapi Maverick memutuskan membantunya dan
itu membuat DeVante akhirnya bertobat.
3. Adegan
yang tidak ada atau diganti
Starr dan keluarga harusnya pindah dari Garden Height,
tapi di film tidak. Maya harusnya membela Starr karena dia juga merasa Hailey
rasis kepadanya (Jadi Maya itu oriental ya guys.), tapi tidak. Starr memukul Hailey,
tapi difilm diganti dengan merebut sisir dan menodongkannya seolah itu pistol.
Lalu di novel interogasi dengan polisi sebelum masuk ke dewan juri itu tidak cuma
sekali. Ada juga adegan pesta ulang tahun Seven sekaligus perayaan kelulusannya.
Masih banyak sebenarnya, tapi nanti kepanjangan.
Silakan
tinggalkan jejak di kolom komentar, kalian yang sudah pernah baca novel dan nonton film THUG lebih suka
yang mana? Atau yang baru baca/nonton saja gimana pendapat kalian tentang THUG?
2 comments
Wah! Review yang sangat bagus... Keliatan sekali Anda pengamat film dan novel yang sangat menjiwai!
ReplyDeleteSemangat dan sukses selalu ya!
Jika teman-teman disini ingin mencoba mencari peruntungan dari aktifitas blogging yang asyik seperti ini, boleh kunjungi:
Cara Menghasilkan Uang dari Blog
>> https://vectoringraphic.blogspot.com/2018/10/cara-menghasilkan-uang-dari-blog.html
Terima kasih Kak Erwin atas kunjungannya. Saya akan mampir balik.
Delete